Auriel berjalan dengan cepat menuju kamar putranya dan meletakkan semua tanaman herbal di dapur. Dia sudah meminta Meryln untuk menjaga semua tanaman yang dipetiknya itu sampai dia selesai memeriksa King. Saat Auriel sampai di kamar King, matanya tak bisa percaya bahwa saat ini King sedang duduk di sisi ranjang dan menoleh padanya dengan senyum yang merekah.“Sayang ... kau sudah bangun, Nak?” tanya Auriel dan belari menghambur ke pelukan King.Dia terlalu bahagia sampai lupa bahwa perut putranya masih terluka. Auriel langsung mengurai lagi pelukannya dan kemudian King meminta Auriel mengunci pintu kamarnya terlebih dahulu. Auriel dengan cepat melakukan semua itu dan kemudian kembali ke sisi King.“Nak ... kapan kau sadar? Kenapa kau tidak memanggil Mami?” tanya Auriel sekali lagi pada putranya.“Tenang lah, Mom. Dan pelankan suaramu. Aku tidak ingin ada yang tahu bahwa aku sudah sadar. Semua ini adalah rahasia sampai kita bisa membuktikan dia bersalah.” King menjawab dengan kalimat y
“Tidak ada apa-apa. Tadi aku hanya keluar sebentar dan ternyata suster itu sudah selesai memeriksa keadaan King,” jawab Paulina yang sejurus kemudian melempar senyuman yang seperti biasa.“Oh begitu. Iya, Kak. King sudah diberikan bubur dan ditelannya dengan sangat baik. Semoga saja setelah ini King bisa kembali sadar,” ucap Auriel yang terdengar sangat penuh harap.“Amin . kita selalu mendoakan yang terbaik untuk King dan aku yakin dia pasti akan segera sembuh. Orang-orang menyayanginya dengan sepenuh hati dan itu cukup untuk memberikannya kekuatan.”“Kau sangat benar, Kak. Kalau begitu, ayo kita duduk dan minum teh.”“Tapi ... bagaimana dengan King? Tidak ada yang menjaganya di dalam.”“Tidak apa-apa, Kak. Aku tahu dia akan selalu menjaga dirinya dengan baik meski dia masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Putraku adalah pria yang hebat dan kuat,” ungkap Auriel membanggakan King pada Paulina dengan sangat tulus dan sungguh-sungguh.“Kau benar, Sayang. Putramu adalah pria yang kuat
“Apa Brian sudah pergi?” tanya Zahra pada Merlyn.“Sudah, Nyonya Besar. Apa ada yang bisa aku lakukan untukmu?”Merlyn bertanya dengan sedikit ragu tepat setelah menjawab pertanyaan Zahra. Wanita itu satu-satunya anak Albert dan Olivia yang masih hidup. Meski usianya sudah tidak lagi muda, dan sudah setengah abad lebih itu masih tetap saja muda dan cantik seperti dulu.Zahra baru saja menghempaskan bokongnya di sofa mahal limited edition tentunya di seluruh dunia. Dia memang sengaja datang ke mansion karena ada urusan penting yang harus dia selesaikan di sini. Namun, ternyata Brian sudah pergi ke luar negeri untuk melakukan perjlanan bisnis. Sepertinya, Zahra terlambat beberapa menit menemui keponakannya itu.Dengan kaki bersilang, Zahra menatap sekeliling ruangan yang masih saja tetap sama. Tidak ada yang berubah dan tadi pagi pun Zahra bersama Dayana dan Gerald menghadairi pernikahan Brian. Hanya saja, mereka harus pulang terlebih dahulu karena Dayana harus segera berangkat ke Bali
Naomi masih tidak bisa melupakan apa yang tadi dikatakan oleh Zahra kepadanya. Wanita tua yang dia panggil sebagai Mami itu pun mengatakan bahwa Brian sangat sehat dalam segalanya. Dan itu juga akan membuat dirinya mengandung anak yang sangat banyak dari benih Brian – keturunan keluarga Albert generasi ketiga.“Ya Tuhan! Apa yang baru saja aku pikirkan? Bagaimana aku akan melahirkan banyak anak pria mesum itu? Aku bahkan tidak mau ditiduri olehnya. Aku akan selalu mencari cara agar tidak melakukan hal itu dengannya. Tapi ... jika dia memaksa dan melakukannya dengan sedikit kekerasan bagaimana? Aku bisa apa jika itu memang benar terjadi?” Naomi benar-benar merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa lagi jika hal itu tidak bisa dihindarinya suatu hari nanti. Dia bisa melihat bahwa Brian adalah seorang pria dengan tipe memaksa. Dan dia tidak akan membiarkan Naomi lepas begitu saja.Saat ini sudah malam dan Naomi masih mengenakan pakaian pengantinnya. Sementara, pengantin pria entah
