"Hentikaaaan, menjauh dari istriku." Teriak Eliot dengan suaranya yang menggelegar. membuat para kameramen dan wartawan itu, terdiam. Theo dan pengawal lainnya lalu menyuruh para kameramen itu mundur. "Nona Filia." Ucap Theo pelan. Filia yang penuh air mata mengangkat wajahnya melihat wajah Theo yang familiar langsung memeluknya. Membuat semua orang lagi-lagi terkaget, tak kalah kaget dengan Theo dan Eliot. Tapi Theo dengan sigap menggendong Filia dan meletakkannya di pangkuan Eliot yang sedang duduk di kursi roda."Nona saya akan meletakkan anda dipangkuan Tuan Elliot." Bisik Theo. Filia mengangguk pelan, Dia hanya ingin pergi dari tempat itu secepat mungkin. Dia tak mengangkat wajahnya. Setelah di pangkuan Eliot, Filia balik memeluk leher Eliot. Dia mencium aroma tubuh Eliot. Tidak seperti laki-laki seusianya memiliki aroma nikotin dan bau menyengat dari rokok seperti yang hisap dari aroma tubuh Theo. Filia, tak menyukai aroma rokok tembakau dan sejenisnya, karena itu ia dan
"Filiiiaaaaa!!! " Teriak ketiga sahabat itu melihat Filia di atas lantai dan langsung memburu masuk. Mata Zoe langsung tertuju pada layar besar yang menampilkan laki-laki yang menjadi target balas dendam mereka. Dan dengan cepat dia menutup tirai kamar. Shinta dengan cepat mengeluarkan obat Filia. Otot-otot Filia yang sudah menegang mulai melemas setelah beberapa menit, reaksi obat itu. Sementara Elliot juga tak kalah khawatir. "Tuan, wajah anda." Ucap Theo. Elliot menggeleng, menyuruh Theo membantu gadis-gadis di hadapannya. "Apa dia tak apa-apa?" Tanya Elliot menatap ketiga sahabat Filia. "Sekarang sudah tak apa-apa." Ucap Chloe lega. "Tolong, pindahkan dia atas tem.." Shinta menghentikan ucapannya. "Filia tidur dimana?" Tanya Shinta melihat sofa dan tempat tidur bergantian lalu menatap Elliot. "Biarkan dia di atas tempat tidur. Aku akan tidur di sofa." Ucap Elliot. Lalu Chloe meminta bantuan Theo untuk mengendong Filia. Dan Theo memanggil pengawal lain, membantu Elliot
"Saat itu, ketika beberapa orang menyerang keluarga kita, mamamu sudah terluka parah saat mengandung mu. Tapi, Kak Will dengan sekuat tenaganya membawa ibumu melewati semua orang-orang itu dan membawa ibumu ke rumah sakit, ibumu yang kehilangan banyak darah, hampir kehilangan nyawanya, lagi-lagi dia mendonorkan darahnya untuk Mamamu. Kalau bukan karena kak Will, aku mungkin akan kehilangan kalian berdua." Ucap Lucas meremas pelan bahu Elliot. "Tapi, tidak perlu menikah. Jika melindungi anak dan cucu Tuan William yang ayah mau." Tegas Elliot lagi. "William ingin kita mewarisi setengah dari harta miliknya, dengan janji melindungi Sena dan Filia selamanya. Dan hanya dengan menikah, akan mempermudah segalanya." Lanjut Lucas menjelaskan. "Ayah, ini semua sangat tidak masuk akal." Elliot hendak pergi. "Hanya beberapa bulan, tidak sampai setahun. Kamu bahkan tidak perlu melayaninya sebagai seorang suami. Karena gadis itu juga tidak membutuhkannya." Ucap Lucas membuat Elliot bertanya. El
"Aaaaarrrkk" Teriak Filia yang cepat menutup mulutnya. "Apa yang kamu lakukan di sini?" Teriak Elliot. "Kan kamu sendiri yang bilang, gak mau dikira ditinggalkan istri di malam pertama." Jawab Filia reflek. "Hah??" Elliot bingung. "Bagaimana kalau besok, kamu keluar dari hotel, dan aku gak ada. Nanti dikira istrimu kabur." Ucap Filia cuek lalu berjalan ke arah sofa. "Bagaimana keadaanmu? Apa sudah lebih baik.?" Tanya Elliot menatap Filia, dan melihat jam. "Sekarang baru jam 3 pagi, Apa efek obatnya sudah bekerja?" Tanya Elliot. Filia hanya mengangguk dan merebahkan dirinya di atas sofa. "Lebih baik, kamu tidur di sini." Ucap Elliot menunjuk tempat tidur. "Sudahlah, aku tidur di sini saja." Ucap Filia tak menghiraukan Elliot. Elliot, memang agak susah untuk naik atau turun dari kursi rodanya. Tadi saja, dia menghabiskan waktu sekitar 15 menit, untuk naik ke kursi roda dan hampir mengompol. Karena dia juga tak ingin terus-terusan meminta Theo atau pengawal lainnya membantunya
