"Kamu pulang sama siapa?" tanya Maria.
Maria Senja, teman Saphire yang selalu bersama dari mulai awal masuk di Sekolah Royal ini, mereka begitu akrab hingga bagaikan saudara. Sekarang sudah memasuki waktu pulang Sekolah, dan juga kegiatan hari ini tidak begitu banyak karena penyambutan itu. "Sama Elgar." jawab Saphire. "Iya ya, aku selalu lupa kalau kamu sudah memiliki kekasih." "Udah mau jalan tiga tahun, masa kawan ku ini masih pelupa." ucap Saphire sambil terkekeh. "Iya maaf, aku salah." sesal Maria. Tak lama, ada mobil berwarna hitam mewah berhenti di depan mereka berdua. Saphire sudah kenal pasti sosok yang menjalankan mobil ini, senyum nya merekah karena setiap hal yang berhubungan dengan kekasih nya itu memberikan efek kebahagiaan tersendiri. "Aku duluan ya, kalau gitu. Atau mau bareng aja??" tanya Saphire menawarkan pada Maria. Sontak membuat Maria menggeleng, ia tidak mau satu tempat dengan Elgar pangeran Royal itu, karena Maria sendiri tidak kuat dengan aura yang mencekam dari lelaki itu. Entah ilmu dari mana Saphire dapat menaklukan Pangeran Royal terkenal seperti Elgar. "Yaudah kalau gitu, kamu hati hati ya di jalan." ucap Saphire membuka pintu mobil. "Iya, kamu juga." balas Maria. Saphire berpisah dengan Maria di sana, mobil yang di tumpangi Saphire itu melewati gerbang Sekolah dan akhirnya tidak terlihat lagi. Maria terus menatap ke arah gerbang, sebenarnya sudah tidak ada hal yang menarik untuk di perhatikan tetapi pikiran nya membawa pada masa masa awal teman nya itu menjalin hubungan dengan Elgar. Memang awal nya semua orang menentang hubungan Elgar dan Saphire itu, dan kebanyakan yang menerima hinaan adalah Saphire. Karena Saphire Indiraya itu hanya anak dari seorang kepala Desa, yang jauh dengan Elgar Dominic anak dari seorang Raja dari kerajaan EstFabula. Memang negri ini di pimpin oleh seorang Raja, yang berarti Elgat adalah seorang putera Mahkota yang nantinya akan menggantikan Sang Ayah di tahta Kerajaan. Di awal awal hubungan mereka hanya melewati masa sulit yang terbilang sebentar, dan Saphire juga sekedar menerima cacian dan makian saja, orang orang khususnya pada perempuan yang tidak menerima dengan hubungan itu, belum sempat melakukan hal yang lebih pada fisik Elok di karenakan Elgar yang sudah mengurus segala nya dengan kedudukan dan harta yang ia miliki. Tidak ada lagi yang berani macam macam dengan Saphire, dan juga tidak mungkin hal tersebut terjadi pada Elgar. Kalau sampai terjadi, belum saja memulai sudah di habisi oleh Elgar dengan kaki tangannya. Dari sana hubungan mereka perlahan di terima oleh semua warga Sekolah, bahkan sampai ada yang iri dengan kedekatan mereka berdua itu. Dan Maria berharap, hari ini sampai kapan pun tidak akan ada lagi yang dapat menyakiti Saphire, ia sudah percaya pada Elgat untuk menjaga sahabat nya. Sementara itu, suasana di dalam mobil milik Elgar. Terasa lebih hidup berkat pengaruh dari Saphire. Elgar yang fokus ke jalan, sementara Saphire yang terus melihat ke luar dari balik jendela. "Tadi nunggu lama ?" tanya Elgar. Saphire mengalihkan pandangannya dan menatap Elgar. "Engga lama, kan nunggu nya bareng Maria." Elgar mengangguk "Mau pergi ke mana dulu?" "Beli cake dulu ya??" "Boleh." Saphire kesenangan sendiri di tempatnya, hanya hal sederhana memang. Hal tersebut membuat senyum tipis Elgar terbentuk. Tak lama, mereka berdua