Share

Bab 3 : Berhenti Disini

Author: Sintadevi
last update Last Updated: 2025-04-14 16:36:58

Aluna sontak menatap kedua netra Angga meski ketakutan. "Tuan, aku mohon jangan bawa aku ke kantor polisi. Sungguh, aku tidak berniat untuk mencuri mobilmu. Percayalah padaku," mohonnya, sambil mengatupkan kedua tangannya didada.

Sorot mata penuh ketakutan yang ditunjukkan oleh Aluna, membuat Angga merasa iba. Namun, semakin dalam Angga menyelami manik mata indah milik Aluna, membuat debaran jantungnya terpacu.

"Jika Anda tidak ingin berbicara tidak apa. Aku anggap itu sebagai jawaban 'iya'. Terima kasih Tuan, aku akan mengingat kebaikanmu dimasa depan," ucap Aluna, dengan penuh rasa percaya diri yang tinggi.

Aluna mengganggap diamnya Angga adalah suatu jawaban, bahwa dia akan dilepaskan. Namun apa yang dipikirkan olehnya, tidak sama dengan pikiran Angga.

"Tidak semudah itu Nona. Sekarang ini semuanya sudah diatur oleh hukum. Suka atau tidak suka, kau harus bertanggungjawab atas perbuatanmu," tegas Angga.

Namun sudut bibirnya terangkat, nyaris tak terlihat. Tertutupi oleh wajahnya yang tenang.

Sedikitpun Angga tidak akan melepaskan Aluna. Namun Angga tidak sepenuhnya benar akan menjebloskan Aluna ke penjara. Melainkan, ada sesuatu rencana yang telah tersusun rapi dalam benak Angga.

Ditengah perdebatan keduanya, terlihat dari kejauhan seseorang yang memakai penutup wajah sedang memperhatikan mereka berdua. Matanya menatap awas sekeliling. Sudut bibirnya terangkat, penuh arti. Saat suasana terlihat sunyi.

Dengan langkah pelan tanpa suara, seseorang tersebut berhasil mendekati mobil milik Angga, dan menyelinap masuk begitu mudahnya. Ternyata dia adalah pencuri!

Pencuri tersebut tertawa kecil, saat melihat kunci mobil yang masih tergantung rapi ditempatnya. Tanpa menunggu lama, dia menghidupkan mobil, perlahan mundur ke belakang dan meninggalkan dua insan yang masih terus bersitegang.

"Tuan, lihatlah mobilmu dicuri!" teriak Aluna sambil menunjuk, saat netranya tak sengaja melihat seseorang mengambil alih mobil tersebut.

Seketika Angga mengalihkan pandangan ke arah mobilnya yang mulai menjauh. Sedetik kemudian, pandangannya beralih menatap Aluna dengan tajam.

"Aku yakin, itu pasti komplotanmu kan," tuduh Angga.

Aluna menggeleng dengan cepat. Tanpa berniat menyangkal tuduhan keji yang dilontarkan oleh Angga, Aluna beralih menatap gaunnya yang panjang.

Tanpa diduga, Aluna merobeknya hingga gaun tersebut panjangnya hanya sebatas lutut. Menampilkan kaki jenjang Aluna yang seputih susu.

Angga yang terperangah melihat tindakan Aluna, sontak saja bertanya, "Apa yang kau lakukan?"

"Kau mau tau apa yang akan aku lakukan? Aku akan mengejar mobilmu agar kau percaya bahwa aku bukanlah komplotan pencuri," timpal Aluna, yang bergegas berlari mengejar mobil milik Angga.

Angga termangu, saat Aluna berlari cukup kencang. Langkahnya lebar seperti seekor cheetah. Tersadar dari lamunan singkatnya, Angga mengusap wajahnya kasar.

Angga memutuskan untuk menyusul Aluna yang sudah berlari cukup jauh.

Saat ini mereka ada disebuah gang perumahan yang hanya cukup dimasuki satu mobil. Kepanikan mulai menyerang pencuri tersebut. Lantaran ramainya orang berlalu lalang. Membuat lajunya menjadi sedikit lamban.

