Kenzo tidak suka kalau ada masalah, tapi tidak dibicarakan. Ia sudah beberapa kali pacaran dan ia cukup tahu bagaimana sifat perempuan. Kalau tiba-tiba mengambek seperti ini, berarti ada yang tidak beres.Kenzo pun menarik bahu Ayana yang membelakanginya dengan lembut, tapi Ayana tidak mau menghadap Kenzo dan mempertahankan posisi miringnya. Terpaksa Kenzo menarik bahu Ayana dengan paksa agar telentang dan menatap dirinya.“Aah … sakit, Mas!” sungut Ayana lalu mengelus bahunya. Meskipun ia sudah dalam posisi telentang, ia tetap memalingkan wajahnya tidak mau menatap Kenzo.“Ay! Aku nggak mau ada masalah di antara kita. Jadi, kalau ada apa-apa, kamu bilang sama aku,” ucap Kenzo.Ayana menatap Kenzo dengan mata jernihnya. Mata itu tampak berkaca-kaca.“Bu Sella,” ucap Ayana lalu berhenti sejenak.“Dia suka sama kamu ‘kan, Mas?” ucap Ayana melanjutkan kalimatnya.“Kenapa? Kamu cemburu?” balas Kenzo terkejut dengan ungkapan Ayana. Namun, ia yakin kalau Ayana bukan cemburu. Ia tahu kalau A
“Kamu bebas nggak habis ini? Sebagai perkenalan, gimana kalau kita makan bareng? Aku yang traktir,” ucap Alan seraya menatap Ayana. Usianya lebih tua satu tahun dari Ayana. Jadi, ia lebih dewasa daripada Ayana.Penampilan Alan sederhana dan rapi. Karena itu Ayana pun langsung mengiyakan ajakan Alan.Mereka berdua makan di kantin kampus. Karena baru kenal, Ayana takut kalau pergi berdua dengan Alan.Sambil makan mereka saling bertukar cerita. Mulai dari domisili, asal sekolah, dan banyak hal yang lain. Ayana merasa Alan anak yang asyik saat diajak ngobrol. Setiap ngobrol mereka selalu nyambung. Hati Ayana merasa sangat senang.Usai makan, mereka berpisah. Ayana pun memesan ojek online untuk pulang.*Pukul lima sore, Kenzo baru pulang ke rumah. Ketika membuka pintu ruang tamu, ia melihat Ayana sedang menonton televisi di ruang tamu sambil melipat pakaian yang sudah kering.“Assalamu ’alaikum,” ucap Kenzo.“Wa ’alaikum salam,” balas Ayana singkat tanpa menatap ke arah Kenzo.“Nih, aku b
BAB 33Kenzo yang sudah siap tancap gas tiba-tiba mendengkus melihat sikap Ayana.“Biasakan kalau naik mobil, pakai sabuk pengamannya. Manja banget minta dipasangin terus,” gerutu Kenzo seraya mendekat ke arah Ayana untuk menarik sabuk pengaman dan memasangkannya di tubuh Ayana.Meskipun dengan mulut mengomel, Kenzo tetap memasangkan sabuk pengaman itu di tubuh Ayana dengan lembut.“Iya, Mas. Maaf. Aku gugup sekali saat ini. Tanganku sampai gemetar dan dingin,” ucap Ayana seraya menempelkan kedua tangannya pada kedua pipi Kenzo yang ada di dekatnya.“Lebay. Kan aku sudah bilang, tes ini hanya formalitas. Pasti diterima kok,” balas Kenzo lalu melajukan mobilnya mundur keluar gerbang. Usai itu ia turun untuk menutup gerbang dan naik kembali lalu melaju meninggalkan rumah.“Mas, bisa nggak kalau pernikahan kita dirahasiakan dari orang-orang kampus?” ujar Ayana tiba-tiba di tengah perjalanan menuju kampus.“Kenapa?” tanya Kenzo balik dengan tetap fokus mengemudi. Karena jalanan cukup pada
