Share

Bab 2. Resign

Bab 3 : Resign

 “Eh Ayu, lo dari mana aja? Pekerjaan lo jadi gue yang handle ini,” Anandita masuk ke ruangan sambil mengomel.

Anandita baru saja keluar dari ruang rapat. Ia yang menggantikan Ayu sebagai notulen. Hanya Ayu tidak mengikuti rapat karena terlambat datang. 

Ayu mengelus dadanya ia terkejut dengan kedatangan Dita yang tiba-tiba.“Tenang aja Dit, mulai besok dan seterusnya lo bakalan gak ngehandle kerjaan gue lagi,” jawab Ayu santai.

Anandita ini dari dulu selalu saja hitung-hitungan masalah pekerjaan. Gak pernah ikhlas membantu pekerjaan temannya. Anandita berlalu begitu saja meninggalkan meja Ayu dan berjalan ke mejanya.

Mendengar jawaban ambigu dari Ayu, teman-temannya yang baru saja tiba di ruangan langsung menghampiri meja Ayu. Sama seperti Anandita mereka juga baru keluar dari ruang rapat. Mereka curiga karena Ayu akan langsung minta maaf jika memang salah. Sebentar lagi mereka pasti akan berbicara secara bersamaan.

“Maksud lo apa Yu?”

Nah, benar kan. Zuzu, Eli, Lia, dan Tuti kompak bertanya pada Ayu. Sebelum memberikan jawaban kepada keempat temannya Ayu menarik nafas dalam dan menghembuskannya secara perlahan.

“Gue resign,” ucapnya santai seperti tanpa beban.

“Kau serius?! Jangan bercanda,” tanya dan ucap Roma yang baru saja masuk ke ruangan itu.

Setelah rapat selesai Roma langsung ke ruangan atasannya. Ada berkas yang harus ditanda tangani atasannya karena itulah ia belakangan masuk ke ruang kerja. Ia terkejut dan tak percaya atas ucapan Ayu yang tiba-tiba. Begitu juga dengan teman lain yang satu ruangan dengannya. 

“Iya, gue serius. Tampang gue apa gak kelihatan serius?"

Mereka lalu menatap Ayu untuk meminta penjelasan kenapa tiba-tiba Ayu resign. Karena mereka tahu Ayu salah satu karyawan berprestasi. Tidak mungkin ia begitu saja resign tanpa ada alasan.

“Nanti gue ceritain, ini masih jam kantor. Ntar bos kita marah karena anak buahnya hanya bergosip dan makan gaji buta,” ucap Ayu.

Teman-temannya pun kembali ke meja mereka masing-masing melanjutkan pekerjaan. Kalaupun Ayu tak ingin bercerita saat ini karena masih jam kantor nanti sepulang kerja mereka bisa pergi ke kost Ayu untuk mendengar alasan sebenarnya kenapa Ayu resign. Pasti ada yang disembunyikan Ayu pikir mereka.

Ayu mencari sesuatu di bawah mejanya, sepertinya ia ingat menyimpan kotak di bawah mejanya. Rencananya kotak itu akan ia gunakan untuk tempat barang-barang pribadinya. Setelah mencari, ternyata kotak itu sudah tak ada di bawah meja. Mungkin salah satu OB telah membersihkan dan mengambil kotak itu dari bawah meja.

“Lo punya kotak gak, Rom?” tanyanya pada Roma yang masih terlihat bengong. Roma masih tak percaya jika Ayu resign hari ini.

Roma adalah teman dekat Ayu yang berasal dari Gunung Sitoli, Nias. Meski sudah lima tahun tinggal dan bekerja di Ibukota logatnya masih kental khas kota Medan.

“Hello,” ucap Ayu sambil menggerakkan tangan di wajah Roma. Seketika Roma terkesiap.

“Apa kau bilang?” tanyannya karena ia tak mendengar ucapan Ayu.

“Kotak, lo punya gak?” tanya Ayu dengan nyaring.

Suaranya hampir memenuhi ruangan, beruntung ruangan mereka kedap suara jadi tidak ada yang mendengar teriakan Ayu dari luar. Teman Ayu yang sedang berkutat dengan komputer sontak melihat ke arahnya, kemudian mereka geleng kepala dan kembali lagi bekerja. Pemandangan seperti sudah biasa mereka lihat. Roma yang berasal dari Medan seharusnya suaranya yang lebih kuat, tapi nyatanya suara Ayu yang lebih kuat dari Roma.

“Nih.” Roma menyodorkan sebuah kotak pada Ayu.

Kotak yang sudah diterima dengan segera Ayu masukkan barang-barang pribadinya. Tidak begitu banyak hanya setengah isi kotak. Karen kotak yang diberikan Roma lumayan besar berukuran 20x30x10 cm.

Bunyi ponsel serentak di ruangan itu. Mereka hampir bersamaan membuka ponsel dan seketika mereka mata mereka terbuka lebar dengan mulut menganga. Mereka tak percaya dengan isi pesan yang mereka terima.

“Benaran batal?” tanya Eli seakan tak percaya dengan pesan yang ia baca.

Entah sama siapa ia bertanya karena pandangannya masih fokus pada layar ponsel. Ia sampai mengulang membaca pesan itu untuk memastikan penglihatannya tidak salah.

“Batal lagi?” tanya Lia lebih pada dirinya sendiri.

Bukan rahasia umum lagi jika sebelumnya anak bos di perusahaan ini pernah batal menikah. Samudera Narendra adalah anak bos pemilik perusahaan tempat Ayu bekerja. Jika pernikahan kali ini batal berarti sudah dua kali anak bosnya itu batal menikah.

“Ada apa sih?” tanya Ayu karena hanya dia yang tidak memegang ponsel, ia masih sibuk membenahi meja kerjanya. Karena ia tak ingin saat resign meja kerjanya berantakan.

“Jadi, lo belum baca pesan, Yu. Coba lo cek ponsel dan buka chat grup W* perusahaan. Pernikahan anak pemilik perusahaan ini batal.” Ayu menggelenng. “Ck! Kebangetan ya, selalu saja ketinggalan gosip terkini,” kata Zuzu dengan kesal.

Teman seruangannya ini selalu menjadi wartawan sejati dan selalu update dengan info-info perusahaan. Bukan itu saja, gosip para artis pun ia tahu baik artis luar negeri maupun dalam negeri. Ia memang ahlinya.

“Batal kenapa emang? Sebentar, apa hanya gue seorang yang belum tau tentang ini?” tanya Ayu. Daripada mengambil ponsel lebih baik ia bertanya langsung, lebih simpel.

“Makanya lo buka dulu ponsel agar lo tau  kalau bos kita batal nikah. Bos kita batal nikah gegara pengantin wanitanya hilang. Lah gimana mau nikah, jika pengantin wanita gak ada. Si bos mau nikah ama siapa coba?” terang Eli.

Akhirnya ia pun mengambil ponsel dari dalam saku roknya dan membuka  pesan dari aplikasi yang berwarna hijau. Ia ingin memastikan kebenaran berita yang diucapkan teman-temannya. Keningnya mengkerut alis seolah ingin menyatu saat membaca pesan di ponselnya.

Tidak mungkin, doa yang gue ucapkan tadi pagi benar-benar dikabulkan Tuhan. Ucapnya dalam hati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status