Home / Rumah Tangga / Menjadi Istri Duda Muda / 6. Tuan Arka yang Hot

Share

6. Tuan Arka yang Hot

Author: El Alfun27
last update Last Updated: 2024-10-05 22:45:31

Arka melepas Ana dari cengkramannya. Sementara Gio yang terbangun langsung memeluk Arka.

“Pa,” panggil Gio.

Arka yang tadinya tak sadarkan diri langsung menyadari perbuatannya barusan pada Ana. Sementara Ana langsung mengambil baju dan pergi ke kamar mandi.

Ana mengutuk dirinya di dalam kamar mandi. Dia terdiam cukup lama dan berusaha menyadari kejadian barusan. Setelah merasa cukup, dia lalu keluar ke kamar.

Di kamar hanya tersisa Gio yang kembali terlelap dalam tidurnya. Sementara Arka sudah tak nampak di kamar itu. Ana pun melanjutkan aktivitas malamnya dan tak lupa mengunci pintu kamarnya.

***

Pagi harinya, Ana melakukan kegiatan seperti biasa. Dia sudah mulai terbiasa dengan tugasnya. Gio terlihat sudah rapi memakai seragam sekolahnya. Mereka sedang sarapan pagi.

“Non Ana baik-baik aja kan?” tanya bi Sri menyapa Ana di meja makan.

Ana melihat bi Sri sambil menyuapi Gio. “Iya bi, baik-baik aja kok,” ucap Ana.

Lalu bi Sri mencoba duduk di sebelah Ana. “Rambutnya basah ya non,” ucap bi Sri melihat ke arah rambut Ana yang setengah basah.

“Iya bi, tadi pagi saya keramas. Soalnya udah dua hari belum keramas,” ucap Ana dengan lugunya. Dia masih belum memahami maksud dari bi Sri.

“Ouhh, terus gimana yang tadi malam non?” tanya bi Sri lagi sambil menyembunyikan senyumannya.

“Hah?” tanya Ana kebingungan mencoba memahami maksud bi Sri.

“Iya non, itu loh,” ucap bi Sri sambil menaik turunkan sebelah alisnya.

“Bi Sri salah paham,” ucap Ana menaruh piring makanannya Gio. Lalu bi Sri tertawa puas dan meneruskan pekerjaan menyiapkan makanannya.

Ana menggigit bibirnya dalam. Dia tak ingin ada yang salah paham dengannya tadi malam. Belum sempat Ana menjelaskan, tiba-tiba Arka sudah turun dari lantai dua mengenakan pakaian rapinya.

“Tuan, sarapan dulu,” peringat Bi Sri pada Arka.

“Saya keburu, ada meeting pagi,” ucap Arka sambil melipat lengan bajunya. Sementara Ana mencoba fokus tanpa memperhatikan Arka.

“Papa,” sapa Gio. Arka langsung memeluk Gio sekilas lalu langsung melepasnya. Arka pun langsung meninggalkan kediaman rumahnya itu.

“Ayo Gio, saatnya berangkat sekolah,” ucap Ana. Gio pun menurut.

Sementara di sebuah bangunan besar. Di dalamnya tengah ada beberapa staff yang menghadang kedatangan kedua orang. Mereka mencoba memberikan penjelasan.

“Maaf Tuan dan Nyonya, Tuan Muda Arka tengah sibuk melakukan meeting bersama para klien penting,” ucap seorang staff penjaga resepsionis.

“Saya tidak peduli, mana Arka. Saya harus bertemu dia,” ucap Rika dengan wajah masamnya.

Sementara laki-laki di sampingnya tengah bersedekap dada. “Sabar Ma, kita tunggu sampai meeting nya selesai saja,” ucap laki-laki itu dengan tenang lalu duduk di ruang tunggu.

“Gak bisa begitu Pa, Anak itu sudah sangat berlebihan. Dia membuat kerja sama proyek kita menurun,” ucap Rika dengan amarahnya yang menggebu.

“Sudah Ma, jangan buat keributan. Malu, banyak karyawan Arka yang melihat dari tadi,” ucap Abraham. Dia tampak lebih tenang dari sang istri.

“Mama capek sama anak itu!” keluh Rika mengibas rambut pendeknya.

