Share

Ban 3. Insiden di gang kost

Bab 3. 

“Aku butuh penjelasan dari kau,” ucap Roma pada Ayu.

Mereka kini berada di rooftop gedung kantor. Tempat ini biasa menjadi tempat favorit para karyawan dan jika penat karyawan lelaki akan merokok di tempat ini. Dari atap ini kita dapat melihat gedung-gedung tinggi pecakar langit dan hiruk pikuk kota Jakarta.

“Penjelasan apa?” tanya Ayu bingung.

“Kenapa kau tiba-tiba resign?”

Roma tidak sabar menuggu sampai pulang kantor ia ingin segera menuntaskan rasa penasaran dalam dada. Walau masih jam kantor ia menyeret Ayu dengan paksa menuju rooftop dan tak peduli jika nanti atasan mengetahui perbuatannya. Nantilah dipikirkan alasan jika sudah menghadap atasan. Dengan langkah terseret akhirnya Ayu mengikuti kemana langkah kaki Roma membawanya.

“Lo tau ‘kan akhir-akhir ini gue sering terlambat dan sampai mendapat peringatan. Nah, gue janji kalo sekali lagi terlambat gue bakal resign,” jawab Ayu.

"Kau sudah gila buat janji seperti itu?"

"Mau gimana lagi, Bu Issabel yang nyuruh gue sendiri untuk nentuin hukuman. Gue udah yakin bakalan gak terlambat makanya gue buat janji seperti itu," jawab Artha. Ada raut penyesalan di wajahnya. Penyesalan memang selalu datang terlambat.

Bu Issabel adalah atasan mereka di kantor usianya sekitar 40-an dan belum menikah. Orangnya cerewet dan selalu ingin semua pekerjaan itu sempurna dan harus dilakukan tepat waktu.

“Kenapa kau bisa terlambat padahal kost kau sudah dekat kantor?” tanya Roma lagi.

Ayu pun menceritakan kembali kejadian tadi pagi sebelum ia berangkat kerja. Dia yang sudah melangkah keluar dari kamar kost harus kembali lagi karena Hpnya tertinggal di dalam kamar. Setelah mengambil Hp ia langsung berlari ke depan gang kostnya tanpa memperhatikan jalan. Alhasil ia menginjak genangan air dan mengenai seseorang.

Flashback on.

“Kamu! Kalau jalan pakai mata! Lihat ini jas saya jadi kotor,” bentaknya pada Ayu. Pakaiannya telah kotor membentuk lukisan abstrak.

 “Ma-af pak. Saya jalan pakai kaki bukan pakai mata pak. Ma-af, saya tidak memperhatikan ada genangan air di sini karena saya sedang terburu-buru,” jawab Ayu dengan gugup. Ia tak berani menatap pria dihadapannya. Benarkan jalan pakai kaki.

Beginilah gang tempat kostnya jika sedang musim hujan akan banyak genangan air. Jika berjalan dengan terburu-buru dan tidak hati-hati akan bernasib sama dengan pria dihadapannya. Namun, entah apa yang dilakukan pria itu di gang kost Ayu yang sempit.

Sejenak Ayu memperhatikan selokan di sebelah kirinya dan melihat ada seekor kucing. Tidak mungkin ‘kan pria itu ingin menolong kucing tersebut? Kucing itu kotor dan penuh lumpur ditubuhnya mana mungkin ia mau menolong kucing itu, pakaiannya tak sengaja kena lumpur dibuat Ayu saja sudah membentak Ayu.

“Memang kamu jalan pakai kaki, tapi matamu tidak kamu gunakan dengan benar. Lihat akibat perbuatanmu! Apa bisa kamu ganti jas saya ini?” bentak pria itu sembari melihat jasnya yang penuh dengan lumpur kotor.

“Maaf pak. Sekali lagi saya minta maaf,” ucap Ayu dengan gugup. Ia masih setia menundukkan kepala menatap genangan air.

“Maaf, maaf. Apa bisa dengan kata maaf mengembalikan pakaian saya seperti semula?” bentak pria itu lagi. Ayu hanya menggeleng tak berani menampakkan wajahnya.