"Kamu kenapa?" Tanya Elliot khawatir, yang menunggu di pintu kamar mandi. "Gak.Aku gak. Kenapa-kenapa." Ucap Filia yang keluar setelah berkumur dan membasuh wajahnya. "Gak, aku gak. Kenapa-kenapa." Ucap Filia berusaha menjauh dari Elliot. "Aku pasti sudah gila, membayangkan hidup rukun bersama Elliot itu. Bagaimana bisa aku memikirkan hal yang bodoh seperti barusan." Batin Filia. Kadang, hanya dengan membayangkan dia memiliki hubungan lebih dengan seorang laki-laki membuat ia merasa mual. "Tuan, Nyonya. Sarapan anda sudah siap." Ucap Theo yang mengetuk dan masuk bersama seorang pelayan, mendorong kereta makanan yang sudah di pesankan Theo dan meletakkannya di meja makan."Theo, apa wartawan sudah pergi?" Tanya Elliot pada Theo, karena dia tidak betah jika harus berdiam di kamar hotel selama satu minggu sesuai rencananya dan Alisa. "Saya rasa mereka masih menunggu anda. Dan menanti kejelasan hubungan anda dan Nona Alisa." Jawab Theo. Karena mereka juga tahu, hal itu adalah satu r
"Kamu masih sama seperti dulu." Ucap laki-laki itu membuat Filia membelalakkan matanya "Kamu? Apa yang kamu lakukan di sini?" Tanya Filia heran, karena laki-laki di hadapannya adalah laki-laki yang paling pintar di kelasnya dulu. Dan laki-laki itu sangat menyukai Filia, tapi karena keadaan Filia, dia menolaknya dengan mentah-mentah di hadapan orang banyak membuat laki-laki itu kehilangan muka dan marah. "Ini semua berkat kamu." Ucap laki-laki itu berdiri merapikan bajunya dan tidak jadi membantu Filia untuk berdiri. Filia mengerutkan alisnya, dan melihat laki-laki itu penuh tanya. "Nyonya, anda kenapa?" Seorang pelayan wanita langsung membantu Filia berdiri. "Rendy, kamu kenapa tidak membantu Nyonya berdiri?" Bentak pelayan itu pada Rendy. "Saya berusaha membantunya, tapi Nyonya Filia mendorong saya." Ada nada sindiran dari mulut Rendy ketika dia menyebut kata Nyonya. Filia menatapnya dengan kesal. Karena dia juga ingat bagaimana Rendy berusaha memaksakan dirinya pada Filia se
"Ooohhhh... Ssyyyyiiiiiit." Teriak Filia. "Kenapa?" Tanya Elliot yang juga terkejut. "Apa kamu tidak bisa mengucapkan salam atau apa?" Tanya Filia yang langsung berjalan keluar kamar dan bergumam dengan kesal. "Dia harusnya tau, bagiku ponselku adalah segalanya." Gumam Filia. Filia langsung turun mencari ponselnya yang terjatuh dari balkon. Dia mencari di antara tanaman di pinggir jalan setapak di sekitar kamar. "Elliot, lihat ke bawah. Apa kamu bisa melihat ponselku dari situ. Elliot mendengar suara Filia dari bawah balkon, menggerakkan kursi rodanya menuju balkon. Dan berusaha melihat ke bawah ke arah Filia. " Aku gak bisa lihat apa-apa." Balas Elliot. "Atau apa kamu lupa, kalau akau tak bisa berdiri dan melihat ke bawah dengan leluasa." Lanjut Elliot menyidir Filia. "Dasar, om om tua. Bilang saja tidak bisa, tak perlu menyinggung kakimu yang tak berfungsi itu." Gumam Filia jengkel. "Kamu pikir, gara-gara siapa dia tidak bisa berjalan." Suara Vanesa membuat Filia terkejut
"Karena itu, ceritakan yang terjadi antara kamu dan mamaku."ucap Elliot. Filia menghela nafasnya kesal. " Aku Sebenarnya tidak ingin menceritakan apapun padamu. Aku tau, kamu mungkin menganggap mama mu sebagai wanita yang sangat sempurna. Dan mungkin dia memang seperti itu. Tapi, dia tak perlu menghinaku, hanya karena aku menikahi putranya. Lagipula aku sudah menolak pernikahan ini. Tapi, kenapa dia memandangku begitu rendah?" Ucap Filia panjang lebar. "Meskipun aku tau, aku hanyalah gadis rendahan seperti yang mamamu katakan." Gumam Filia pelan, tapi cukup keras untuk didengar Elliot. "Filia, aku tau jika aku mengatakan ini. Kamu akan menganggap aku membela mamaku.""Kalau begitu jangan katakan apapun." Ucap Filia menutup telinganya dan pergi meninggalkan kamarnya. Filia berjalan mengelilingi kediaman Valentino. Semua orang menunduk melihatnya, takut berpapasan dengan Filia. Karena beritanya yang menampar Nyonya besar Valentino sudah tersebar. Setelah beberapa jam, dia pun kem