Setelah mandi dan berpakaian rapi, Marc segera keluar kamar dengan membawa bontot bekal– berisi makan malam yang Mommynya masak untuknya. Dengan hati-hati dan perasaan berbunga-bunga, Marc berjalan ke ruang makan. Sampainya di sana, anggota keluarganya yang sudah berkumpul di sana sontak memusatkan perhatian pada Marc. Lebih tepatnya pada benda yang Marc bawa. "Jagoan, apa yang kau bawa?" tanya Daniel ketika melihat cucunya tersebut meletakkan sebuah bontot di atas meja– tempat biasa cucu kesayangannya ini duduk. "Ini masakan Mommy, makan malam yang Marc minta dibuat oleh Mommy," jawab Marc dengan happy, terlihat riang dan tak sabaran untuk memakan makan malam spesial dari Mommynya tersebut. Daniel tersenyum lembut, mengusap pucuk kepala cucunya. Setelah itu dia duduk di ujung meja– tempat biasa dia duduk. Kemudian memerintah seorang maid untuk mempersiapkan makanan pada cucu kesayangannya. Ada dua anak kecil di rumah ini. Satu cucu kandungnya, Marc Dala Lucas, dan satu lagi Geba
'Kalau tidak salah Disha pernah buat beginian deh di kontrakan Sera. Ah, mungkin kebetulan. Ya, kali hanya Disha yang bisa masak beginian.' batin Stella DL, adik sepupu Damon. Marc tidak peduli dengan keributan atau perkataan Mama tirinya, Marc sudah terbiasa dan kebal. Dia memilih makan dengan masakan lezat Mommynya. Sedangkan keluarganya, melihat Marc makan dengan lahap, mereka tentunya kaget. Karena Marc tak pernah makan dengan lahap seperti sekarang ini. Hal tersebut membuat Tiara penasaran dengan masakan yang Marc bawa itu. Anehnya masakan yang cucu buyutnya ini bawa adalah bunga pepaya tumis yang dicampur dengan kikil. Dan bisa-bisanya Marc yang tak pernah mau makan sayur dengan alasan pahit, begitu lahap memakan itu. "Nenek buyut boleh mencoba, Sayang?" tanya Tiara dengan lembut. "Hanya sedikit," jawab Marc datar, menganggukkan kepala singkat lalu kembali dengan lahap menyantap makan malamnya. Bukan hanya tumisan bunga pepaya, tetapi dia juga dimasakkan ayam kecap favoritny
"Ah, aku yang memasaknya, Damon sayang," ucap Kinja dengan bangga, tersenyum lebar ke arah Damon– memberikan tatapan cinta pada suaminya tersebut. Damon menaikkan sebelah alis. Namun, sebelum Damon mengeluarkan perkataannya pada Kinja yang berniat menanyakan makanan tersebut, Tiara lebih dulu bersuara. "Sudah tidak berguna dan tak tahu apa-apa, sekarang malah berbuat bodoh dengan mengaku-ngaku memasak makanan yang dibuat oleh Mommy kandung Marc. Damon juga tahu kamu berbohong. Dasar bodoh," sarkas Tiara dengan nada kesal bercampur cerewet, menatap lelah bercampur tak habis pikir pada Kinja. Heran saja, kenapa cucunya yang tampan dan cerdas ini dulu harus jatuh cinta pada wanita modelan seperti Kinja. Sudah tak bisa diandalkan dalam mengurus rumah, tidak setia juga pada suaminya."Ini makan malam Marc dari Mommy, Daddy," jawab Marc, memilih mendorong piring berisi tulisan bunga pepaya tersebut ke dekat Daddynya. Terpaksa Marc berbagi agar menghentikan keributan ini.Mommynya pernah
"Ja--jangan jangan …." Stella memegang kepala, frustasi dan hampir gila membayangkan sahabatnya tersebut terjebak dalam lift bersama sepupunya yang dingin serta monster itu. "Disha ada di dalam," pekik Sera lebih dulu pada Stella. Stella langsung berlari ke lift dan menggedor-gedornya pintunya. "To--tolong buka!! Sahabatku terjebak di dalam," pekiknya sangat panik. Dia sangat panik karena dia tahu bagaimana sifat kakaknya tersebut jika merasa terganggu dan marah. Damon tak akan peduli itu perempuan atau laki-laki, dia akan melakukan kekerasan atau melenyapkannya. "Stella, hentikan!" Ando menarik Stella dari sana– jauh dari kerumunan staff yang antri ingin naik lift. "Kak Ando, temanku di dalam! Be--bersama dengan Kak Damon!" pekik Stella pada Ando, tak bisa membayangkan sahabatnya yang terjebak bersama monster itu. "Ouh, jadi Nona Disha sahabatmu?" "Hah?" ***"Ini dia," ucap Disha setelah menemukan ID card pemberian Stella padanya tadi pagi. Dia tak langsung memakai dan menyimp
