Share

Bab 2 : Bersiaplah Mendekam

Author: Sintadevi
last update Last Updated: 2025-04-13 23:31:29

Aluna mengamati sekelilingnya. Matanya menatap awas. Memastikan bahwa semua orang saat ini sedang lengah.

Saat sudah yakin, gaun pengantin berwarna putih yang panjangnya melebihi mata kaki itu disingkapnya, hingga sebatas lutut.

Sepatu kaca ber 'hak' tinggi yang dipakainya segera dilepas dan ia berlari sekencang mungkin.

Semua orang yang berada di pesta pernikahan tersebut sontak menatap kepergian Aluna dengan tatapan tidak percaya--termasuk Abigael yang telah selesai mengangkat panggilan. 

"Penjaga! Tolong segera hentikan dia!" teriak Abigael.

Jeritan kencang dari ayahnya membuat Aluna panik. Dia semakin mengencangkan lajunya. Namun hal tak terduga terjadi. Sebelum Aluna mencapai pintu keluar, sudah ada beberapa penjaga yang menghalangi langkahnya.

'Ah sial!' gerutu Aluna, seraya menghentikan langkahnya secara mendadak.

Aluna tak kehabisan akal. Matanya menoleh ke arah samping. Tampak sebuah tangga yang mengarah ke lantai atas. Tanpa pikir panjang, Aluna segera berlari menuju lantai atas.

Namun keberuntungan sepertinya sedang tidak memihak padanya. Para penjaga kediaman Abigael lebih dulu sampai dilantai atas. Alhasil Aluna terkepung tanpa bisa melarikan diri.

"Aluna, ayah mohon hentikan aksi gila mu ini. Kau sudah berjanji padaku untuk menggantikan Alana," pinta Abigael, sembari mengatur napasnya yang tersengal.

"Maaf ayah, aku tidak bisa."

Aluna tidak ingin menjadi boneka sang ayah. Aluna juga punya masa depan. Sama seperti kembarannya—Alana.

Mata Aluna bergerak liar. Mencari celah yang tepat, untuknya melarikan diri. Tanpa sengaja pandangannya mengarah ke jendela tepat disampingnya. Aluna tersenyum miring penuh arti.

"Ayah kau harusnya sadar. Sudah cukup kau membuatku menderita bersama ibu selama ini. Jangan jadikan aku sebagai tumbal mu," ucap Aluna, mencoba mengulur waktu.

Belum sempat Abigael mengucapkan sepatah kata, Aluna sudah lebih dulu menerobos jendela yang ada dilantai atas. Bergerak lincah seperti seekor tupai. Hal itu membuat kepanikan tercipta di wajah Abigael.

"Kejar dia! Jangan biarkan lolos!" pekik Abigael.

****

Sebuah mobil mewah merk terkenal baru saja tiba dihalaman besar kediaman Abigael. Pengemudi yang tengah membawa seseorang didalam mobil terlihat bingung, saat menyaksikan serangkaian kekacauan yang sedang terjadi.

"Apa yang terjadi? Bos, lihatlah ke arah sana. Bukankah itu calon pengantinmu?" ucap pengemudi yang bernama Leon—asisten pribadi Angga Wijaya Kusuma, yang saat ini tengah membawa bosnya tersebut.

Fokus Angga terhadap ponselnya teralihkan, sebab penasaran dengan ucapan yang baru saja terlontar dari mulut asisten pribadinya.

Angga memutuskan untuk menurunkan kaca mobilnya. Kerutan samar di keningnya tercipta, saat beberapa pria bertubuh kekar sedang berusaha mengejar seorang wanita bergaun pengantin, dengan pergerakan yang cukup lincah.

'Apakah benar itu calon istriku? Kenapa dia lari?' batin Angga bertanya-tanya.

Leon segera keluar dan berdiri di dekat pintu mobil, untuk melihat lebih jelas kekacauan yang terjadi.

