Share

Bab 2. Tanggung Jawab

"Bersiap-siaplah, aku akan memperlihatkan akibat perbuatanmu." Ucap William tak perduli pada ucapan Filia yang menyalahkan dirinya.

Karena tak berdaya, Filia terpaksa menyetujui nya. Dia mandi dan bersiap-siap. dia menggunakan rok mini hitam, tank top dan blazer denim. Di tambah stocking jaring dan sepatu kets miliknya. Filia sengaja menunjukkan penampilan yang tidak serasi dan berantakan.

Begitu keluar, William yang melihat penampilan cucunya hanya bisa menggeleng dan memegang kepalanya merasa pusing.

"Kenapa?" Tanya Filia menghempaskan tubuhnya di atas sofa di depan kakeknya yang sudah menunggunya.

"Gantilah dengan pakaian yang lebih tertutup. Kita Akan ke rumah sakit. Dan kita akan bertemu dengan banyak orang." Ucap William lagi.

"Apa aku harus memerintahkan orang untuk menggantikan pakaian mu juga?" Lanjut William kesal karena Filia mengabaikannya.

"Okay, fine. Tunggu sebentar." Filia akhirnya mengganti pakaiannya dengan celana panjang kain, blazer hitam dan flat shoes nya.

Setelah memeriksa penampilan Filia, akhirnya mereka menuju ke rumah sakit.

Filia hanya menyandarkan kepalanya ke jendela mobil, karena dia sebenarnya masih ingin tidur, dan menguap beberapa kali.

"Apa kamu masih berpikir, bahwa yang terjadi itu semua salahku?" Tanya William yang menatap punggung cucunya, karena Filia membelakanginya.

"Kalau saja, grandpop tidak mengusir mama waktu mama hamil, aku gak perlu bertemu dengan bajingan-bajingan itu. Aku dan mama tidak perlu melewati semuanya sendirian. Yang grandpop pikirkan hanyalah Om Seno." Ucap Filia kesal.

"Dan kalau saja Grandpop lebih perhatian sama Mama. Aku juga gak perlu lahir dan hidup seperti ini."Filia tidak ingin menyalahkan siapa-siapa. Tapi, jika tidak dia merasa seperti akan gila jika tak ada tempat untuk melampiaskan amarahnya

Seno adalah anak kedua dari William. Dia dilahirkan dalam keadaan tidak sehat, dan istrinya meninggal ketika melahirkan Seno.

Tapi, William lupa, bahwa yang kehilangan hari itu bukan hanya Dirinya dan Seno, Sena putri pertamanya pun kehilangan ibunya di usia 4 tahun. Kehilangan Ibu dan juga kehilangan kasih sayang dan perhatian ayahnya. Sena mencari kebahagiaannya di luar dan bertemu dengan ayahnya Filia, bernama Jhon.

William tahu, memang itu adalah salahnya. Jika saja dulu dia tidak mengabaikan Sena mungkin kisah hidupnya akan berbeda.

William hanya menghela nafasnya. Dulu demi menyelamatkan putri dan cucunya, dia bahkan sampai membunuh Jhon.

Saat itu, Sena berlari ke rumahnya meminta bantuan ayahnya. Dia sudah tahan hidup dengan Jhon, tapi Jhon tidak mau melepaskan Sena dan Filia.

Jhon selalu menyiksa Sena ketika ingin melindungi putrinya yang mendapatkan pelecehan dari teman-teman Jhon sejak usia 12 tahun.

Sena dan Filia tidak bisa melupakan penderitaan mereka.

Karena itu, Filia menghibur dirinya dengan melakukan apapun yang dia anggap menyenangkan untuknya. Ada beberapa hal yang menjadi peraturan bagi Filia. Berhubungan badan, dan nark*ba adalah hal yang dia hindari.

William lalu mengelus kepala cucunya dari belakang.

"Maafkan aku. FILIA." William hanya bisa mengucapkan maaf saja.

"Jangan menangis, jangan menangis Filia." Batin Filia tak ingin kakeknya melihat air matanya. Filia lalu menarik mendorong tangan William yang mengelus kepalanya.

"Aku sudah baik-baik saja sekarang. Tapi, apakah sekarang aku harus ke sana. Apa grandpop tidak bisa menyelesaikannya sendiri?"

"Tidak, tidak bisa. Kamu tidak tau. Apa yang sudah kamu sebabkan. mereka adalah keluarga baik-baik,aku yakin kalau kamu mau meminta maaf dan bertanggung jawab, mereka akan memaafkan mu, meskipun kamu akan menanggung hukuman." Ucap William menggeleng sedih.

"Kesalahan apa yang aku perbuat, sampai harus dihukum. Aku Hanya tidak sengaja jalan ke jalan raya. Itu Juga sebagian kesalahannya karena tidak menyetir dengan hati-hati."batin Filia.

Akhirnya mereka tiba di rumah sakit.

