Share

Tipu Muslihat Gwen

Tubuh Zea bergetar hebat tatkala melihat siluet sepasang manusia yang memantul di dinding. Kakinya bahkan terasa kaku untuk diajak melangkah lebih dekat ke ruang tengah.

Selama ini Zea selalu menyangkal tentang kedekatan Gwen dan Bobby yang sudah melewati batas. Terus menerus menganggap jika kecurigaan yang dia rasakan hanyalah omong kosong yang tidak mendasar. Dan sekarang di depan mata kepalanya sendiri, Zea melihat pengkhianatan itu.

Keduanya bahkan terlihat begitu luwes menautkan bibir. Saling merangkul erat, seolah ini bukan kali pertama Gwen dan Bobby melakukannya.

Hati Zea sudah sangat hancur. Tak bisa lagi diam melihat pemandangan menjijikkan itu di depan matanya. Menekan saklar lampu ruang tengah meski dengan tangan yang masih bergetar.

Gwen dan Bobby jelas langsung kelabakan. Melepaskan diri dari dekapan erat masing-masing dari atas sofa. Terlihat salah tingkah menatap Zea yang mematung memandangi keduanya.

"Zea aku bisa jelaskan," ucap Gwen memulai pembelaan. Ingin mendekat ke hadapan Zea, namun ditolak mentah-mentah oleh empunya rumah.

"Jangan mendekat! Aku tidak ingin mendengar penjelasan apapun. Lebih baik kalian segera pergi dari sini sekarang juga," ujar Zea tegas. Menahan diri agar tidak terlihat semakin bodoh di depan keduanya.

"Ini salah paham, Zea. Tolong dengarkan penjelasanku dulu," imbuh Bobby angkat suara. Berusaha menjelaskan tapi ditolak juga oleh Zea.

"Salah paham?  Apa kau gila!" Bentak Zea kencang. Membungkam mulut manis Bobby yang tidak lagi bisa mengelak. "Sudah berapa lama kalian melakukan ini dibelakangku!" jerit Zea kencang. Melotot ke arah keduanya bergantian.

Tak ada jawaban dari mulut Gwen dan Bobby. Keduanya justru memilih membuang muka dari amukan Zea. Entah karena merasa bersalah, atau memang karena tertangkap basah.

"Sampai hati kalian berbuat menjijikkan seperti ini. Katakan apa sebenarnya kesalahanku pada kalian? Aku kecewa padamu Gwen. Aku pikir hubungan kita sudah seperti saudara sekandung. Kenyataannya, aku sepertinya sama sekali tidak berarti apapun untukmu." cerca Zea meluapkan kekesalan.

Bobby membuang nafas panjang. Meski tahu dirinya bersalah, dia juga tidak ingin Gwen menjadi pelampiasan amarah Zea.

 "Ini bukan sepenuhnya salah Gwen. Akulah yang bersalah, Zea," sergah Bobby membela selingkuhannya.

Zea tersenyum kecil. Ucapan naif Bobby membuatnya hampir tersentuh. Bahkan tanpa diminta, sudah pasti Zea akan menyalahkan kekasihnya sebagai dalang pengkhianatan.

"Omong kosong! Maksudmu kau yang menggodanya lebih dulu?" tukas Zea tak mau kalah. Kembali membungkam mulut Bobby.

Tak ada kata yang keluar dari mulut Gwen lagi. Wajah ayunya bahkan tidak berani terangkat. Menunduk sambil mengusap air mata buaya miliknya.

"Maafkan aku,Zea. Akulah yang lebih pantas untuk disalahkan. 

Aku juga minta maaf karena sudah mencintai Bobby. Kekasihmu." Ungkap Gwen lirih. Mengangkat wajah ke hadapan Zea. Memulihkan kepercayaan dirinya yang sempat runtuh setelah tertangkap basah.

Ucapan jujur Gwen memperlihatkan perasaan nyata cintanya pada Bobby. Mengabaikan hubungan dekat yang selama ini terjalin erat antara dirinya dengan Zea.

Bukan hanya Zea yang syok mendengar pengakuan Gwen itu. Bobby yang selama ini merasa tidak memiliki ikatan yang serius dengan Gwen ikut merasa bersalah. Tidak menyangka jika Gwen sedalam itu menyukainya dirinya. Yang Bobby tahu hubungannya dengan Gwen semata, hanyalah untuk bersenang-senang sesaat.

Zea tersenyum getir. Ada perasaan tak terima mendengar pengakuan cinta sahabatnya barusan. 

"Aku akan memaafkan kalian berdua. Hanya dengan satu syarat. Berjanjilah detik ini juga, kalian harus mengakhiri hubungan," tutur Zea tanpa pikir panjang. Menatap mata Bobby yang seketika berbinar penuh harap.

Meski sulit Zea merasa ini adalah jalan yang terbaik untuk mereka bertiga. Zea belum siap untuk melepas keduanya. Dia yakin jika Bobby dan Gwen bisa berubah  dan menjalin hubungan baik sebelum adanya skandal pengkhianatan. 

