Semangat sih semangat, tapi tetap saja Joko dikalahkan oleh realitas yang menghadang. Mau dicari dimana pun tetap tak ada warung lontong balap di pagi buta begini. Nihil.
Tapi Joko tahu benar, Pak Edwin tak akan mau menerima alasan apapun tentang kegagalannya dalam menjalankan tugas.
Aaarrrgggh bisa gila!
Ditengah kegalauan akutnya, Joko tiba-tiba kepikiran sebuah ide cemerlang. Kalau gak ada yang jual, gimana kalau bikin sendiri saja? Pasar tradisional kayaknya sudah buka deh pagi buta begini. Yang penting bisa dapat kan lontong balap sesuai pesanan.
Tapi siapa yang masak ntar? Aku kan gak bisa masak sama sekali?
Oiya, Bi Ijah kan pinter masak. Pasti dia bisa bikin Lontong balap yang enak.
Akhirnya Joko menetapkan hatinya untuk pergi ke pasar tradisional. Membeli semua bahan yang dibutuhkan untuk membuat lontong balap. Kemudian membawanya ke Wijaya Manshion. Joko langsung meminta bantuan Ijah untuk memasak dan
Edwin keluar dari mobilnya saat Soleh baru menghentikan mobil di pelataran parkir rumah sakit. Dia bahkan tidak menunggu sampai posisi mobil sudah benar untuk di parkirkan terlebih dahulu.Calon papa itu sudah berlarian dari parkiran mobil, memasuki gedung rumah sakit. Langsung menuju ke ruangan bersalin yang sudah dia ketahui letaknya. Waktu Rieka keguguran dan perlu tindakan kuretase kan di ruangan bersalin itu juga dulu.Edwin menghampiri salah satu perawat yang bertugas, menanyakan tempat Rieka dirawat. Perawat itu pun mempersilahkan Edwin untuk masuk ke ruangan persalinan.Di dalam ruangan Edwin dapat melihat Rieka yang sudah terbaring diatas bed pasien sedang posisi tubuh miring kiri. Dengan selang infuse yang sudah ditangan terpasang di tangannya."Honey? Honey kamu gimana keadaannya?" Edwin menghampiri Rieka, mengamati keadaan wanita yang sangat dicintainya itu dengan seksama.Rieka terlihat sangat pucat
Suasana di kediaman keluarga Wijaya sore ini sudah sangat ramai. Booth-booth makanan dengan segala macam sajian dari catering kenamaan Sono Kebun, telah stand by di seluruh sudut ruangan. Ruang tamu plus ruang tengah yang kini disatukan menjadi sebuah party hall super luas. Ada apakah gerangan disana? Tentu saja sedang ada acara Tasyakuran kelahiran serta aqiqah dari putra pertama Edwin dan Rieka. Sang Pewaris Tahta Keluarga Pradana. Para undangan yang hadir tidak terlalu banyak, karena ini merupakan private party sederhana saja. Hanya ada keluarga dekat dari masing-masing keluarga Rieka dan Edwin. Serta tentunya beberapa sahabat dekat dan staff kepercayaan Pradana juga turut hadir diundang untuk memeriahkan acara. "Selamat sore, Good evening. Terima kasih atas kehadiran saudara sekalian. Saya selaku perwakilan dari kepala keluarga Pradana mengucapkan selamat datang dan selamat menikmati acara serta hidangan seadanya yang telah kami persiapkan." Mahes yang kali ini didapuk sebagai p
“Dunia tanpa dirimu terasa seperti sebuah teka-teki jigsaw. Selamanya masih kehilangan kepingan-kepingannya dan tidak lengkap. Karena rasanya tidak mungkin bagi siapapun menggantikan dirimu.” Ungkapan ini selalu terngiang di benar Rieka selama tiga tahun hidup tanpa adanya Edwin di sisinya.Kisah cinta berbeda kasta, antara rakyat jelata dan sang sultan kaya raya biasanya tidak akan bisa menemukan akhir bahagia. Karena hidup tak seindah kisah Cinderela yang dapat bertemu pangeran tampan lalu jatuh cinta, menikah dan hidup bersama.Begitu pula kisah cinta antara Rieka, seorang dokter spesialis penyakit dalam. Rieka berasal dari keluarga yang sederhana. Dia bertemu dan jatuh cinta serta terlibat kisah asmara dengan Edwin, seorang CEO dari keluarga milyuner kaya raya. Putra sulung serta pewaris utama dari keluarga Wijaya. Tentu saja perjuangan dan ujian cinta yang harus Rieka lalui tidaklah mudah. Dia dihadapkan dengan pilihan antara cinta dan profesinya sebagai dokter, oleh keluarga Wi
“Untung kamu sudah gak pa-pa, Mas. Aku takut banget tadi. Aku takut kehilangan kamu ...” Erwin tersenyum simpul mengingat ucapan Rieka kepadanya kemarin di rumah sakit. Saat dirinya tersadar dan keadaannya sudah stabil serta di dipindahkan ke ruang rawat inap.Pengantin baru dan bulan madu adalah saat-saat paling indah dalam hidup siapapun juga. Apalagi jika telah tersedia segala fasilitas mewah sekelas Karma Kandara hotel, beach and resort di Bali. Namun nahas tak dapat dihindari, terjadilah sebuah tragedi di tengah acara honeymoon romantis Rieka dan Edwin. Edwin yang memiliki alergi parah terhadap buah kelengkeng terpaksa harus dilarikan ke UGD Rumah Sakit karena serangan syok anakfilaktik. Tragedi yang kontan menghancurkan acara bulan madu dan harus berakhir di rumah sakit."Ternyata kamu benar-benar mencintai aku ya, Rik?" Edwin merasa bahagia dengan apa saja yang telah dilakukan oleh Rieka untuknya. istrinya itu yang merawat dirinya sendirian di rumah sakit. Selama dua hari di