William langsung membawa Filia ke ruangan Elliot.

Begitu tiba, William di sambut dengan pelukan oleh Lucas. Dan Vanesa masih setia duduk di samping tempat tidur Elliot.

"Apa dia masih belum sadar?" Tanya William.

"Dia sudah sadar, hanya saja. Dia ingin tetap tidur. Dia tidak mau makan dan juga tidak mau melakukan apapun. Padahal 3 hari lagi dia menikah." Lucas lalu menatap Filia yang hanya menunduk karena gugup.

William lalu menarik Filia ke dekat Elliot. Vanesa menatap Filia marah.

"Sekarang Elli ku tidak dapat berjalan. Dan itu semua karena kamu." Menunjuk Filia.

"Aa.a.a.pa? Tidak bisa berjalan?" Ucap Filia kaget, lalu menatap William.

"maafkan saya. Saya benar-benar tidak bermaksud. Saya tidak sengaja. Dan saya akan bertanggung jawab. Bagaimanapun caranya". Filia lalu berlutut.

Filia tidak menyangka, kalau perbuatannya malam itu, menyebabkan seseorang sampai lumpuh. Dia benar-benar merasa menyesal.

" Aku akan membuat kamu, dipenjara selamanya." Ucap Vanesa dengan emosi.

Filia membelalakkan matanya. William pun terkejut, karena bukan itu yang William dan Lucas bicarakann beberapa hari yang lalu.

Melihat istrinya yang semakin panas dan marah., Lucas menyuruh pengawal membawa istrinya ke kamar lain, untuk meredakan emosinya.

"Bukan ini yang kita sepakati tadi malam." Ucap Lucas berbisik pada istrinya. Kemudian di bawa ke kamar lain.

"Kak Will, tunggu di sini. Aku akan menenangkan istriku dulu." Lucas mengikuti istrinya yang dibawa ke kamar tidur sebelah.

"Pop? Aku harus bagaimana?" Tanya Filia khawatir.

"Yah, kamu harus bertanggung jawab. Aku akan membantumu sebisaku." Ucap William membantu Filia berdiri dan lalu duduk di sofa.

Sementara Filia mendekati tempat tidur Elliot.

Dia melihat laki-laki yang sangat tampan, garis wajahnya yang tegas, alis yang tebal, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang sangat pas dengan wajahnya. Bahkan dalam keadaan sakit dia masih terlihat sangat mempesona.

Filia tidak sadar tangannya bergerak sendiri, menyentuh alis Elliot dan terkagum dengan ketampanannya.

"Apa yang anda lakukan?" Theo kemudian menarik tangan Filia agar tidak menyentuh Eliot. Dan hal itu, membuat Filia sangat terkejut dan menghempaskan tangan Theo.

Filia benci di sentuh oleh laki-laki yang tidak dia kenal. Tapi dia senang menyentuh laki-laki dan membuat mereka merasa tidak nyaman.

"Aww.. Aku hanya ingin mengambil sisa tisu diwajahnya." Filia berasalan setelah melihat sisa tisu di wajah Elliot.

"Tuan William, apa ini cucu anda?" Tanya Theo dengan suara beratnya.

William hanya mengangguk.

Mendengar suara asistennya, Elliot bangun.

"The, bawa aku keluar dari rumah sakit ini." Ucap Elliot datar.

"Tapi, Tuan Lucas tidak akan mengizinkannya. Dan gadis yang bertanggung jawab atas kecelakaan anda sudah berada di sini."

Elliot memandang Filia dengan tatapan kosong dan memiringkan tubuhnya dengan bantuan Theo.

"Suruh dia pergi, tidak ada gunanya menghukumnya pun tidak akan membuatku bisa berjalan lagi." Ucap Elliot tak perduli.

"Itu hanya kemungkinan Tuan, kita pasti akan menemukan cara lain." Ucap Theo menghibur Theo.

Filia tersenyum mendengarnya. Lalu dengan cepat berjalan ke arah William.

"Pop, sudah dengar kan apa yang diucapkan Laki-laki itu. Aku tidak perlu bertanggung jawab. Dia benar, memintaku dihukum tidak akan membuatnya berjalan lagi." Filia menarik tangan William yang duduk di sofa dengan diam.

Tapi William tidak bergerak. "Kita tunggu Lucas, kami memiliki rencana lain." Ucap William.

"Aku tidak tau, kalau ini adalah berita baik untuk Elliot." Batin Theo. Karena Theo tau apa yang Lucas dan William rencanakan.

Lucas yang keluar dari kamar lalu berjalan ke arah Filia.

"Kami tidak akan menuntut mu, dan membuatmu di penjara." Ucap Lucas membuat Filia tersenyum lebar dan senang.

"Terima kasih, Tuan.emm.. Terima kasih." Jujur saja, Filia lupa nama Lucas yang baru saja disebut William.

"Tapi, kamu harus bertanggung jawab dengan menikahi Elliot."

*bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status