Home / Romansa / Menjadi Istri Keponakan sang Mantan / Bab 30 : Permintaan Maaf Anne

Share

Bab 30 : Permintaan Maaf Anne

Author: Vanilla_Nilla
last update Last Updated: 2025-02-27 23:11:32

"Sophia."

Sophia yang tengah duduk di taman mansion Williams tersentak kaget saat tiba-tiba suara seseorang memanggilnya.

Sophia menoleh ke arah sumber suara itu.

Di sana, berdiri seorang wanita bergaun pastel, rambutnya tertata rapi, matanya menatap lurus ke arahnya.

Anne.

Tangan Sophia perlahan meletakkan cangkir teh ke meja. "Ada apa?" tanyanya dengan waspada.

Anne melangkah mendekat, angin sore membuat helaian rambutnya sedikit bergoyang.

"Untuk yang kemarin ... aku ingin minta maaf," ucap Anne, suaranya terdengar ringan, tapi ada sesuatu di baliknya yang sulit diabaikan. "Aku tidak seharusnya menuduhmu memiliki hubungan dengan Tuan Daniel."

Sophia menatapnya, matanya mengamati setiap detail ekspresi Anne, mencari tanda-tanda ketulusan. Wanita ini tak pernah menyukainya—itu fakta yang sudah lama ia pahami. Lalu, kenapa tiba-tiba meminta maaf?

Hening sejenak.

"Sudahlah," akhirnya Sophia berkata. "Yang berlalu, biarlah berlalu. Kalau aku jadi kamu, mungkin aku
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 111 : Ingatan Masa Lalu

    Pagi ini, sinar matahari mengintip malu-malu dari balik tirai kamar Daniel. Ia baru saja selesai mengenakan kemeja, saat itu juga, ponselnya bergetar di atas meja. Sebuah pesan singkat masuk, dari satu nama yang membuat alisnya langsung terangkat—Ayah. "Temui aku di ruang kerjaku. Sekarang." Tak ada tambahan kata, tak ada penjelasan. Pesan itu singkat, tegas, dan cukup untuk membuat jantung Daniel berdegup sedikit lebih cepat. Ia menatap layar ponsel beberapa detik sebelum akhirnya meraih jasnya dan melangkah keluar. Ada firasat yang aneh di dadanya, firasat bahwa pagi ini akan menjadi awal dari sesuatu yang besar. Atau sesuatu yang sulit. Beberapa menit kemudian, langkah Daniel bergema di sepanjang koridor mansion. Para pelayan yang lewat menunduk hormat, namun ia tak membalas sapaan apa pun. Matanya hanya tertuju pada pintu besar ruang kerja William di ujung lorong.Setelah berada di depan pintu, Ia mengetuk pelan. "Masuk," suara William terdengar dari dalam. Daniel mendorong

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 110 : Ingin Kembali

    Malam ini, setelah panggilan telepon dengan Sophia berakhir, Daniel duduk lama di depan jendela rumah tua peninggalan ibunya di London. Matanya menatap langit gelap yang bertabur bintang, tapi pikirannya jauh, melayang kembali ke tanah kelahirannya, ke wanita yang baru saja ia akui mencintainya. Tak ada alasan lagi baginya untuk tinggal di sana. Rumah itu hanya menyimpan kenangan lama yang tak mampu mengisi kehampaan hatinya. Semua yang ia cintai, dan yang selama ini membuatnya bertahan, ada di sana—di sisi Sophia. Dengan pelan, Daniel bangkit dari duduknya. Ia mengambil koper kecil yang belum benar-benar ia bongkar sejak kedatangannya. Tangannya mulai memasukkan pakaian seadanya ke dalam koper itu, lalu melirik tiket pesawat pulang yang sudah ia pesan diam-diam setelah panggilan telepon itu selesai. Penerbangan tercepat, esok pagi. Ia tidak memberi tahu siapa pun, termasuk John. Hanya satu pesan pendek yang ia kirimkan: "Aku pulang. Jaga apa pun yang mungkin bisa terbongkar selam