Sehabis pulang bekerja, Disha langsung membersihkan diri–mandi untuk menyegarkan diri dan pikiran. Setalah dia mandi, Disha mengenakan kaos putih lengan pendek yang ia padu dengan celana pendek selutut. Karena dia cukup bad mood mendengarkan kisah cinta suaminya dengan istri pertamanya, Disha berencana malam ini untuk keluar dan berbelanja cemilan atau apapun di swalayan dekat komplek rumahnya. Setiap Disha kesal atau bad mood, dia akan berbelanja. Dengan begitu gunda serta perasaan kesal dalam hatinya akan terobati. "Aku nggak pantas untuk protes pada hubungan toxic Tuan dan Nyonya. Aku juga tidak berhak ikut campur. Hais, aku hanya istri kedua yang hidup segan mati tak mau. Cuma pajangan dinding doang," gumam Disha, berjalan keluar rumah sembari membawa tas selempang kecil dan juga handphone yang ia masukkan dalam tas. Disha keluar dari rumah, menutup pintu lalu memutar tubuh untuk beranjak dari sana. Namun tiba-tiba saja seorang anak kecil sudah berdiri tepat di belanjanya– memb
Disha dan Marc sama-sama duduk manis dengan air muka tegang di sopa. Mereka sudah sampai di rumah Disha, di mana sekarang Damon sedang membongkar isi belanjaan mereka. "Odol anak kecil yang banyak. Marc hanya dua hari dalam seminggu di sini," ucap Damon, menaikkan salah satu alis sembari menatap datar ke arah Disha– menuntut untuk mendapatkan penjelasan dari istrinya tersebut. Stok? Tak sebanyak ini juga, bukan? "Mommy juga memakai odol yang sama dengan Marc, Daddy. Jadi-- itu odol bersama Mommy dan Marc," jelas Marc dengan air muka cemberut, menekuk alis sembari menatap kesal ke arah Daddynya. Damon menaikkan kedua alis, menatap cukup terkejut pada Disha yang sudah menundukkan kepala. Hanya pura-pura terkejut, sebab dia tahu! "Jajanan tidak sehat lagi," ucap Damon, menyingkirkan banyak cemilan ke bawah meja. Diam-diam dia menahan senyuman, terhibur melihat raut muka istri dan anaknya– sama-sama muram dan menekuk wajah saat Damon menyingkirkan jajanan yang menurutnya tak layak di
"Mommy?" Disha yang tengah menyiapkan makan malam– menata meja makan, menoleh ke arah putranya. "Ada apa, Sayang?" tanya Disha dengan lembut, tersenyum manis ke arah putranya sembari menatap lembut juga. "Makan malamnya sudah selesai?" tanya Marc, berlari kecil ke meja makan dan langsung mengambil tempat di sana– duduk sembari memandangi menu makanan yang telah Mommynya masak dan sajikan. "Kue beras Marc mana?" tanya Marc ketika tak melihat kue beras yang Mommynya janjikan padanya. "Aduh, Sayang. Mommy tidak berani masak kue beras. Daddy masih di sini dan Mommy takut kena marah. Tadi saja-- pas Daddy marahin kita, jantung Mommy masih berdebar kencang," ucap Disha dengan meringis. "Tapi Daddy sedang tidur. Ayo, masak kue beras untuk Marc, Mommy. Kita jangan bangunkan Daddy dan kita makan sama-sama. Setelah kue berasnya selesai, baru kita bangunkan Daddy."Disha menatap tak percaya ke arah anaknya tersebut. Idenya jahat sekali! Marc mengajak Disha makan diam-diam, memanfaatkan Damo
"Tuan Damon tidak pulang?" tanya Disha, saat sudah jam tengah sebelas malam dan dia mendapati Damon masih di ruang tengah– sedang sibuk dengan handphone mahalnya. Damon menoleh ke arah Disha. "Aku menginap di sini," ucapnya singkat, langsung membuang muka dan fokus pada layar handphonenya. 'Dia tidur di sini?' batin Disha dengan perasaan campur aduk. Dia gugup, canggung dan juga tak percaya dengan hal ini. Namun, tak bisa dipungkiri Disha juga merasa senang dan bahagia. Setelah sekian lama, akhirnya suaminya mau menginap di rumahnya! Itu sebuah hal yang membahagiakan bagi Disha. Dengan semangat, Disha langsung beranjak dari sana. Perasaannya riang dan bahagia. Dia masuk ke kamar tamu di rumah ini, menyiapkan kasur– memasang sprei dan bantal. Serta, Disha juga membersihkan ruangan tersebut– memasang wewangian juga agar Damon nyaman. Setelah merasa kamar tersebut bersih dan rapi, Disha buru-buru menemui Damon. "Tuan, kamarnya sudah …-" Namun, ketika dia sampai di lantai bawah, Dam