Home / Romansa / Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir / Bab 2. Lepaskan Tanganmu dari Mamaku!

Share

Bab 2. Lepaskan Tanganmu dari Mamaku!

Author: Rastri Quinn
last update Last Updated: 2023-07-07 12:47:26

Alena jelas terkejut. “Me-menikah, Tante?” tanya Alena mengulang ucapan wanita di hadapannya.

Ibu Badai menjawab dengan anggukan.

“Dengan Badai?” tanya Alena lagi seolah ingin memastikan.

Wanita di hadapannya kembali mengangguk. “Ya.”

Undangan sudah terlanjur tersebar dan tanggal pernikahan tinggal menghitung hari. Bagaimana mungkin mereka akan memberi pengumuman kepada semua tamu jika pernikahan batal. Itulah yang dipikirkan oleh ibu Badai.

“Tapi, Tante. Apa ini gak terlalu–em–maksud saya–”

Ah, bahkan Alena sampai kehilangan kata-katanya. Ucapan permintaan ibu Badai barusan sangat di luar perkiraannya. Ia sama sekali tidak menyangka.

Ibu Badai terlihat ragu sebenarnya, tetapi ia harus mencoba. Melihat ekspresi tak percaya di wajah Alena, wanita itu pun kembali berujar. “Tante, akan berikan apapun yang kamu minta. Bukan. Kamu bisa mendapatkan apapun yang kamu inginkan,” ujar wanita itu segera meralat ucapannya.

“Tante, maaf sebelumnya. Tapi ini terlalu mendadak. Saya tidak bisa menikah begitu saja–” Alena menolak dengan halus. Sebenarnya ia merasa tidak enak hati pada wanita itu, tetapi apa daya. Ia bahkan tidak mengenal Badai.

“Maaf, Tante tidak berpikir sampai ke sana. Tentu saja kamu mana mau,” wanita itu tertunduk seolah tersadar. Ia merutuki dirinya sendiri. Mana ada gadis muda yang mau menikahi laki-laki lumpuh dan membuang masa depannya.

Alena makin merasa tidak enak hati. Ia seperti merasa jika ucapannya barusan telah menyentuh sisi sensitif perasaan wanita itu. “Bukan! Tante jangan salah paham,” pinta Alena. “Saya hanya merasa tidak mengenal anak Tante. Itu saja alasan saya,” lanjut Alena jujur.

Wanita itu menatapnya dan tersenyum. “Iya, tidak apa-apa. Tante mengerti. Maaf karena tadi Tante hanya emosional saja. Jangan terlalu dipikirkan permintaan Tante barusan.” Wanita itu mengusap pundak Alena pelan.

“Kalau begitu saya pamit, Tante,” pamit Alena kemudian.

Ibu Badai hanya mengangguk sambil tersenyum tipis mempersilakan gadis itu pergi. Untuk beberapa saat wanita itu memperhatikan punggung Alena yang kian menjauh dari pandangan matanya. Entah mengapa ia seperti memiliki harapan pada gadis itu.

***

Hari ini sungguh melelahkan. Setelah mengantar titipan Stevia dan menyaksikan kehisterisan Badai, lalu mendapat tawaran menikah secara mendadak dan kini ia baru saja selesai membagi brosur. Alena merasa haus.

Gadis itu menepi dan duduk di bangku tepat di bawah pohon sambil meneguk air mineral cup yang barusan dibelinya dari pedagang kaki lima.

Terasa lega saat segarnya air membasahi kerongkongan. Gadis itu merogoh tas mengambil ponsel. Ia melihat jam di layar menunjukkan angka 4.15 sore.

Ah, tidak terasa sudah jam segini rupanya.

[Al, malam ini jadi pulang ke rumah?]

Ia teringat pesan yang dikirim sang ibu tadi pagi. Rencananya memang dia akan pulang ke rumah sang ibu sepulang kerja. Lekas gadis itu memesan ojek online. Dan tak menunggu lama, ia mendapatkan driver.

“Diantar ke mana, Mbak?” tanya Abang driver sembari menyodorkan helm pada Alena.

“Sesuai aplikasi, Bang.” Alena menerima helm tersebut dan langsung memakainya. Ia segera naik ke dudukan belakang. Lalu Abang drivernya segera melajukan kendaraan roda dua itu membelah jalanan kota.