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 109 : Pengakuan

    Daniel terduduk lama di lantai, punggungnya bersandar pada sisi tempat tidur tua, sementara album foto itu tetap berada di pangkuannya. Pandangannya kosong, namun matanya menyimpan badai yang mulai bergejolak. Jarinya menggenggam tepi halaman foto erat-erat, ia ingin sekali merobek kenyataan yang ada di depannya. Ia menatap wajah ibunya di foto itu—wajah yang tersenyum, penuh kehangatan. Tapi di sebelahnya berdiri seorang pria yang tak pernah ia duga akan muncul dalam kenangan ibunya. Robert. Ayah dari Sophia. Seseorang yang selama ini tak pernah ia kaitkan dengan masa lalu keluarganya. "Kenapa ... kenapa Mama tidak pernah cerita tentang ini?" Rasa kecewa, curiga, dan amarah berkecamuk di dalam dadanya. Ia merasa seperti sedang membaca kisah hidup orang lain, padahal ini adalah kisah hidupnya sendiri. Dunia yang selama ini ia kenal, perlahan-lahan mulai retak. Dan ia tahu, jika benar ada hubungan masa lalu antara ibunya dan Robert, maka banyak hal dalam hidupnya—dan hidup Sophia—ya

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 108 : Hubungan Rumit

    Sophia dan David akhirnya tiba di sebuah pulau kecil yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk kota. Lautan membentang luas di hadapan mereka, ombak bergulung lembut menyapu pasir putih yang membingkai pantai. Angin laut yang sejuk berembus pelan, menyibakkan helaian rambut Sophia yang tergerai di pundaknya. Wajah David tampak cerah saat ia melirik ke arah Sophia. "Bagaimana? Kau suka tempat ini?" tanyanya ringan, mencoba mencairkan suasana. Sophia mengangguk pelan, meski senyum di wajahnya tampak sedikit dipaksakan. "Indah sekali," ucapnya lirih, matanya menatap ke arah hamparan laut biru di hadapannya. Mereka berjalan berdampingan menuju vila kecil yang sudah dipesan David sebelumnya—sebuah tempat terpencil dan privat, menghadap langsung ke laut. Sepanjang perjalanan, suasana antara mereka terasa canggung. Meski David berusaha bersikap hangat, ada jarak tak terlihat yang memisahkan mereka, seolah masing-masing terjebak dalam pikiran dan perasaannya sendiri. Sophia menatap sekitar, menc

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 107 : Keputusan William

    Dengan langkah berat, Daniel keluar dari ruang kerja sang ayah. Di tangannya tergenggam erat tiket dan dokumen perjalanan yang baru saja diberikan William. Ia menatap kertas-kertas itu dengan perasaan campur aduk—ada kecewa, ada marah, namun yang paling dominan adalah ketidakpercayaan. Ia tak menyangka. Ia benar-benar tak menyangka bahwa keputusan ayahnya bukanlah kemarahan atau hukuman langsung … melainkan menyuruhnya pergi jauh, ke luar negeri. Kepercayaan, begitu William menyebutnya. Tapi di mata Daniel, ini tak ubahnya pengasingan halus—cara ayahnya menyingkirkannya dari semua kekacauan yang telah terjadi di rumah ini. Langkahnya menuruni anak tangga terasa lebih berat dari biasanya. Setiap derap seolah menggemakan perasaan sesak dalam dadanya. Ia melangkah keluar menuju taman belakang, berharap udara segar bisa menenangkan gejolak yang mengaduk-aduk pikirannya. London … Ia menatap langit yang mulai menguning ditimpa matahari senja. Pergi ke luar negeri di saat seperti ini, d

  • Menjadi Istri Keponakan sang Mantan   Bab 106 : Pengasingan

    "Kenapa kau diam, Sophia?" Tatapan mata William menusuk, berusaha mencari kejujuran di balik wajah cucu menantunya itu. "Apakah … sampai saat ini dia masih ada dalam hatimu?" Suasana kamar menjadi sunyi. Hanya suara detik jam di dinding yang terdengar, menggema pelan seiring detak jantung Sophia yang makin tak menentu. Perlahan, Sophia mengangkat pandangannya. Mata mereka bertemu. Ada kegelisahan di matanya, juga luka yang belum sembuh. "Kakek …" "Jujur saja, Sophia. Kakek tidak akan marah. Aku hanya ingin tahu isi hatimu yang sebenarnya." "Aku hanya ingin membahagiakan orang tuaku, Kakek ..." Sophia menunduk, menatap ujung jemarinya yang saling menggenggam erat di atas pangkuan. William memandang cucu menantunya itu lama. Ada getir yang terasa merambat di dadanya. Ia menarik napas dalam, lalu menyandarkan tubuhnya lebih nyaman pada bantal tebal di belakang punggung. "Membahagiakan orang tuamu …" ulangnya pelan, seolah menimbang-nimbang kalimat itu. "Tapi ... bagaimana dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status