Sudah satu minggu Olivia di tahan dalam mansion mewah dan besar ini. Ia tidak di perbolehkan keluar dari pintu mansion walau hanya selangkah. Jadilah Olivia selama satu minggu ini hanya berputar-putar di dalam ruangan saja, atau naik turun lantai atas dan bawah. Tak jarang ia mondar mandir di antara dapur dan ruang makan. Meski ia belum tau pasti apa penyebab Albert marah dan menghukumnya seperti ini, Olivia memilih untuk tetap patuh.
Terkadang, ada rasa iba menyergap dalam hati Albert melihat Olivia yang hanya terkurung dalam mansion besarnya ini. Meski Albert memasang aksi diam padanya, Olivia tetap saja melayani semua kebutuhannya dengan sangat baik. Hanya saja, kebutuhan jasmani yang tidak ia tuntut dalam satu pekan ini.
Pernah beberapa kali Olivia sengaja memancingnya untuk melakukan hubungan intim, tapi karena masih kesal dan marah, Albert mengabaikannya. Hingga terlihat raut sedih dan kecewa pada wajah istrinya itu. Lagi-lagi, Albert mencoba bersikap tak pedul
"Tolong, maafkan aku," lirih Albert yang masih bersimpuh di depan Olivia. Kata itu keluar dan terucap begitu saja dari mulut Albert. Bahkan, ia sendiri tak menyangka bahwa dirinya bisa mengatakan kata-kata itu. "Untuk apa kau meminta maaf padaku? Apakah sekarang kau merasa bersalah padaku? Apa sekarang kau mengakui bahwa dirimu terlalu kejam? Atau, hanya karena kau kasihan padaku?" Olivia mencecar Albert dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Mata Olivia sudah terlihat sembab dan merah. Albert ingin menyentuh dan menghapus air matanya, namun Olivia menepis tangan itu dengan kasar. "Jangan sentuh aku! Aku masih marah padamu, jangan coba-coba membujukku, karena aku tak mudah untuk tergoda rayuanmu," "Aku hanya tak ingin melihatmu menangis, aku terluka jika melihatmu meneteskan air mata. Apalagi itu karena ulahku. Aku memang salah, kau pantas marah padaku." "Lalu, apa itu artinya kau memberikanku kebebasanku seperti biasa?" selidik Olivia penuh
Setelah selesai makan malam, Olivia duluan meninggalkan Albert yang masih duduk di sana. Olivia berjalan menuju kamar utama. Ekor mata Albert memperhatikan langkah Olivia sampai tak terlihat lagi dari pandangannya. "Mike, pilih satu orang yang paling bagus kinerjanya untuk mengawasi dan melindungi Olive mulai besok!" titahnya pada Mike, saat sambungan telepon itu dijawab. "Baik, Tuan. Aku akan menyiapkan beberapa orang terbaik," jawab Mike patuh. "Tidak perlu banyak, Mike. Aku hanya memintamu menyiapkan satu orang saja. Dan jangan terlalu berlebihan mengikuti Olivia, bisa-bisa dia mengamuk lagi padaku," ucap Albert tanpa sadar dengan kalimat terakhirnya itu. "I-iya, Tuan." Mike terbata-bata menjawabnya. Mau ketawa takut dosa, eh takut dimarahin Albert maksudnya. Sejak kapan Tuannya itu menjadi takut dimarahi? Apalagi, oleh seorang wanita. Albert benar-benar sudah menjadi budak cintanya Olivia. Tak lama berselang, Albert menyusul Olivia k
Keesokan harinya, Olivia sudah kembali beraktifitas seperti biasa. Wajahnya terlihat sangat bahagia karena kembali mendapatkan kebebasannya seperti semula. Tak henti-hentinya ia tersenyum. Membuat seisi mansion menduga-duga, kebahagiaan apa yang kira-kira sedang di rasakan Nyonya rumah mereka itu. Saat sarapan, Jane yang penasaran langsung saja bertanya pada Olivia. "Nona, sepertinya Anda sangat bahagia pagi ini, apa ada suatu kabar yang sangat special hari ini?" "Kau sangat pintar melihat situasi, Jane. Ya, aku memang sangat bahagia pagi ini," jawab Olivia dengan senyuman manisnya. Senyuman itulah yang membuat hati Albert luluh lantah. "Apa itu, Nona?" tanya Jane semakin penasaran, ia berharap bahwa Olivia membawa kabar kehamilannya. "Ehm... Jane, apakah sekarang tugasmu menjadi tukang introgasi istriku?" tegur Albert yang baru saja hadir dan bergabung di meja makan. Albert mengecup puncak kepala Olivia, lalu duduk di kursi kepe
Monica baru saja selesai membersihkan dirinya, sementara Hans masih tertidur usai melakukan percintaan panas yang terlarang di antara keduanya tadi. Monica sudah memikirkan rencana untuk menjebak Olivia, agar terlihat seperti sudah mengkhianati Albert. Karena, rasa sakit hatinya yang teramat dalam. Membuat Monica berpikir, bahwa Alhert menceraikannya atas permintaan atau paksaan dari Olivia. "Kau atur agar pertemuan mereka terlihat seperti sudah direncankan. Dan ingat, untuk memberitau Albert setelah mereka bertemu." ucap Monic memberi perintah pada seseorang dalam telepon. "Baik, Nona. Aku akan melakukannya siang ini. Jangan khawatir, Anda akan mendapat hasil terbaik dari pekerjaanku," jawab pria di seberang sana. "Bagus. Aku akan mengirim pembayaran awal, sisanya setelah pekerjaanmu selesai." Monica langsung menutup telepon saat Hans sudah kembali duduk dan memeluknya dari belakang. "Pria mana lagi yang akan kau bayar? Apa aku kurang memuaskanmu?" t