Lalu lintas sore ini terbilang ramai lancar karena jam pulang kantor masih sekitar satu jam-an lagi. Jangan bayangkan kalau pulang berbarengan dengan jam pulang kantor, otomatis akan kena macet.

Hanya butuh waktu sekitar setengah jam untuk Alena sampai di rumah. Gadis itu turun dan mengembalikan helm yang ia pakai.

“Terima kasih ya, Bang.” Tak lupa gadis itu mengucap terima kasih.

“Sama-sama Mbak.” Abang ojek menyelesaikan orderan di ponselnya, kemudian berlalu memacu kendaraan roda duanya meninggalkan Alena.

Alena berdiri sejenak menatap bangunan rumah dua lantai di hadapannya. Ia menghela napas. Sudah cukup lama ia tidak menginjakkan kaki di rumah ini. Rumah kenangan masa kecilnya, tetapi terpaksa ia tinggalkan karena suatu alasan.

Pranggg!!!

Suara gaduh seperti benda jatuh dengan sangat keras terdengar dari arah dalam. Alena terkejut dan segera berlari ke dalam rumah. Matanya membola melihat kondisi rumah yang seperti kapal pecah. Ia melangkah hati-hati di antara pecahan perabot yang berserakan di lantai. Ia bergegas menuju kamar utama.

Alangkah kaget dia melihat sang ibu bersimpuh di sudut kamar. Seorang pria yang ia kenal, mencengkeram kasar rahang sang ibu.

“Itu hukuman karena kamu berani melawanku!” bentak pria itu terdengar marah. Pria itu belum menyadari kehadirannya.

Hati Alena geram dan marah melihat perlakuan yang diterima ibunya. Emosi seketika menguasai dada gadis itu.

“Lepaskan tanganmu itu dari Mamaku, brengsek!” bentak Alena dengan mata berkilat marah.

Pria itu menoleh ke asal suara dan melepas cengkeramannya dari sang ibu.

“Alena,” desis sang ibu yang terlihat terkejut mendapati keberadaan putrinya.

Pria itu menghampiri Alena. “Oho, siapa ini?” seringai pria itu. Tangannya terulur ke arah wajah Alena. Refleks gadis itu mengelak. Pria itu pun menarik kembali tangannya.

“Anda tau kan, kalau apa yang anda lakukan ke Mama saya itu KDRT? Saya bisa laporkan anda ke polisi,” ancam Alena menatap tajam pria di hadapannya.

“Oh ya?” ejek pria itu. “Apa kamu yakin Mama kamu berpikiran yang sama?” tanya balik pria itu seolah tak terpengaruh dengan ancaman Alena.

Alena mengepalkan tangan. Ia sangat tahu jika sang ibu tidak akan melaporkan perbuatan pria itu. Itu membuatnya geram, kenapa ibunya sangat bodoh. Melihat ekspresi Alena menerbitkan senyum mengejek dari pria tersebut.

“Kamu itu sebenarnya cantik, tapi sayang wajah kamu terlalu mirip Panji.” Ekspresi pria itu berubah. Bahkan rahangnya terlihat mengeras. Ada sorot kebencian di mata laki-laki itu.

“Mas Surya, jangan ganggu Alena. Ini–” Ibu Alena lekas bangkit mengambil dompet dan menyerahkan pada pria itu. Ia tidak ingin sang suami mengganggu putrinya.

Om Surya menoleh pada istrinya. Wajahnya berubah cerah.

“Gitu dong dari tadi.”

Pria itu lekas membuka dompet dan menguras isinya. Namun, ekspresinya berubah seketika.

“Cuma segini?” tanyanya tak percaya.

“Mas, jangan diambil semua. Aku juga butuh untuk belanja,” mohon sang ibu.

“Apa-apaan! Ini aja kurang,” protes laki-laki itu. Lalu menoleh pada Alena. “Kamu! Pasti punya uang, kan?”

“Gak ada!” sahut Alena seketika.

Hah! Teriak pria itu frustrasi. “Ibu dan anak sama saja. Kalau bukan karena Mama kamu, sudah lama kamu ku jual,” gerutu pria itu sembari berlalu dari hadapan dua wanita ibu dan anak tersebut.

Kedua wanita itu kembali tersentak saat pria itu menendang sesuatu di depan. Alena lekas menghampiri sang ibu begitu merasa pria itu sudah pergi. Ia menuntun sang ibu untuk duduk di tepi ranjang.

