"Biar aku saja yang melakukannya." Ucap Chloe yang kesal lalu mengikat rambut Filia. Setelah itu, dia menyikut lengan Filia kesal. Filia mengertukan dahinya. Chloe memutar bola matanya. Diatau, kalau Filia senang dengan kehadiran Elliot. Dia bahkan tak merasa risih Elliot menyentuhnya. "Kalau begitu, aku akan pulang ke rumah. Karena di sini sudah ada teman-temanmu." Ucap Elliot dan bersiap pergi. "Tolong jaga istriku dengan baik." Ucap Elliot pada Jack. Jack menunduk hormat dan membukakan pintu untuk Elliot. "Sampaikan terima kasihku untuk Theo." Teriak Filia. Setelah keluar, Elliot tidak tahu apa yang dia rasakan. Dia merasa nasib Filia sangat malang. Dia tahu, di luar sana banyak orang yang menderita, tapi dia tidak menyangka bahwa salah satu gadis bernasib malang itu akan menjadi istrinya. "Bagaimana informasi tentang Alisa?" Tanya Elliot pada Theo yang sudah menunggu di mobil sejak tadi. "Memang benar itu adalah Nona Alisa, akan tetapi kami kehilangan jejaknya." Ucap The
"Apa begini, cara kamu menjaga Istriku?" Ucap Elliot marah pada Jack, disaksikan oleh seluruh isi klub. "Apa kamu sudah gila?" Ucap Filia yang tak kalah marah mendorong kursi roda Elliot, lalu memeriksa keadaan Jack dengan menyentuh pipinya. Hal itu, membuat Elliot semakin murka. "Apa kamu lupa, kalau kamu itu istriku?" Teriak Elliot. "Aku tau, apa perlu aku jelaskan aku ini istri macam apa disini?" Balas Filia teriak. Theo yang melihat Elliot dan Filia semakin marah, menyuruh pemilik klub mengusir semua orang yang hadir. Mengenal keduanya, mereka tidak akan ada yang mau mengalah. Filia menggigit bagian dalam bibirnya, merasa marah, kecewa dan benci pada Elliot saat ini. "Bukankah aku bilang, jangan membuat nama keluargaku kotor dengan perilakumu." Ucap Elliot kasar. "Harusnya, sebelum menikah. Kamu harus sudah memikirkan hal ini. Kamu tau kan, aku wanita seperti apa?"tanya Filia kesal. " Ini bukan tentang hal itu. Tapi, tentang kamu yang harusnya lebih menjaga sikapmu. Ini
"Memangnya kenapa? Bukannya bersenang-senang bisa dimanapun?" Tanya Elliot heran. Memang Elliot tidak pernah menikmati hidup berpesta dan bermain perempuan seperti ayahnya ketika muda. Karena dia merasakan bagaimana kesepian hidup Vanesa dan dirinya ketika masih kecil. "Sudahlah, lagipula jika aku jelaskan panjang lebar, kamu tidak akan mengerti." Ucap Filia mengganti pakaiannya. Setelah Filia keluar dari ruang ganti, Elliot masuk dan ingin berganti baju. Biasanya Theo atau pembantu lain akan menyiapkan pakaiannya. Tapi, setelah dia menikah hanya Theo yang bisa keluar masuk dari kamarnya. Bruuug.... Suara dari dalam ruang ganti membuat Filia terkejut dan menghampiri Elliot. "Astaaggaaa... Apa kamu gak kenapa-kenapa?" Tanya Filia melihat Elliot yang sudah terjatuh dari kursi rodanya. Kancing bajunya sudah terbuka, dan memperlihatkan tubuhnya yang berbentuk, meskipun sejak kecelakaan dia tak pernah olahraga lagi. Filia berusaha menutup matanya sambil membantu Elliot. Dia berusaha s
"Apa yang Tuan lakukan di lantai?" Tanya Theo sambil berbisik. "Sussshhh... " Elliot meletakkan jari telunjuknya di bibirnya melarang Theo ribut. Filia lalu bergerak menyamping memeluk Elliot. "Apa tanganmu mulai tak nyaman?" Tanya Filia setengah sadar. "Tidak. Tapi, sepertinya kita lebih baik pindah ke atas tempat tidur." Ucap Elliot. "Hemmm... Kamu benar, Lebih baik aku bangun, tapi rasanya mataku sulit terbuka." Ucap Filia hendak bangun dan meletakkan tangannya di atas tubuh Elliot. "Sssshhhiiiit" Gumam Elliot pelan tanpa sadar, merasakan tubuhnya terangsang. "Eheeemm... " Theo sengaja berdehem. Tapi Filia tak perduli, ketika Elliot akan bangun Filia menahannya. "Sebentar lagi, please.. " Ucap Filia dengan suara kantuknya. Theo hanya menggeleng, sementara Elliot hanya tersenyum tak percaya. "Apa gadis ini sudah terlalu nyaman? Atau dia lupa kalau aku adalah laki-laki?" Batin Elliot. Theo memutuskan untuk keluar, dan Elliot malah kembali tertidur. Ketika Theo keluar,