"Aku tidak bisa melakukannya, Zea," tolak Gwen cepat. Seketika membuyarkan harapan Zea.

Boby yang mendengar penolakan Gwen jelas langsung melongo menatap selingkuhannya itu. 

"Apa maksudmu, Gwen? Ini solusi terbaik untuk hubungan kita bertiga!" tutur Boby menaikkan intonasi suaranya. Merasa kesal dengan sikap Gwen yang seperti menentang kembali hubungannya dengan Zea.

Gwen tanpa ragu melangkah ke hadapan Boby. Menggenggam erat pergelangan tangan kiri Boby. Tatapan matanya bahkan terlihat tajam menatap Zea. Tidak begitu tertarik dengan negosiasi yang jelas tidak menguntungkan untuknya.

"Aku dan Bobby sudah saling mencintai. Sama seperti perasaanmu, aku juga tidak bisa melepaskannya."

Zea yang semula melunak langsung tertawa getir mendengar ucapan angkuh Gwen.

"Gwen kau sudah gila!" Menepis genggaman tangan Gwen kasar. "Sejak awal hubungan kita hanya sebatas bersenang-senang. Kau juga tahu aku tidak akan mungkin meninggalkan, Zea. Aku tidak mencintaimu Gwen. Sadarlah, aku sama sekali tidak mencintaimu!" bentak Boby meradang.

"Tidak Boby. Akulah satu-satunya orang yang mencintaimu dengan tulus. Bukan Zea! Gadis itu tidak lebih baik dari kita berdua. Dia juga akan mengkhianatimu setelah ini. Zea akan menikah dengan orang lain!" balas Gwen yakin.

Boby yang mendengar penjelasan Gwen cepat menatap Zea. Membaca kegelisahan di wajah Zea yang menjawab dengan jelas ucapan Gwen barusan.

"A-pa maksudmu?" Menatap Gwen yang kini ikut mencecar Zea dengan tatapan tajam.

"Jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, Zea. Kau akan menikahi putra pria kaya raya itu 'kan? Kau butuh wali untuk menjamin kehidupanmu kedepannya 'kan?" ujar Gwen penuh kemenangan. Merasa memegang kartu As Zea yang sekarang tidak bisa berkutik.

"Apa semua yang baru saja dikatakan Gwen itu benar?" tanya Boby tepat didepan Zea.

Zea bingung harus menjawab apa. Dia tidak tahu dari mana Gwen mengetahui semua rahasianya. Padahal sebelumnya dia tidak pernah bercerita ke siapapun. Ditambah desakan Boby yang mulai memaksanya untuk buka suara. Menyudutkannya seolah semua yang dikatakan Gwen benar adanya, tanpa menjelaskan akar permasalahannya terlebih dahulu.

"Dengarkan aku Boby. Aku...."

"Arghhh! Sial! Jadi semua itu benar?" tanya Boby. Memotong ucapan Zea. Memasang wajah penuh amarah kehadapan Zea.

"Tidak Boby, dengarkan aku dulu... arghh!." Pekik Zea kencang. Merasakan cengkraman jari tangan kiri Bobby mukai meremas lehernya dengan kasar. Menghalangi aliran nafas masuk ke paru-parunya sehingga membuatnya sulit bernafas.

"Gadis sialan! Kau menghakimi perselingkuhan kami seolah kau suci. Sedangkan kau sendiri malah menjual tubuhmu pada orang-orang kaya!" Umpat Boby mengamuk. Semakin kencang mencekik leher Zea yang mulai kembang kempis.

Jangankan untuk menjelaskan. Untuk membuka mulut saja Zea kesulitan setengah mati. Zea bahkan berpikir jika ajalnya mungkin sudah ada di depan matanya sekarang. Mati di tangan kekasihnya sendiri.

Gwen yang semula hanya ingin menjadi penonton. Mendadak panik saat melihat bola mata Zea mulai memutih ke atas. Hampir mati karena kehabisan nafas karena kalah tenaga dari Bob . Gwen sekuat tenaga menghentikan aksi nekat Boby yang tidak terkendali itu. Mencakar hingga menggigit tangan Boby hingga melepaskan leher Zea.

"Cukup Boby cukup! Kau bisa membunuhnya! Jangan kotori tanganmu untuk menghabisi gadis murahan seperti dia." Menarik tubuh Boby hingga mundur ke belakang.

Tubuh Zea ikut terpelanting ke lantai dengan kasar. Terkulai lemas sambil memegangi lehernya yang masih terasa perih dan panas. Ekor mata Zea masih bisa melihat dengan jelas kepergian Gwen dan Bobby. Mengabaikan kondisinya yang kini benar-benar sendirian tanpa satu orang pun di sisinya. 

 Cahaya menyilaukan mendadak datang menghampiri Zea yang sudah tidak berdaya. Ingin rasanya Zea menangis sejadi-jadinya saat melihat sesosok wajah yang mulai tidak asing, muncul kehadapannya sambil tersenyum lembut ke arahnya. 

"I-bu.... izinkan aku ikut denganmu." 

Mengusap air mata di pipi Zea yang perlahan terpejam dan kaku.

Bersambung....

*** 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status