“Kenapa Mama diam saja? Tindakan Om Surya sudah melewati batas,” geram Alena dengan suara tertahan.

“Mama hanya mau melindungi kamu,” jawab sang ibu membela diri.

Alena menghela napas lelah. “Tapi, Ma–” Baru saja Alena hendak berbicara lagi, terdengar suara seseorang memanggil di luar. Ia pun keluar untuk melihat, diiringi oleh sang ibu di belakang.

Dua orang pria yang berdiri di depan pintu. Satunya mengenakan kaus polo yang dimasukkan menutupi perut buncitnya dan satunya lagi memakai kaus yang dibalut jaket kulit berwarna hitam.

“Cari siapa?” sambut Alena.

“Bisa bertemu ibu Mirna?” tanya laki-laki yang mengenakan kaus polo. Alena menoleh pada sang ibu. Wanita itu juga menoleh padanya pertanda tidak tahu. Lalu sang ibu beralih menoleh dua orang laki-laki di depan pintu.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Part 20. Siapa Kamu Sebenarnya?

    Bayu sedang menunggu asistennya mengambil mobil di parkiran. Tanpa sengaja, pandangannya menangkap sosok seorang wanita yang baru saja beberapa saat yang lalu dia temui. Ya, perempuan itu adalah Alena, istri dari Badai. Laki-laki itu tampak menatap lekat sosok Alena, dengan sebelah tangan dimasukkan ke dalam saku celana.Ada senyum samar di bibir Bayu saat menatap perempuan itu. Lalu, pandangannya teralih pada mobil yang tengah melaju. Namun, terlihat mencurigakan. Ia pun menatap bergantian ke arah Alena juga mobil tersebut. Seketika ia tersentak, matanya membelalak saat menyadari. Sepertinya pengendara mobil itu ingin mencelakai Alena. Tak ingin membuang waktu, Bayu segera berlari ke arah Alena. Ia berharap masih sempat menyelamatkan perempuan itu.Teriakan orang-orang terdengar ramai. Yang meminta Alena segera minggir untuk menghindari mobil yang tengah melaju kencang. Namun, sepertinya perempuan itu seperti kehilangan kontrol akan kesadarannya. Ia mengalami freezing response. Di ma

  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Part 19. Kecelakaan

    Bayu sedang mengadakan pertemuan dengan salah satu klien di sebuah restoran. Ia tidak sendirian. Tentu saja selalu ditemani oleh Reka, asistennya. Pertemuan dengan klien yang satu ini terbilang cukup sulit karena kesibukan pria dari perusahaan yang akan jadi mitra kerjanya itu cukup padat.Pria paruh baya di hadapan Bayu itu terlihat manggut-manggut membaca dokumen yang mereka bawa. Pria itu sepertinya tengah mempertimbangkan sebelum mengambil keputusan.“Baik, saya suka dengan rencana yang kalian tawarkan,” ujar pria itu akhirnya.Bayu dan Reka pun dapat bernapas lega. Akhirnya…"Semoga kerjasama kita ini bisa sukses," ujar pria tersebut."Kalau begitu, silakan dinikmati hidangannya, Pak!” ujar Bayu mempersilakan dengan soapn.Pria itu mengangguk dan mereka pun mulai menyantap makan siang sambil sesekali diselingi obrolan ringan yang sama sekali bukan membahas masalah pekerjaan. Hingga akhirnya pria itu bersama dengan sekretarisnya pun pamit lebih dulu.“Kalau begitu, saya pamit dulu

  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Part 18. Dendam Daniel

    Pagi itu, suasana pantry sudah terlihat ramai. Beberapa karyawan yang ingin membuat kopi ataupun teh, tengah mengantri bergantian untuk menyeduh minuman mereka. Sembari menunggu, mereka tampak berbincang ringan. Hingga salah satu karyawan yang menyeletuk. "Kalian tau, gak? Si Indah, kena semprot si Bos cuma gara-gara masalah sepele?" beritahu Irma dengan ekspresi wajah serius. "Hah, gara-gara apa emang?" tanya Nina terpancing ingin tahu. Irma pun memajukan wajah dengan sedikit merunduk, khas para tukang gosip. Kedua temannya pun ikut-ikutan mendekat sembari merunduk mengikuti Irma. Irma berkedip dengan bola mata bergerak-gerak, siap untuk bergosip. "Dia kena marah habis-habisan cuma gara-gara beresin susu coklat yang ada di meja Pak Bayu." "Hah?" Nina dan Sari kompak memekik terkejut dengan mulut membulat dan mata melebar. Kedua wanita itu seperti tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Irma barusan. "Serius?" tanya Sari tidak percaya. " Bukannya Pak Bayu paling benci ya