Hal itu dimanfaatkan oleh Aluna, agar lebih mengencangkan larinya. Angga yang ikut mengejar berulang kali berhenti, hanya untuk mengatur napasnya yang tersengal.

"Gila. Cepat sekali larinya gadis itu," ucap Angga, dengan napas tersendat-sendat.

Sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pencuri itu. Alih-alih keluar dari gang yang berliku, dirinya malah terjebak di jalan buntu.

"Ah sial!" teriak sang pencuri.

Saat ingin memundurkan mobil, Aluna muncul dibelakang dan berteriak menghalanginya.

"Berhenti dan segera keluar dari sana! Atau aku menghajarmu langsung didalam mobil!" pekik Aluna kencang, penuh ancaman.

Nyali si pencuri mendadak ciut. Tidak ingin dihajar oleh massa, pencuri tersebut akhirnya keluar dari mobil dan melarikan diri dengan tergesa-gesa.

Senyuman terbit dari wajah Aluna yang penuh keringat. Tak lama kemudian, Angga berhasil menyusulnya seperti pasien yang tengah membutuhkan oksigen.

"Astaga, rasanya aku ingin pingsan saja," imbuh Angga, dengan napas tersengal.

****

'Gadis jenius, sukses dalam berinvestasi, tapi kenapa lebih terlihat seperti seorang atlit?' batin Angga. Sesekali melirik Aluna penuh curiga.

Angga masih bergeming, dan fokus mengendarai mobilnya. Tiba-tiba rasa penasaran terlintas begitu saja didalam pikirannya.

"Mengapa kau melarikan diri dari pernikahan," tanya Angga cukup serius.

Aluna menghela napas berat, sambil tertunduk. Wajahnya terlihat sendu. Seperti sedang menyimpan beban yang begitu berat.

"Aku menikah bukan keinginanku. Aku terpaksa, karena ayah. Aku tidak ingin mengorbankan masa depanku begitu saja hanya demi bisnis ayahku. Makanya aku lari dari pernikahan ini," jelas Aluna.

Angga menarik napas dalam, dan menghembuskannya kasar. Dari cerita Aluna, membuat Angga memahami satu hal. Bahwa sesuatu yang dipaksa tidak akan baik.

Apakah dia harus melepaskan Aluna begitu saja? Sedangkan saat ini sang ayah menuntutnya untuk segera menikahi Aluna yang dikira—Alana itu?

Angga Wijaya Kusuma merupakan anak kedua dari Kusuma Ananta. Pemilik Luminous Corp, perusahaan terbesar di London.

Awalnya, Kusuma memberi perintah kepada Arya Wiguna Kusuma, yang merupakan anak sulungnya itu, untuk meneruskan bisnis yang saat ini tengah berkembang pesat. Namun Arya menolak, dan lebih memilih usahanya sendiri yang dirintis dari nol, tanpa bantuan sang ayah.

Keputusan Arya membuat ayahnya murka. Kusuma akhirnya menjatuhkan pewaris bisnis kepada anak keduanya—Angga. Semenjak Angga memimpin Luminous Corp, Arya lebih memilih meninggalkan kota London. Tanpa memberi kabar terhadap keluarganya.

Angga yang notabenenya adalah seorang yang penurut terhadap ayahnya, terpaksa menerima perjodohan yang sudah diatur oleh Kusuma.

Kerutan samar tercipta dikening Aluna, saat melihat Angga mengendarai mobil dengan tatapan kosong. Karena tak mau celaka, Aluna segera menepuk bahu Angga dengan cukup kencang untuk menyadarkannya.

"Tuan, sadarlah! Kau sedang mengemudi, tolong lihat jalannya. Jangan terlalu banyak melamun!" omel Aluna.

Angga yang mendapat sebuah tepukan kuat pada bahunya, menjadi kesal.

"Hei! Apa yang kau lakukan. Aku sama sekali tidak melamun. Kau sungguh memperlakukan ku seperti seorang supir!" geram Angga, seraya menepis tangan Aluna dari bahunya.