Brian jelas tidak bisa fokus setelah melihat foto itu karena di dalam gambar yang diterimanya itu juga tampak menu berbeda di atas meja makan. Brian tidak pernah mendapatkan menu itu selama hidupnya dan selama tinggal di dalam mansion. Mana mungkin koki terbaik di dalam mansion itu akan memasak menu-menu yang sederhana seperti di atas meja makannya saat ini.“Bagaimana mereka semua bisa tampak bahagia dengan makanan itu? Apa makanan yang ada di meja makan itu sebenarnya? Kenapa aku tidak pernah melihatnya sebelum ini?” tanya Brian dengan terus mematut layar ponselnya.“Foto dan makanan apa yang sedang Anda maksud, Tuan Muda?” tanya Charlos pada akhirnya karena juga merasa sangat penasaran.“Istriku baru saja mengirim pesan dan itu ternyata sebuah foto. Kau ingin liat? Ini tidak seperti foto yang aku harapkan akan dia kirimkan malam ini,” jawab Brian dengan seringai yang membuat Charlos tidak berani lagi untuk penasaran.Dan baru saja, Brian menyebut kata istri untuk menyampaikan bahw
“Bagaimana, Sayang? Apa kau berhasil bertemu dengan Brian semalam?” tanya Gerald lembut.“Tidak. Dia sudah pergi sebelum aku datang. Aku akan menemuinya lagi saat dia pulang.”“Baiklah kalau begitu. Tapi, aku pikir itu tidak perlu. Biarkan saja jika memang Dayana mendapatkan hak warisan yang sama dengan Brian, Queen, dan King.”“Tapi, Dayana tidak mau itu, Sayang. Kau tidak dengar dia mengatakan hal itu semalam? Dia hanya ingin menikmati yang kau berikan padanya karena dia tidak ingin ada perdebatan di kemudian hari antara saudara sepupunya. Maaf, tapi bagaimana pun mereka tidak kandung dan aku takut Brian atau yang lainnya akan menyakiti hati putriku dengan kenyataan itu,” ungkap Zahra dengan sangat frustasi. Hal itu memang benar adanya dan Gerald tidak akan menyangkal yang baru saja dijelaskan oleh istrinya. Dayana memang bukan putri kandung Zahra dan itu artinya dia bukan lah darah daging dan keturunan Albert. Hal yang membuat Dayana seharusnya tidak mendapatkan apa-apa dari harta
Setelah kepergian Geralad dan Dayana dari rumah itu, hati Zahra tidak bisa tenang. Sejujurnya, di usia yang tidak lagi muda, tentu saja Zahra berharap bahwa dia bisa mengetahui ke mana sebenarnya Gerald dan Dayana pergi pagi-pagi begini.Namun, Zahra benar-benar tidak bisa meninggalkan sesuatu yang penting yang akan dia lakukan pagi ini di perusahaan ayahnya. Zahra harus pergi menggantikan Brian dalam pertemuan penting di perusahaan itu karena dia baru saja mendapatkan kabar bahwa King tidak dalam keadaan sehat beberapa hari ini.Di dalam mobil Dayana dan Gerald masih merasa tidak sampai hati karena sudah membuat Zahra bersedih di rumah. Namun, mereka tidak ada pilihan lain dan tetap harus melakukan hal itu. Gerald masih terngiang ucapan Zahra yagn membahas tentang dirinya yang sudah jadi wanita mandul.“Aku tidak tahan melihat ekspresi bingung dan sedih mami tadi, Dad. Rasanya, aku ingin membongkar semuanya dan memeluk mami dengan erat.” Dayana berkata dengan nada yang terdengar sang
“Siapa yang baru saja kau panggil dengan sebutan pelacur?” tanya Dayana tak kalah emosi mendengar ucapan si pria yang baru saja menghampirinya itu.“Aku tidak berbicara dengan wanita lain di sini selain denganmu,” jawabnya dengan enteng.“Jaga bicaramu, Pecundang! Aku ini Nona Muda keluarga terpandang. Kau tidak tahu siapa orang tuaku? Atau mungkin ... kau perlu tahu siapa nama kakekku?” tanya Dayana yang saat ini sengaja membanggakan silsilah keluarganya karena merasa hal itu menguntungkan saat ini.“Aku tidak perlu tahu tentang semua itu. Kau sendirian di sini dan berpakaian seperti ini untuk mengundang birahi pria. Kau bahkan memakai trik murahan seperti itu untuk mendapatkan bayaran tinggi,” ejek pria bernama Marcelino itu pada Dayana.“Apa urusanmu dengan pakaian yang aku kenakan? Itu tidak akan mengurangi saldo di rekeningmu dan itu tidak membuatmu malu! Satu lagi, aku tidak perlu uangmu itu karena hartaku saja tidak akan habis meski sudah aku hambur-hamburkan.”“Sombong sekali,