"Apa kamu yakin?" Tanya Elliot tak percaya. Filia yang mendengar panggilan itu, langsung duduk dan menatap Elliot sebentar dan berdiri meninggalkan kamar. Karena sedang sibuk menerima telepon, Elliot tak sempat memanggil Filia. Filia langsung menuju dapur, mencari sesuatu untuk dimakan. Tapi, entah kenapa. Dia malah berpapasan dengan ibu mertuanya. Nyonya Vanesa. Vanesa mendengus kesal melihat kehadiran Filia. Vanesa langsung hendak pergi. "Nyonya Vanesa." Panggil Filia pelan dan sedikit ragu, membuat Vanesa menghentikan langkahmya. "Saya benar-benar minta maaf. Karena sudah menampar anda." Ucap Filia menggigit bibir bawahnya. Dia juga tau, kalau dia sudah keterlaluan menampar Vanesa. Tapi, ucapan Vanesa juga jauh membuat hatinya teluka. "Kenapa begitu membenci dan tak menyukai saya?" Tanya Filia penasaran. "Hah.. Apa sekarang kamu bercanda? Atau pura-pura bodoh?" Tanya Vanesa semakin kesal. "Apa karena saya wanita hina yang tak pantas bersama Elliot?" Tanya Filia pelan. "
Mendengar pertanyaan Elliot, Filia mengerutkan dahinya. "Kenapa sih?" Tanya Filia kesal dan cuek melewati Elliot begitu saja. "Apa kamu lupa, perjanjian kita?" Tanya Elliot yang masih kesal. "Bagaimana aku bisa lupa? Lagipula sebentar lagi kan kamu bakalan ketemu sama Alisa, tunangan kamu itu. Dan kontrak kita akan segera berakhir. " Kamu tau, meskipun ada Alisa, kita hanya bisa bercerai setelah 2 tahun." Ucap Elliot. "Tapi, di perjanjian kita, sampai... " Belum Selesai bicara, Elliot memotong ucapan Filia. "Ada perubahan, karena kakekmu dan ayahku berjanji, pernikahan kita sampai dua tahun. Itu adalah syarat dari Tuan William." Ucap Elliot tegas. "Dan juga, jaga sikapmu di tempat terbuka. Apa kamu tidak malu, banyak pelayan yang melihat tingkah lakumu?" Tanya Elliot tegas. "Jika aku perduli dengan hal remeh seperti itu, aku gak akan bisa hidup lagi." Ucap Filia meninggalkan Elliot dan menuju kamar mandi. Elliot hanya bisa menghela kasar, karena sikap Filia. Filia benar-bena
"Aku tidak perduli jika kamu jadikan aku bahan percobaan, tapi, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Elliot menyentuh lembut tangan Filia. "Aku sudah baik-baik saja." Jawab Filia lemas. Seluruh tenaganya seperti habis terkuras. "Lebih baik, aku tidur." Filia menghempaskan tubuhnya di atas sofa. "Lebih baik,. Kamu tidur di atas tempat tidur." Ucap Elliot mendekati Filia. "Lalu, kamu akan tidur dimana?" Tanya Filia duduk dan menatap Elliot. "Kenapa kita tidak tidur berdua di atas sana. Itu cukup besar untuk lima orang. dan aku janji tidak akan menyentuhmu." Ucap Elliot mengangkat jati telunjuk dan tengahnya. "Hemm... Apa kurang menarik sampai kamu tidak akan menyentuhku?" Tanya Filia berjalan ke arah tempat tidur. "Kamu tahu, bukan itu masalahnya." Ucap Elliot berpindah ke samping kasur dan melihat ke arah Filia yang sudah tak menjawab dan hanya nafasnya yang terdengar. Elliot menghela pelan. "Bagaimana dia bisa tidur setelah membangkitkan gairah seorang pria?" Elliot menggeleng dan
Filia tak berhenti memikirkan kenapa Elliot berbohong padanya. "Nyonya, sekarang kita akan ke mana?" Tanya Jack membuyarkan lamunan Filia. "Emmmm... " Filia memikirkan tempat yang bisa dia kunjungi. Tapi dia benar-benar tak mengenal orang lain selain ketiga sahabatnya dan juga keluarganya. "Ke tempat mama aja." Ucap Filia lesu. Dia merindukan Sena tapi, juga tak ingin bertemu karena Sena akan selalu mengingat Mini. Gadis yang ingin dia hilangkan dari hidupnya. Sampai sekarang, dia masih belum bisa berdamai dengan Mini. Sena sering menyalahkan kehadirannya adalah pembawa sial dalam kehidupannya. Meskipun begitu, sangat sulit bagi Filia untuk membenci mamanya. Satu-satunya orang tempat dia meminta perlindungan dan mendapat kasih sayang. ---"Mini, kan mama sudah bilang. Jangan makan ini, mama sengaja menyisakannya buat ayah kamu." Ucap Sena marah mengambil makanan yang sedang dimakan Filia saat masih berusia 7 tahun. Perlakuan itu, kerap dia terima ketika Sena merasa Jhon ingin