Setelah berhasil turun dari lantai dua, Aluna masih belum tenang. Karena pengejaran terhadapnya terus berlanjut. Tanpa sengaja netranya menatap mobil mewah yang sedang terparkir tidak jauh dari jangkauannya saat ini.

Leon berbalik ingin menjelaskan situasi yang terjadi diluar, "bos, sepertinya pengantin Anda —"

Belum sempat Leon melanjutkan kata-katanya, sebuah tangan menarik kerah bajunya dengan kasar, hingga Leon terhuyung kebelakang.

Leon hanya terperangah, melihat calon pengantin bosnya, masuk ke dalam mobil dan membawa kabur mobil tersebut beserta dengan sang mempelai pria.

Aluna melajukan mobil meninggalkan pekarangan rumah Abigael. Aluna menghembuskan napas lega, saat sudah menjauh dari belenggu ayahnya.

Akan tetapi, Aluna melajukan mobil ke kanan dan ke kiri. Sekali-kali Aluna mengerem mendadak. Hingga berulang kali Angga menghantam kursi bagian depan.

'Dasar wanita barbar. Apa yang ingin dilakukannya? Kenapa sangat ceroboh sekali," batin Angga, sesekali meringis memegangi keningnya yang sakit.

Angga sengaja tidak membuka suara sedikitpun. Kedua netranya terus tertuju pada Aluna. Angga ingin tahu, sampai mana Aluna membawanya pergi.

"Ingin menangkapku? Tidak semudah itu," ucap Aluna, seraya tersenyum puas penuh kemenangan.

Aluna tidak mengetahui bahwa dirinya saat ini tengah diawasi oleh pemilik mobil. Setelah beberapa saat, Aluna mulai tersadar. Bila saat ini dia sedang terlibat perampokan.

"Astaga tunggu dulu. Apakah ini termasuk perampokan? Bagaimana jika aku dijebloskan ke penjara karena mencuri mobil ini. Tidak-tidak, aku harus menemukan kontak orang yang memiliki mobil ini dan segera mengembalikannya setelah semuanya aman," ucap Aluna pada dirinya sendiri.

Angga mendengus kesal. Lantaran Aluna seperti orang yang baru belajar menaiki mobil. Seyogyanya memang Aluna sudah lama tidak membawa mobil. Aluna terpaksa nekad agar bisa terbebas dari pernikahannya yang terpaksa.

Angga memutuskan untuk mengakhiri kediamannya. Tangannya kanannya terulur menepuk bahu ramping Aluna.

Sontak saja Aluna terhenyak kaget. Netranya menatap kaca dashboard mobil yang mengarah langsung ke arah belakang. Matanya melebar saat melihat seorang pria berada di kursi penumpang.

"Siapa kau?" tanya Aluna, sembari menginjak rem secara mendadak. Hingga membuat Angga menghantam kursi bagian depan untuk kesekian kalinya.

Napas Angga terlihat memburu. Dadanya naik turun. Matanya langsung menatap nyalang ke arah Aluna.

"Harusnya aku yang bertanya, kenapa kau ada di dalam mobilku ini? Apa kau berniat untuk mencuri? Jika ia, aku akan membawamu ke kantor polisi!" gertak Angga.

Napas Aluna tercekat. Lidahnya terasa kelu. Seperti ada duri tajam saat Aluna mencoba menelan salivanya.

Tanpa bicara sepatah katapun, apalagi meminta maaf, Aluna segera keluar dari mobil milik Angga, dan berniat untuk kabur.

Angga terkejut melihat Aluna ingin melarikan diri untuk kedua kalinya. Dia segera keluar untuk mengejar Aluna. Tak butuh waktu lama bagi Angga. Tangan besarnya segera mencekal lengan Aluna yang mungil.

"Tunggu! Kau mau lari kemana? Setelah mencuri mobilku lalu kau ingin kabur begitu saja. Tidak akan kubiarkan," sentak Angga.

Kali ini Aluna benar-benar pasrah. Wajahnya tertunduk malu, karena telah melakukan hal yang tidak terpuji. Yaitu membawa kabur mobil milik orang lain, sedangkan pemilik mobil masih berada didalamnya.