Selama seminggu pernikahan ini, Kenzo selalu memperlakukannya dengan sangat baik. Ia bingung harus berterima kasih dengan cara apa. Hanya ini yang bisa ia lakukan, memberikan Kenzo sebuah kecupan di pipi.Kenzo yang baru saja memejamkan matanya segera membuka matanya kembali. Ia terkejut dengan keberanian Ayana yang mencium pipinya. Jantung yang sudah rileks hendak beristirahat, seketika berdetak lebih kencang dari sebelumnya.“Jangan macam-macam kalau nggak mau kenapa-napa!” ujar Kenzo lalu mengubah posisi tubuhnya miring membelakangi Ayana. Karena jantungnya berdegup kencang, ia harus kembali memenangkan jantungnya agar rileks dan segera bisa tidur kembali. “Cium pipi doang, Mas…. Nggak boleh ya? Makasih untuk hari ini. Aku senang sekali,” balas Ayana. Saking senangnya sampai-sampai ia tidak bisa tidur meskipun tubuhnya terasa lelah.“Nggak boleh!” balas Kenzo tegas.Ayana mengerutkan keningnya usai mendengar ucapan Kenzo. Ia merasa heran karena Kenzo tidak mau diciumnya. Padahal i
Setelah membeli pakaian, Kenzo mengajak Ayana ke toko skincare. Karena ia tidak paham tentang perawatan wajah dan tubuh wanita, ia pun membebaskan Ayana membeli skincare yang biasa dipakainya.Keluar dari toko skincare, Kenzo mengajak Ayana ke toko ATK, sepatu, dan Gramedia.Beberapa jam kemudian Kenzo sudah menenteng banyak tas belanjaan di tangan kanan dan kirinya. Semua belanjaan itu barang milik Ayana.Ayana merasa senang yang sangat luar biasa seolah-olah semua hormon kebahagiaannya keluar semua. Belum pernah ia merasakan belanja secara ugal-ugalan seperti ini. Dan sekarang ia bisa merasakan belanja seperti ini setelah menikah dengan Kenzo. “Mau nonton film?” tanya Kenzo saat melewati bioskop. Sudah lama ia tidak menonton film di mal itu.“Mau!” sahut Ayana tanpa perlu berpikir lagi seraya mengangguk senang. Matanya tampak berbinar saat Kenzo menawarinya nonton film. Ini pertama kalinya ia masuk ke dalam bioskop.Kenzo yang melihat senyum Ayana pun semakin merasa ingin menyenang
BAB 29Sore hari Kenzo pulang dengan membawa bedcover yang sudah dilaundry-nya beberapa hari yang lalu. Saking banyaknya kegiatan, ia sampai lupa untuk mengambilnya. Baru saja ia memarkirkan motornya, pintu ruang tamu terbuka dan muncullah Ayana.“Mas, kamu bawa makanan nggak?” celetuk Ayana tiba-tiba dengan tidak sabar.“Kamu belum makan?” tanya Kenzo dengan heran. Padahal ia sudah masak cukup banyak pagi ini dan bisa dimakan berdua tiga kali sehari.“Sudah, tapi aku pengen camilan,” balas Ayana dengan sedikit manja. Sambil berkata ia menggigit sedikit bibir bawahnya.“Aku mandi dulu. Habis ini aku ajak keluar,” ujar Kenzo seraya duduk di teras rumah untuk melepas sepatu.Ayana sangat senang mendengarnya. Ia memang merasa sangat bosan di rumah terus dua hari ini. Mendengar Kenzo akan mengajaknya jalan-jalan mencari makanan, reflek ia pun menghampiri Kenzo lalu memeluknya dari belakang.“Terima kasih, Mas …,” ucap Ayana dengan sangat riang.Tubuh Kenzo menegang saat Ayana memeluknya.