“Jawab?” bentaknya dengan intonasi lebih tinggi. Ayu terkejut, jantungnya seolah ingin melompat keluar.

“Tidak pak, tapi saya kan sudah meminta maaf. Begini saja pak, biar saya cuci saja jas yang bapak pakai, tapi tidak hari ini karena saya sedang terburu-buru pak,” jawab Ayu masih menekuri genangan air hujan.

“Kalau ngomong itu biasakan melihat wajah lawan bicaramu, agar orang tersebut tahu jika kamu itu tulus atau tidak dengan ucapanmu. Jika perlu tatap matanya langsung. Apalagi saat ini kamu sedang meminta maaf, tapi kamu tak berani menatap wajahnya. Mengerti?”

Perkataan pria itu sukses membuat Ayu mendongakkan kepalanya. Pandangan mata mereka bertemu. Pria itu begitu terkejut menatap manik mata Ayu. Matanya mengingatkan ia akan seseorang yang pernah menyelamatkannya. Namun, tak mungkin ia sudah mencarinya dan sampai sekarang belum menemukan.

"Ta-pi, Pak bisakah Anda melepaskan saya kali ini." Mohon Ayu dengan wajah memelas.

“Ya sudah, kamu boleh pergi. Saya sedang berbaik hati karena melepasmu dengan cuma-cuma. Karena sebentar lagi saya akan menikah,” kata pria itu meninggalkan Ayu. Pria itu membuka jasnya dan masuk ke mobil mewah.

“Gegara lo gue udah telat. Telat banget malah. Nyebelin lo. Semoga saja pernikahan lo batal!” teriak Ayu setelah pria itu meninggalkannya.

Setelah pria itu pergi Ayu mengambil kucing itu dan kembali ke kostnya, ia memandikan kucing tersebut dan mengeringkan tubuhnya dengan hair dryer. Tak peduli lagi jika ia sudah terlambat ke kantor ia iba melihat kucing tersebut. Setelah tubuh kucing itu kering ia mengambil roti miliknya dan memberikan kepada kucing, semoga suka. Ternyata kucing itu memakan roti dan Ayu pun menuggu kucing tersebut menghabiskan roti pemberian Ayu.

Kucing itu Ayu bawa keluar kamar kost dan menempatkan di tempat kering dan aman. Setelah memastikan kucing itu aman barulah ia beranjak dari kostnya. Ia tetap pergi ke kantor meski sudah tahu resiko apa yang akan ia dapat.

Flashback off

“Dan lo tau siapa pria itu?” tanya Ayu setelah ia menceritakan kenapa ia bisa terlambat.

“Siapa?” tanya balik Roma.

“Anak pemilik perusahaan ini,” jawab Ayu.

“What?!”

Mata Roma membeliak seolah bola mata itu akan lompat keluar. Ia tak percaya dengan ucapan Ayu.

“Serius kau, nanti kau salah orang.”

“Iya, gue serius. Mata gue masih sehat, tulisan jauh disana aja masih bisa gue baca,” ucap Ayu sembari menunjuk pada gedung tinggi dan ia pun membaca isi billboard itu. “Rambut anda berketombe dan juga rontok, gunakan shampoo pentin. Itu kan tulisan yang ada di billboard,” terang Ayu.

“Iya, gue yakin sama omongan kau, tapi kenapa sampai kau doa’in anak bos kita batal nikah?” tanya Roma.

“Gue juga gak tau Rom, gue refleks ucapinnya. Habisnya gue kesel gegara dia gue jadi telat masuk kantor.”

Sekarang Ayu baru sadar dengan doa yang ia ucapkan dan sukses membuat anak bos tempat ia bekerja batal menikah. Ucapan adalah doa dan itu terkabul langsung. Kenapa doa Ayu yang jelek dikabulkan? Selama ini dia selalu meminta agar orangtuanya panjang umur dan selalu sehat. Namun, takdir berkata lain kedua orangtuanya pergi meninggalkannya dan menjadikan Ayu sebatang kara.