"Kenapa malah tertunduk. Angkat wajahmu," perintah Angga.

Aluna masih bergeming. Nyalinya mendadak ciut. Rasa takut mulai menyelimuti diri Aluna.

Melihat Aluna yang terus tertunduk tanpa berniat menjawab pertanyaannya, membuat Angga kehilangan kesabaran.

"Baiklah. Jika kamu tidak mau menjawab pertanyaanku, bersiaplah mendekam dibalik jeruji besi!" ucap Angga penuh penekanan.

Deg!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 56 : Tidak Pernah Memberitahuku

    Di malam yang tenang, langit tampak kelam dengan taburan bintang yang hanya sedikit menampakkan diri. Di lantai atas sebuah gedung pencakar langit yang menjadi markas besar perusahaan teknologi ternama, sebuah ruangan berlabel CEO menyala terang meski jarum jam telah menunjuk pukul sembilan malam.Angga duduk di balik meja kerjanya yang besar, bersandar lelah dengan memijat pelipis. Matanya sembab, tak hanya karena lelah, tapi juga karena pikiran yang tak kunjung usai. Tumpukan dokumen menanti untuk ditandatangani, laporan finansial perlu dianalisis, dan rapat dewan direksi masih menunggu.Di tengah heningnya ruangan, pintu terbuka perlahan. Leon, asisten pribadi sekaligus tangan kanan kepercayaannya, masuk dengan secangkir teh hangat yang mengepul lembut.“Bos,” ucap Leon sambil mendekat, nada suaranya penuh khawatir. “Jangan terlalu memaksakan diri kalau memang sedang tidak enak badan.”Angga mengangkat kepalanya, menatap Leon dengan pandangan k

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 55 : Mencuri Kamu

    Tak terasa, hari telah merangkak perlahan meninggalkan senja yang muram dan berubah menjadi malam yang dingin. Cahaya lampu kota mulai menyala satu per satu, menghiasi cakrawala dengan kelap-kelip bagaikan bintang yang turun ke bumi.Di lantai atas sebuah apartemen mewah, di salah satu kamar bernuansa hangat dan elegan, berdiri seorang wanita muda di tepi balkon. Angin malam yang lembut memainkan helaian rambut panjangnya yang tergerai, sesekali menyingkap sebagian wajahnya yang dipoles riasan tipis, menonjolkan kecantikannya yang tenang dan anggun.Tatapan matanya menerawang jauh menembus gelapnya langit malam. Ada kesedihan samar di sana. Ada rindu yang tidak terucapkan. Wajahnya begitu tenang, namun menyimpan kegelisahan yang tidak bisa disembunyikan. Siapa pun yang melihatnya akan berpikir bahwa dia adalah Aluna. Tapi tidak. Wanita itu adalah Alana—kembaran identik Aluna.Meski terlahir dari rahim yang sama, jalan hidup keduanya begitu berbeda. Aluna t

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 54 : Kamu Tidak Sendiri

    Daniel mengajak Aluna ke sebuah tempat makan sederhana yang terletak agak jauh dari pusat kota. Bukan restoran mewah yang biasa mereka datangi untuk urusan bisnis. Hari ini, Daniel ingin membicarakan sesuatu yang lebih pribadi, lebih dalam. Ia merasa ada hal-hal penting yang tak bisa dibahas di balik meja kerja atau suasana restoran yang terlalu formal. Kadang, tempat yang sederhana justru menghadirkan kenyamanan dan ketulusan yang sulit ditemukan di tempat bergengsi sekalipun.Café kecil itu berada di pinggiran kota London, tersembunyi di antara deretan toko-toko buku tua dan toko bunga klasik. Aromanya khas: campuran kopi hangat, kayu tua, dan kue kayu manis yang baru saja keluar dari oven. Aluna duduk di sudut ruangan, di balik jendela kaca yang menghadap ke jalan, menanti Daniel dengan secangkir cokelat hangat di tangan. Matanya sesekali melirik keluar, mengamati lalu lalang orang-orang yang berjalan cepat menantang angin musim gugur.Beberapa menit kemudian, Daniel muncul di depa