  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Part 17. Gara-gara Sekotak Susu Cokelat

    Badai sudah cukup menahan kesabaran selama semalaman. Maka, begitu melihat Alena di pagi harinya, laki-laki itu sudah tidak bisa mengontrol emosinya.“Alena!” panggil Badai dengan suara setengah membentak.Alena yang tengah menyiapkan sarapan di meja makan seketika terjengkit kaget.“A-ada apa, M-mas?” tanya Alena mendadak takut.Sepagi ini sudah mendapat bentakan dari laki-laki itu. Wajahnya mendadak berubah pucat.“Kan sudah kubilang, jangan sentuh barang-barang di dalam kamarku. Kamu itu bodoh atau gimana sih?” emosi Badai.Alena bingung, apa kiranya yang membuat Badai marah sepagi ini. Dengan takut-takut, ia pun bertanya.“Maaf, Mas. Memangnya apa yang sudah gak sengaja aku lakuin?” tanya Alena agar lebih jelas.Badai melebarkan mata. Gak sengaja, dia bilang?Laki-laki itu menghela napas kasar. Ia pikir, Alena ini adalah tipe orang yang tidak punya rasa bersalah meski telah melakukan kesalahan.“Ternyata kamu beneran bodoh, ya? Atau memang gak punya rasa bersalah? Di mana bingkai

  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Part 16. Hidupku penuh dengan kerja keras

    “Tapi … ada satu masalah lagi.” Mahes terdengar ragu mengatakannya.“Apa?” Tatap mata Badai terlihat tajam penuh sorot waspada.“Salah satu klien kita, Pak Prana dari pihak PT Bumi Pertiwi, membatalkan kerjasama.”“Di mana mereka sekarang?” tanya Badai selanjutnya.“Mereka sedang makan siang di restaurant Tiga Saudara,” jawab Mahes memberitahu.Badai segera memutar kursi rodanya. Namun, kembali menghentikannya dan menoleh ke Mahes yang masih berdiri di tempat semula.“Tunggu apa lagi? Ayo kita susul mereka!” sentak Badai seakan menyadarkan Mahes yang masih berdiri terpaku.Laki-laki itu lekas mengambil alih untuk mendorong mursi roda sang bos meninggalkan kantor. Saat akan memasuki lift keduanya diperhatikan oleh sepasang mata milik seorang wanita yang tidak lain adalah sang ibu, Mama Sarah.“Badai?” gumam Mama Sarah seolah tidak percaya jika sang putra kini berada di kantor. Wanita itu mendecak pelan.“Anak itu, sudah dibilang tidak usah khawatir soal urusan kantor, tetap saja,” hera

  • Menjadi Pengantin Pengganti Sang Presdir   Part 15. Masalah di Kantor

    Bayu melangkah gontai memasuki kamar rawat Bu Winarsih. Laki-laki itu menatap wajah sang ibu asuh yang masih terbaring dengan mata terpejam. Ia menarik kursi ke sisi ranjang dan duduk di sana. Tangannya menggenggam tangan sang ibu. “Aku bertemu wanita itu, Bu. Dia … terlihat baik-baik saja dan bahagia bersama putranya.” Sebelah tangannya mengepal, sarat akan amarah tertahan dan … kecemburuan. Matanya memerah seolah menunjukkan semua derita yang dia tanggung selama ini. Kepalanya menunduk dalam. Tiba-tiba laki-laki itu merasakan sebuah usapan lembut di kepalanya. “Ngger!” panggil lembut suara wanita. Bayu mengangkat wajah mendengar panggilan lirih itu. Ia melihat Bu Winarsih kini menatapnya lemah. “Ibu sudah bangun? Bayu, panggil dokter dulu.” Laki-laki itu hendak beranjak. Namun, Bu Winarsih menahan tangan putranya dan menggelengkan kepala pelan. Bayu kembali duduk. “Apa ibu ngerasa gak nyaman?” tanya Bayu lagi merasa khawatir. Bu Winarsih kembali menggeleng. Tak lama, terden

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status