Lalu Arka tiba-tiba keluar dari ruang meeting dan langsung menemui orang tuanya. “Pa, Ma,” sapa Arka nampak menyambut kedatangan prang tuanya.

“Mama kecewa sama kamu, Arka,” ucap Rika langsung to the point.

“Ayo ke ruangan Arka,” ucap Arka tak enak jika harus berdebat dengan kedua orang tuanya di tempat banyak karyawan.

“Demi perempuan itu kamu merelakan kerja sama yang sangat besar dampaknya untuk perusahaan kita. Dimana pikiran kamu Arka?!” geram Rika dengan nada penuh kecewa.

“Ma, sudahlah. Kita kesini hanya ingin melihat Arka,” ucap Abraham.

“Pa, ini urusan penting …,” geram Rika masih dengan nafas menggebu.

“Arka, kenalkan Papa dengan istrimu. Bawa Gio juga, Papa rindu sama cucu papa itu,” ucap Abraham.

“Gio lagi sekolah. Kalau gak ada hal yang lebih penting lagi, mendingan Papa sama Mama pergi dari kantor Arka,” ucap Arka dengan dingin.

“Tuh kan Pa, anak ini gak tau diuntung emang!” ucap Rika memaki Arka.

“Jangan anggap Papa ini orang lain, Arka. Papa masih papamu sampai kapanpun,” peringat Abraham sebelum membawa sang istri meninggalkan gedung itu.

Arka meremas tangannya keras. Dia menatap ke kaca jendela di depannya.

Sementara di tempat lain. Ana sedang menjaga Gio di luar sekolah. Banyak juga mama muda yang menunggu sang anak dari luar kelas.

“Mbak, baby sitter nya Tuan muda Gio ya,” celetuk perempuan dengan pakaian sedikit terbuka.

“Eum, kenapa mbak?” Ana tak langsung meng iyakan pertanyaan perempuan itu.

“Beruntung banget ya, bisa ketemu setiap hari sama Tuan Arka yang paling tampan dan gagah itu. Duda Hot yang masih muda, siapa sih yang tidak mengenalnya,” ucap perempuan itu dengan heboh sambil membayangkan sosok Arka.

“Emang kenal ya mbak?” tanya Ana semakin penasaran.

“Gak kenal dekat sih. Tapi rata-rata orang daerah sini pasti kenal. Tuan Arka sudah seperti artis Hollywood tau. Banyak penggemarnya, apalagi mama muda orang tua siswa disini,” ucapnya makin heboh. Ana hanya menggeleng pelan.

“Ouh, gitu ya,” ungkap Ana terlihat biasa saja meskipun dia juga mengakui ketampanan suaminya itu.

Ana terlihat murung saat mengingat kalau dirinya adalah istri dari sosok yang tengah perempuan di depannya itu ceritakan.

“Salam ya mbak, buat Tuan hot Arka. Jadi orang jangan terlalu hot gitu, kan saya jadi kesemsem bayanginnya,” ucap perempuan tadi lalu pergi saat saat sang anak sudah datang.

Ana hanya manggut-manggut saja. Lalu Gio datang. Ana pun pulang bersama supir yang mengantar dan menjemput mereka.

Sesampainya di rumah. Ana langsung mengurus Gio. Sepertinya anak itu kecapean jadi dia langsung tertidur. Ana pun langsung membereskan mainannya yang berserakan di kamar.

Lalu Ana pergi ke dapur untuk membuat minuman karena siang ini terasa sangat panas. Ana membuat jus buah kesukaannya.

“Tuan Arka, manis sekali,” lirih suara seorang perempuan dari atas lantai dua.

Ana langsung terdiam. Jantungnya kembali berdegup kencang.

“Saya mau kamu lebih dari ini,” ucap Arka dengan nafas memburu.

“Baik tuan, apapun keinginan Tuan saya penuhi,” lirih perempuan itu.

Suara mereka dapat terdengar dengan jelas oleh Ana. Tanpa terasa air mata Ana turun dengan jelasnya. Ana tak dapat membendung nya.

Ana mencoba melanjutkan membuat jus buah. Dia mencoba untuk tak memfokuskan pendengarnya itu. Namun nihil, dia tetap mendengar suara kedua insan itu dengan sangat jelas.