Sontak saja membuat Aluna menutup wajahnya dengan kedua tangan, menahan rasa malu. Sesekali Aluna mengintip dari sela-sela jarinya yang mungil.

"Katakan kemana kau ingin pergi," tanya Angga datar.

Aluna beralih meremas kuat baju pengantinnya yang sudah tidak beraturan.

'Kemana lagi aku harus pergi. Sudah lama aku tidak kembali kesini,' batin Aluna pilu.

Wajahnya terlihat gusar. Kebingungan sedang melanda hatinya. Ingin kembali ke kampung tempat ibunya berada, namun ponsel dan dompet yang berisi uang tunai serta kartu kredit tertinggal dikediaman Abigael.

Aluna merutuki kebodohannya yang bertindak gegabah. Harusnya dia memperhitungkan dulu, sebelum memutuskan untuk kabur.

"Berhenti disini saja," jawab Aluna singkat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 56 : Tidak Pernah Memberitahuku

    Di malam yang tenang, langit tampak kelam dengan taburan bintang yang hanya sedikit menampakkan diri. Di lantai atas sebuah gedung pencakar langit yang menjadi markas besar perusahaan teknologi ternama, sebuah ruangan berlabel CEO menyala terang meski jarum jam telah menunjuk pukul sembilan malam.Angga duduk di balik meja kerjanya yang besar, bersandar lelah dengan memijat pelipis. Matanya sembab, tak hanya karena lelah, tapi juga karena pikiran yang tak kunjung usai. Tumpukan dokumen menanti untuk ditandatangani, laporan finansial perlu dianalisis, dan rapat dewan direksi masih menunggu.Di tengah heningnya ruangan, pintu terbuka perlahan. Leon, asisten pribadi sekaligus tangan kanan kepercayaannya, masuk dengan secangkir teh hangat yang mengepul lembut.“Bos,” ucap Leon sambil mendekat, nada suaranya penuh khawatir. “Jangan terlalu memaksakan diri kalau memang sedang tidak enak badan.”Angga mengangkat kepalanya, menatap Leon dengan pandangan k

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 55 : Mencuri Kamu

    Tak terasa, hari telah merangkak perlahan meninggalkan senja yang muram dan berubah menjadi malam yang dingin. Cahaya lampu kota mulai menyala satu per satu, menghiasi cakrawala dengan kelap-kelip bagaikan bintang yang turun ke bumi.Di lantai atas sebuah apartemen mewah, di salah satu kamar bernuansa hangat dan elegan, berdiri seorang wanita muda di tepi balkon. Angin malam yang lembut memainkan helaian rambut panjangnya yang tergerai, sesekali menyingkap sebagian wajahnya yang dipoles riasan tipis, menonjolkan kecantikannya yang tenang dan anggun.Tatapan matanya menerawang jauh menembus gelapnya langit malam. Ada kesedihan samar di sana. Ada rindu yang tidak terucapkan. Wajahnya begitu tenang, namun menyimpan kegelisahan yang tidak bisa disembunyikan. Siapa pun yang melihatnya akan berpikir bahwa dia adalah Aluna. Tapi tidak. Wanita itu adalah Alana—kembaran identik Aluna.Meski terlahir dari rahim yang sama, jalan hidup keduanya begitu berbeda. Aluna t

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 54 : Kamu Tidak Sendiri

    Daniel mengajak Aluna ke sebuah tempat makan sederhana yang terletak agak jauh dari pusat kota. Bukan restoran mewah yang biasa mereka datangi untuk urusan bisnis. Hari ini, Daniel ingin membicarakan sesuatu yang lebih pribadi, lebih dalam. Ia merasa ada hal-hal penting yang tak bisa dibahas di balik meja kerja atau suasana restoran yang terlalu formal. Kadang, tempat yang sederhana justru menghadirkan kenyamanan dan ketulusan yang sulit ditemukan di tempat bergengsi sekalipun.Café kecil itu berada di pinggiran kota London, tersembunyi di antara deretan toko-toko buku tua dan toko bunga klasik. Aromanya khas: campuran kopi hangat, kayu tua, dan kue kayu manis yang baru saja keluar dari oven. Aluna duduk di sudut ruangan, di balik jendela kaca yang menghadap ke jalan, menanti Daniel dengan secangkir cokelat hangat di tangan. Matanya sesekali melirik keluar, mengamati lalu lalang orang-orang yang berjalan cepat menantang angin musim gugur.Beberapa menit kemudian, Daniel muncul di depa