“Apa gegara gue pernikahan itu batal ya, Rom? Gue terlalu kejam?” tanya Ayu dengan wajah sayu.

“Bukan gegara doa kau, tapi memang itu jalan terbaik dari Tuhan untuk dia. Udah gak usah merasa bersalah, jadi setelah resign kau mau kerja dimana?”

“Gue mau pulang ke kampung nyokap gue aja,” jawab Ayu.

“Yakin kau? Emang keluarga nyokap mau nerima kau?” tanya Roma.

Ayu juga merasa tak yakin dengan ucapannya karena ia adalah anak angkat. Menurut kedua orangtua angkatnya ia adalah anak orang kaya, hal ini terlihat dari pakaian yang dikenakannya yang sangat mewah dan juga ia ditemukan dalam kereta bayi. Pada zaman dulu jarang sekali bayi menggunakan kereta bayi. Paling digendong saja dengan kain jarik. Ayahnya memperkirakan usianya saat itu masih 6 bulan, karena saat diletakkan di lantai ia langsung bisa tengkurap. Itu hanya perkiraan ayahnya dan sampai saat ini ia tidak tahu tanggal lahir dan usia yang sebenarnya.

Saat ayahnya ulang tahun ia pun akan ikut merayakan ulang tahun. Ia yang memberikan ide itu agar ia tetap ingat pada ayahnya dimanapun ia kelak berada. Keadaan mereka saat itu memang sangat miskin, makanya saat ulang tahun hanya 1 kue tar saja yang disediakan untuk menghemat biaya. Ia tak pernah bersedih malah bersyukur dengan sikap kedua orangtuanya yang sangat menyayanginya.

Sejak kecil ia dan kedua orangtuanya sering pindah rumah. Hal itu dikarenakan seringnya rentenir menemui mereka. Bukan karena ayahnya memiliki hutang, tapi adik bungsu ayahnya yang sering meminjam uang katanya untuk membuka usaha dan semuanya dibebankan kepada ayahnya. Baru saat berseragam putih biru mereka bisa memiliki tempat tinggal yang tetap. Adik ayahnya tidak meminjam uang lagi dan juga tidak membuka usaha melainkan menjadi TKW.

“Gue gak yakin, Rom. Apapun yang terjadi gue akan ambil resiko,” jawab Ayu.

“Sebaiknya kau berpikir ulang sebelum pergi. Keluarga bokap kau aja mengambil semua harta peninggalan bokap kau dan tak ada yang disisakan untukmu. Padahal semua aset atas namamu.”

Mengasingkan diri dari hiruk pikuk ibukota tentu saja bukan hal yang bagus. Namun, untuk apa ia bertahan di tempat ini sementara keluarga ia sudah tak punya, lebih baik pergi agar bisa menenangkan diri. Bukan maksud untuk melarikan diri hanya untuk menata hati yang terluka.

Ya,Terluka karena diabaikan oleh orang yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Namun, semuanya palsu topeng yang dipakai mereka sudah dilepas. Selama ini mereka baik pada Ayu hanya karena masih ada ayah dan ibunya. Setelah meninggal mereka merampas semua yang menjadi hak Ayu. Termasuk rumah peninggalan ayah angkatnya.

Semoga saja keluarga pihak ibu angkatnya mau menerima kehadirannya. Hanya sekali ia pernah berkunjung ke kampung halaman ibunya dan ia ingat mereka sangat baik. Semoga saja kebaikan mereka masih sama seperti saat ibunya masih hidup.

“Gue yakin dengan keputusan yang gue ambil, Rom. Ayo kita turun jam istirahat udah mau habis ini.”

Roma baru sadar jika tadi ia membawa Ayu ke rooftop masih jam kantor dan sekarang waktu istirahat sudah hampir selesai. Mereka akhirnya turun dengan terburu-buru dan Ayu langsung ke ruangan untuk mengambil kotak yang berisi barang pribadinya.

Siang ini ia ingin langsung ke kost menyusun pakaian yang akan ia bawa dan akan langsung berangkat ke kampung halaman ibu angkatnya. Ia berharap semoga keluarga di sana mau menerimanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status