Sebisa mungkin Ana menahan semuanya. Dia tetap lanjut meminum jus buah yang telah dibuatnya sampai tandas.

“Terima kasih Tuan,” ucap seorang perempuan menuruni tangga. Ana melirik sekilas ke perempuan itu. Perempuan berbeda dari sebelumnya.

Lalu Arka juga ikut turun dengan tatapan tajam ke arah Ana yang terlihat biasa saja. “Lagi apa kamu?” tanya Arka.

“Buat Jus, Pak,” ucap Ana menunjukkan gelas jusnya yang isinya sudah tinggal satu kali tegukan.

“Ouhh, untuk urusan tadi malam. Lupain, saya lagi mabuk berat,” ucap Arka.

“Segampang itu ya pak?” heran Ana. Ana mencoba menatap Arka dengan penuh pertanyaan.

“Jangan pernah berharap lebih, baby sitter Ana!” ucap Arka dengan menekankan tiga kata ucapannya di akhir.

Bersambung…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Istri Duda Muda   235

    Tasya terus saja mendumel perihal Delvan yang tak mengucapkan kata manis keoadanya tadi malam. Bahkan sampai Tasya sulit untuk memejamkan mata, seolah hatinya ingin selalu membersamai sang pacar.Mungkin hati Tasya juga sudah terpaut dengan sosok Delvan yang memikat. Tasya seakan di bius oleh asmara seketika, dan sampai jam menunjukkan pukul satu dini hari pun, barulah Tasya memejamkan matanya.Sementara sang sahabat sudah berada di alam mimpi sejak tadi, membiarkan Tasya seorang diri dalam kebingungan.Dan saat ini, Tasya terbangun dengan kepala pening. Alarm di nakasnya berbunyi bersahutan dengan alarm milik Clara. Memaksa Tasya untuk membuka matanya yang masih terlelap.Tasya meregangkan otot-otot lengannya. Mencoba mengatur nafas dan juga konsentrasi penuh agar bisa beraktivitas dengan benar. Sang sahabat sudah tidak ada disampingnya, terdengar percikan air di dalam kamar mandi.Setelah melakukan segala aktivitas, Tasya dan Clara menuju ke sekolahnya dengan Clara yang membawa moto

  • Menjadi Istri Duda Muda   234

    Tasya terdiam, mencoba menajamkan alat pendengaran nya dengan sebaik mungkin. Takut salah denger dengan pengakuan cowok di depannya itu."Gue butuh Lo, Tasya. Bisa?" Tatapan Delvan memusat pada Tasya. Tatapan yang penuh arti dan permohonan. Tatapan yang membuat siapapun bakal terpesona."Gu-gue gak tau, gue gak boleh pacaran, Van." Tolak Tasya dengan ucapan pelan. Tak ada nada ketus.Rasa khawatir mulai tumbuh kembali, Tasya hanya takut jika semuanya kembali seperti hari kemarin. Hari dimana Delvan mulai menjauhinya atau mungkin tak akan menganggapnya ada lagi."Bukan karena Lo gak suka cowok badbboy? Ouh iya, Lo suka cowok good boy. Maaf Sya, gue baru inget." Seolah tak ingin mengungkit sesuatu yang lebih sakit. Delvan bergumam seorang diri.Mencoba menyadarkan posisi dirinya yang tak diinginkan oleh gadis di depannya itu."Tapi gue bakal buktiin, meskipun gue badboy, gue pasti dapetin Lo, cewek good girl."Tasya terperanjat, lalu mencoba kembali menatap Delvan. "Van? Lo ngomong apa

  • Menjadi Istri Duda Muda   233

    Layla dan Abidzar sudah sampai di rumah mereka. Mereka tadi sudah menebus obat untuk wajah Layla."Masih perih?" Tanya Abidzar."Udah mendingan Mas, nanti juga sembuh kok setelah rutin pakai salep sama obat nya ini." Ucap Layla sambil melihatkan beberapa salep dan obat.Abidzar langsung mengangguk mendengar jawaban Layla. Dia terlihat sangat lemah."Layla." Panggilnya dengan suara serak.Layla menikah kemudian tersenyum, "Kenapa Mas Abi?""Aku mencintaimu." Ungkapnya.Layla semakin tersenyum, kata-kata dari Abidzar mampu membuat pipi nya merona."Sampai kapan Mas?" Tanya Layla sedikit menggoda Abidzar."Sampai kapanpun, Insya Allah." Ungkapnya yakin."Aku juga mencintai mu Mas Abidzar. Tolong jangan tinggalkan aku." Pinta Layla.Abidzar mengangguk mantab. Kemudian dia merentangkan tangannya. Layla langsung menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan Abidzar.Pelukan yang selalu menghangatkan, pelukan yang selalu menenangkan. Layla sangat menyukai moment seperti ini.Abidzar juga tidak mau