Siang ini Olivia hanya berdiam diri di kamar. Karena kuliahnya sudah selesai dan hanya tinggal menunggu jadwal wisuda. Olivia asik membaca novel-novel romantis kesukaannya di salah satu platform bewarna merah itu. Tak jarang, Olivia top up koin dengan jumlah yang fantastis. Hanya demi memenuhi kepuasan membacanya. Olivia memang sangat hobby membaca. Entah itu komik, novel atau puisi. Para pelayan di mansion tak heran lagi, jika Olivia berkurung diri di kamar seharian. Paling-paling, dia hanya turun saat waktu makan atau meminta cemilan dan minum. Agar lebih menikmati waktu membacanya. Olivia juga tak segan-segan memberikan kiriman uang kepada penulis yang menurut Olivia karyanya sangat bagus dan disukai oleh Olivia. Seperti wujud dari apresiasi agar semakin semangat berkarya dan terus menghasilkan karya-karya yang berkualitas. Setelah membaca beberapa judul novel, Olivia berhenti membaca karena matanya terasa mengantuk. Belum sempat ia memejamkan matanya, seb
Di sisi lain, Albert ternyata mendadak harus terbang keluar kota bersama Mike. Dan karena terburu-buru mereka lupa membawa ponsel yang saat itu memang terletak di atas meja dalam ruangan Albert. Itu sebabnya, tidak satu pun dari mereka yang tau dan mengangkat panggilan telepon dari Olivia tadi. Setelah satu jam mengurus klien penting, mereka segera kembali. Untuk urusan mendadak dan darurat seperti ini, Albert selalu menggunakan jet pribadinya. Saat tiba kembali di Kantornya, Albert dan Mike menyadari bahwa ponsel mereka tertinggal. Saat melihatnya, Albert dan Mike saling berpandangan. Karena ada masing-masing tiga panggilan tak terjawab dari nomor Olivia. "Mike, ayo segera pulang," ucap Albert memberi perintah. "Baik, Tuan Muda." sahut Mike patuh. Mereka kembali ke parkiran dan Mike dengan cepat mengemudikan mobil, melaju di tengah-tengah kemacetan yang sedang melanda. Ya, jam tujuh malam memang rawan sekali dengan kemacetan. Berkat keahlian Mi
Di saat Olivia merasa hidupnya tak berharga lagi, ia ingin kembali ke rumah orang tuanya. Namun, saat di perjalanan mobil Olivia mengalami kecelakaan. Ada mobil yang sengaja menabraknya. Kondisi jalan yang sepi, membuat tak ada seorang pun yang tau tentang kecelakaan itu. Di saat Olivia hampir saja kehilangan kesadarannya, terdengar suara pria memanggil namanya dengan panik. "Olive, bangun lah. Sayang, aku akan menyelamatkanmu dan membawamu pergi jauh darinya." ucap pria yang tak lain adalah Tristan. "Al-bert..." lirihnya sebelum akhirnya Olivia kehilangan kesadaran. Meski terluka, karena di saat kritisnya pun Olivia masih menyebutkan nama Albert, namun Tristan tetap sigap membantu Olivia dari kecelakaan maut itu. Dengan bekal ilmu medis yang ia miliki, Tristan berhasil melakukan pertolongan pertama pada Olivia, hingga ia di bawa ke Rumah Sakit yang terpencil. Tristan yang kebetulan lewat hendak mengunjungi orang tua Olivia, melihat kecelakaan itu. Da
Tak terasa, waktu semakin cepat berlalu. Saat ini, usia kandungan Olivia sudah sembilan bulan. Dan menurut perkiraan Dokter Kandungan, bayi-bayi itu akan lahir sekitar satu minggu lagi. Olivia yang sudah sulit berjalan dan bernapas, karena besarnya perut yang berisi dua bayi itu, tak bisa melakukan aktifitas apapun lagi. Tristan dengan sabar dan tulus merawat Olivia. Para tetangga juga sangat baik pada mereka. Tinggal di sebuah desa terpencil, memang membosankan. Tapi di sini Olivia merasa sangat nyaman dan tenang. Itu juga bagus untuk masa-masa kehamilannya. Penduduk desa sangat ramah dan sopan. Mereka sering mengunjungi Olivia saat Tristan sudah berangkat Dinas. Takut jika Olivia sendirian di rumah dan terjadi apa-apa, tapi tidak ada yang mengetahuinya. Jadi para tetangga sering sekali berkunjung secara bergantian. Mereka juga membawakan makanan yang memang sengaja dibuatkan untuk menambah asupan gizi Olivia selama masa mengandung. Sikap warga yang baik dan ramah p