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 53 : Kenapa Dia Menolakku

    Setelah menyelesaikan urusannya di dalam ruangan Daniel, Aluna segera melangkah keluar dari restoran Tanpopo’s. Namun langkahnya terhenti secara mendadak.Tepat di depan pintu keluar, berdiri seseorang dengan tubuh tegap dan wajah penuh keyakinan. Angga. Pria yang sebelumnya mengaku bernama Wijaya itu kini berdiri dengan tangan terlipat di dada, menatap Aluna dengan sorot mata penuh perhitungan.Saking kagetnya, Aluna tanpa sengaja menabraknya. Tubuh mungilnya sedikit terpental ke belakang. Ia hampir jatuh, namun segera menegakkan tubuh dan menatap pria itu dengan mata membulat.“Ya Tuhan… kau?” ucap Aluna, setengah terkejut dan setengah kesal.Angga hanya menaikkan sebelah alisnya. “Kau hendak pergi ke mana? Biar aku antar,” katanya datar, seolah tidak ada kejadian berarti barusan.Namun bukannya terharu, Aluna justru memandangnya tajam. Napasnya terdengar berat, seperti menahan amarah.“Kenapa kamu ada di sini? Jangan bilang kamu menguntitku,” katanya penuh curiga.“Kalau aku bilan

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 52 : Selalu Terbuka

    Setelah selesai sarapan pagi, Aluna segera bersiap. Hari itu cuaca cukup cerah, langit tampak bersih dengan semburat jingga yang belum sepenuhnya menghilang.Ia menarik napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan.“Ini yang terbaik, Aluna… Demi semua orang,” gumamnya pelan, seolah berusaha meyakinkan dirinya sendiri.Tak berapa lama, taksi yang ia pesan lewat aplikasi pun tiba. Dengan langkah ringan namun hati berat, Aluna masuk ke dalam mobil tersebut. Sepanjang perjalanan menuju restoran milik Daniel, pikirannya melayang-layang. Ia menatap keluar jendela, memandangi pepohonan dan orang-orang yang berlalu lalang di pinggir jalan. Semua tampak berjalan seperti biasa, seolah dunia tak peduli dengan konflik kecil yang tengah berkecamuk di hatinya.'Kalau aku tetap bekerja di sana, mungkin semuanya akan jadi rumit. Aku tidak ingin membuat masalah baru untuk orang lain,' batinnya.Sesampainya di depan restoran, taksi berhenti perlahan. Aluna

  • Menjadi Pengantin Pengganti Untuk Tuan CEO   Bab 51 : Melupakan Sesuatu

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap malu-malu di balik tirai jendela kamar Aluna. Udara terasa segar, langit tampak biru cerah, seolah hari menjanjikan kebahagiaan. Namun, tidak bagi Aluna. Pagi yang biasanya ia sambut dengan semangat dan senyuman lebar, kali ini terasa hambar. Wajahnya kusut, matanya sembab, bibirnya mengerucut dalam diam.Ia duduk di tepi ranjang cukup lama, menatap nanar lantai kamar yang dingin. Tak ada suara, hanya detik jam dinding yang berdetak pelan seiring waktu yang terus berjalan.Biasanya, pagi adalah momen yang paling ia nantikan. Ia akan bersiap-siap pergi ke restoran Tanpopo’s, tempat ia bekerja sekaligus tempat hatinya berlabuh diam-diam. Daniel, pemilik restoran itu, bukan hanya sahabat masa kecilnya, tapi juga seseorang yang selama ini diam-diam mengisi ruang hati Aluna.Namun, malam tadi telah mengubah semuanya.Saat James mendadak masuk ke kamarnya hanya untuk mengantar black card dari Angga. Aluna masih ingat jelas bagaimana James, dengan ekspres

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status