  • Menjadi Istri Duda Muda   232

    Abidzar pun meng iya kan permintaan istrinya itu, tapi dengan syarat rujak yang akan di beli nanti bukan rujak yang berada pedas. Abidzar melarang Layla melakukan hal itu, Layla tidak boleh mengonsumsi makanan pedas selama dia hamil.Mereka pun akhirnya pergi ke pesantren modern, lebih tepatnya di samping pesantren modern, karena disanalah kedai rujak buah itu nangkring."Pak, beli satu yang tidak pedas dan buahnya jangan yang kecut." Abidzar memberitahu kepada bapak penjual rujak itu.Mereka sudah sampai di samping pesantren modern, dan Abidzar langsung memesan rujak keinginan Layla. Meskipun Layla sempat tidak menyetujui permintaan Abidzar yang request buah tidak kecut, padahal kan Layla malah ingin buah yang amat kecut sekali.Bapak penjual rujak itu mengangguk, dia langsung memotong beberapa buah segar dan langsung di siram dengan bumbu rujak. Beruntung sekali sore ini sedang tidak ramai, jadi Abidzar dan Layla tidak perlu antri.Setelah selesai, Abidzar pun menyodorkan uang sehar

  • Menjadi Istri Duda Muda   232

    Pagi itu cuaca nya sangat terang, semua beraktivitas seperti biasanya. Layla memasak untuk sarapan nya dengan Abidzar, sementara Abidzar sudah bersiap untuk pergi mengajar di pesantren modern.Layla terlihat bersemangat di pagi hari ini, mood nya sedang baik. Layla memasak dengan sangat semringah. Begitu juga dengan Abidzar yang terlihat juga senang, pagi hari nya di awali dengan semua yang baik."Makanan sudah siap, ayo Mas kita sarapan sulu biar Mas Abi ngajarnya fokus. Kalau fokus kan kita bisa berbagi ilmu dengan baik kepada para santri." Layla berucap sambil menyendok kan beberapa lauk setelah mengambil nasi ke piring makan untuk Abidzar."Iya Humaira, kamu memang yang terbaik. Gak di malam hari, gak di pagi hari, kamu selalu membuat Mas bersemangat." Abidzar memeluk Layla dari arah belakang yang langsung dapat rengekan dari sang empu nya.Mereka pun langsung memakan sarapan dengan sangat lahap, terlihat kalau Abidzar sangat menyukai masakan dari istrinya itu. Layla juga sangat s

  • Menjadi Istri Duda Muda   231

    "Lo mau makan apa?" Tanya Delvan sambil membuka menu makanan. Tempat makan yang bernuansa Jepang itu begitu menggugah selera. Terdapat berbagai jenis makanan sussi dan juga hidangan salmon yang disajikan dengan beberapa sayuran khas. Dan juga beberapa ramen, dari yang jenis berkuah dan tambahan bumbu lain.Saat ini kondisi agak ramai karena memang bertepatan dengan jam makan siang."Mau ramen, gue mau yang Shoyu dan juga sussi dengan ikan Salmond. Minumnya jus strawberry." Jawab Tasya sambil melihat sekeliling Mall. Begitu jakjub, jujur saja ini kali kedua dia ke Mall ini. Sejak kepindahan nya."Ouh, oke." Sahut Delvan bersemangat.Merasa senang karena Tasya begitu cekatan, tak seperti wanita pada umumnya yang ditanya makan malah jawabnya terserah. Delvan pun memesan makanan yang sama dengan Tasya, bahkan minumnya juga mengikuti rasa punya sang pacar. Dasar Delvan! Sudah jadi bucin akut.Beberapa menit menunggu, seorang laki-laki mendekati Delvan. Laki-laki itu berpenampilan sangat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status