"Hubby? Kamu ngapain?" tanya Rieka kaget menerima pelukan erat Edwin pada tubuhnya. Bahkan suaminya itu semakin membenamkan kepalan ke leher ceruk dan tengkukknya."Cari kehangatan," jawab Edwin dengan nada santai.Sambil terus menempelkan tubuh ke tubuh Rieka."Cari kehangatan apaan sih?" Rieka tak habis pikir dengan tingkah manja Edwin kali ini."Aduuuh, tanganmu kemana itu, Mas?" protes Rieka saat merasakan kedua tangan Edwin mulai menyelinap masuk ke dalam pakaiannya. Membelai lembut kulit tubuhnya yang sensitif.Edwin tak menjawab protes yang dilancarkan Rieka, malah melanjutkan gerakan tangannya dengan lebih agresif. Bahkan kedua telapak tangan Edwin sudah mencapai undergarment Rieka dan menyingkapnya. Menyentuh benda yang sejak awal tersembunyi di sana."Aaaah Mas Edwin nakal!" Rieka tersentak kaget saat tangan Edwin menyentuh bagian depan tubuhnya yang menojol."Aku kangen sama asetku, El." Edwin bergumam tanpa memperdulikan protes dari Rieka.Edwin malah semakin mempererat pel
"Aku berangkat dulu ya." Edwin berpamitan setelah menghabiskan lebih dari separuh menu makan siangnya. Rieka dengan siaga membantu pria tiga puluh tahun itu untuk berjalan. Dia memegangi lengan suaminya erat-erat. Karena merasa masih terlalu berbahaya bagi Edwin untuk menuruni tangga sendirian, takut tiba-tiba oleng dan terjatuh."Iya take care, jangan memaksakan diri. Obatnya juga nanti jangan lupa diminum." Rieka meraih tangan kanan Edwin dan menciumnya.'Kok rasanya masih tidak rela melepas kepergian Mas Edwin, ya?' batin Rieka sambil menyerahkan drug box berisi obat sang suami ke saku jasnya.Edwin hanya mengangguk sebagai jawaban. Dia menepuk ringan puncak kepala Rieka sebelum akhirnya memasuki mobil yang sudah menantinya di depan teras. Kemudian mobil BMW hitam yang dikemudikan Hasan itu langsung melaju begitu Edwin memasukinya.Edwin menghubungi Joko saat mobil yang dikemudikan oleh Hasan, supir pribadinya sudah hampir tiba di kawasan Wijaya Bisnis Park. Edwin meminta mereka u
Edwin membulatkan tekad untuk dapat bertahan mengikuti jalannya rapat. Mencoba bertahan untuk tetap duduk tegak di kurisnya, sampai nanti dirinya memberikan keputusan akhir dan mengakhiri rapat hari ini. Irza tercengang mendengar keputusan Edwin yang sepertinya sudah bulat. Keputusan yang sangat berani. Irza merasa terharu atas kepercayaan yang diberikan Edwin padanya dan kepada perusahaannya. Benar dugaannya bahwa Edwin ini tipe teman sejati yang dapat dipercaya dan diandalkan. Tak akan pernah mungkin untuk mengkhianati dirinya. Sekali lagi Irza mengamati wajah Edwin, sahabatnya itu lekat-lekat. Wajah Edwin terlihat pucat, lemah dan sedikit gelisah. Jauh berbeda dari wajah dingin, tenang, penuh wibawa yang biasa diperlihatkan olehnya. Memang Irza sudah mendengar bahwa Edwin sedang sakit bahkan beberapa hari terakhir tidak datang ke kantor. Gosip lebih jauh mengatakan Edwin terpaksa membatalkan honeymoon yang telah dijadwalkan selama seminggu penuh setelah dirinya menikah. Kenapa
Rieka melirik jam dinding di atas kulkas dapur. Sudah lebih dari jam enam sore. Kok mas Edwin masih belum pulang aja ya? Apa rapatnya molor? Apa terjadi perdebatan sengit dan alot selama rapat berlangsung?Rieka sama sekali tak bisa tenang sepanjang siang dan sorenya. Tentu saja kepikiran dengan keadaan Edwin, suaminya di sana. Seharusnya aku ikut saja tadi ya? Tapi kok kayak tidak pada tempatnya untuk hadir. Gak etis rasanya bagi Edwin bawa-bawa istri saat sedang urusan resmi begini.Apa mas Edwin baik-baik saja ya? Apa dia tidak lupa meminum obatnya? Apa dia kuat duduk lama untuk menghadiri rapat yang molor dengan segala tekanannya? Apa dia gak pusing mendengar suara-suara yang pastinya bising? Gimana kalau tiba-tiba dia kumat lemesnya dan ngedrop lagi tekanan darahnya?'Kamu pasti baik-baik saja kan mas Edwin?'Rieka mencoba menghalau kecemasannya sendiri.Kegalauan Rieka terus berlanjut sampai pada sesi memasak sorenya. Rieka memang seng