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 53 : Kenapa Dia Menolakku

    Setelah menyelesaikan urusannya di dalam ruangan Daniel, Aluna segera melangkah keluar dari restoran Tanpopo’s. Namun langkahnya terhenti secara mendadak.Tepat di depan pintu keluar, berdiri seseorang dengan tubuh tegap dan wajah penuh keyakinan. Angga. Pria yang sebelumnya mengaku bernama Wijaya itu kini berdiri dengan tangan terlipat di dada, menatap Aluna dengan sorot mata penuh perhitungan.Saking kagetnya, Aluna tanpa sengaja menabraknya. Tubuh mungilnya sedikit terpental ke belakang. Ia hampir jatuh, namun segera menegakkan tubuh dan menatap pria itu dengan mata membulat.“Ya Tuhan… kau?” ucap Aluna, setengah terkejut dan setengah kesal.Angga hanya menaikkan sebelah alisnya. “Kau hendak pergi ke mana? Biar aku antar,” katanya datar, seolah tidak ada kejadian berarti barusan.Namun bukannya terharu, Aluna justru memandangnya tajam. Napasnya terdengar berat, seperti menahan amarah.“Kenapa kamu ada di sini? Jangan bilang kamu menguntitku,” katanya penuh curiga.“Kalau aku bilan

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 52 : Selalu Terbuka

    Setelah selesai sarapan pagi, Aluna segera bersiap. Hari itu cuaca cukup cerah, langit tampak bersih dengan semburat jingga yang belum sepenuhnya menghilang.Ia menarik napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan.“Ini yang terbaik, Aluna… Demi semua orang,” gumamnya pelan, seolah berusaha meyakinkan dirinya sendiri.Tak berapa lama, taksi yang ia pesan lewat aplikasi pun tiba. Dengan langkah ringan namun hati berat, Aluna masuk ke dalam mobil tersebut. Sepanjang perjalanan menuju restoran milik Daniel, pikirannya melayang-layang. Ia menatap keluar jendela, memandangi pepohonan dan orang-orang yang berlalu lalang di pinggir jalan. Semua tampak berjalan seperti biasa, seolah dunia tak peduli dengan konflik kecil yang tengah berkecamuk di hatinya.'Kalau aku tetap bekerja di sana, mungkin semuanya akan jadi rumit. Aku tidak ingin membuat masalah baru untuk orang lain,' batinnya.Sesampainya di depan restoran, taksi berhenti perlahan. Aluna

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 51 : Melupakan Sesuatu

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap malu-malu di balik tirai jendela kamar Aluna. Udara terasa segar, langit tampak biru cerah, seolah hari menjanjikan kebahagiaan. Namun, tidak bagi Aluna. Pagi yang biasanya ia sambut dengan semangat dan senyuman lebar, kali ini terasa hambar. Wajahnya kusut, matanya sembab, bibirnya mengerucut dalam diam.Ia duduk di tepi ranjang cukup lama, menatap nanar lantai kamar yang dingin. Tak ada suara, hanya detik jam dinding yang berdetak pelan seiring waktu yang terus berjalan.Biasanya, pagi adalah momen yang paling ia nantikan. Ia akan bersiap-siap pergi ke restoran Tanpopo’s, tempat ia bekerja sekaligus tempat hatinya berlabuh diam-diam. Daniel, pemilik restoran itu, bukan hanya sahabat masa kecilnya, tapi juga seseorang yang selama ini diam-diam mengisi ruang hati Aluna.Namun, malam tadi telah mengubah semuanya.Saat James mendadak masuk ke kamarnya hanya untuk mengantar black card dari Angga. Aluna masih ingat jelas bagaimana James, dengan ekspres

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status