sudah sampai. "Udah sampai." Saphire merasa tidak sabar, mungkin air liur nya sudah menetes duluan membayangkan makanan manis itu masuk ke dalam mulut. "Tunggu." Elgar keluar terlebih dahulu, dan berjalan memutar. Tangannya membuka pintu mobil untuk Saphire. "Terima kasih." ucap Saphire begitu tulus. "Sama sama." Elgar menggenggam tangan Saphire seakan gadis itu akan kabur, setelah Saphire turun Elgar menutup pintu mobil dan memasuki surga dunia bagi Saphire. "Kak, pengen cake stroberi nya satu, kamu mau apa??" tanya Saphire. "Engga usah." jawab Elgar. "Total nya jadi 100rb." "Ouh okey." Saphire mengambil dompet dan mengeluarkan satu lembar uang berwarna merah. Tapi pada saat ia akan memberikan nya, Elgar sudah lebih dulu memberikan kartu milik nya. "Terima kasih, Selamat menikmati." "Terima kasih kembali." Saphire tak kalah ramah. "Kok kamu yang bayar, kan aku yang beli." ujar Saphire merasa tidak terima. "Masih ada aku, kalau kemana mana sama aku jangan sampai kamu keluarin uang." ucap Elgar. "Tapi aku engga enak sama kamu, kamu udah kasih aku lebih, tapi aku engga kasih kamu apa apa." ucap Saphire sambil tertunduk. Tangan Elgar mengangkat dagu Saphire, sehingga mereka berdua saling tatap. "Cukup kamu sama aku terus." "Tapi-" "Bukannya udah ga sabar buat makan Cake stroberi nya?" ucap Elgar memotong ucapan Saphire. "Ouh, iyaaa." "Ayo masuk mobil, Elgar." ajak Saphire. "Ayo." seperti sudah menjadi tradisi Elgar akan membuka dan menutup pintu mobil untuk Saphire, karena sebagai bentuk lelaki yang jantan. Elgar dan Saphire sudah duduk manis, tapi mobil itu belum juga di nyalakan oleh Elgar karena Saphire yang ingin memakan cake dengan segera. Suapan pertama sudah masuk, lalu ekspresi Saphire seperti memakan makanan terenak di dunia. "Elgar, kamu harus coba. Ini enak sekali." Elgar sebenarnya tidak begitu suka dengan makanan manis, tapi melihat kekasih nya menyodorkan sendok berisi potongan cake itu merasa ia harus menghargai nya. "Enak." balas Elgar. "Iya kan, kamu mau lagi??" "Abisin aja." Saphire tidak menjawab nya lagi, ia sudah fokus sepenuhnya pada cake di tangan. Elgar menyiapkan air mineral yang selalu di siapkan di mobil nya itu. Elgar tidak menyianyiakan kesempatan, wajah cantik itu harus di abadikan. Dan sekarang Elgar sudah mendapatkan beberapa gambar yang sial nya cantik semua. "Kamu lagi apa?" Saphire tersadar karena memang Cake nya sudah habis. "Tiba tiba ada si cantik di dalem handphone aku." ucap Elgar. "Hah? siapa? kamu selingkuh?" tanya balik Saphire. "Kayanya ada perempuan yang lebih cantik aja." ucap Elgar. "Kok kamu gitu." ucap Saphire lirih. "Iya mau gimana lagi, udah terlanjur." Elgar sudah tidak tahan dengan ekspresi Saphire. "Mau liat perempuannya, kalau aku tau gimana?" ucap Saphire memantapkan diri. "Nih." Elgar memperlihatkan foto Saphire yang di ambil nya tadi ketika memakan cake. "Kok kamu gitu, aku udah kaget." Saphire menutup wajah nya dengan kedua tangan, bukan menangis tapi ia merasa malu. Gadis cantik yang di maksud Elgar adalah dirinya, ia salah tingkah. "Ahahah maaf maaf." "Mau pulang sekarang?" tanya Elgar. "Boleh." ucap Saphire, langsung saja mobil di jalankan Elgar menuju rumah si cantik. "Ouh iya, kamu kapan lagi latihan Anggar?" tanya Saphire. "Besok udah mulai lagi." balas Elgar. "Iya, kaya biasanya kan? kalau ada perubahan jadwal kabarin, aku kan udah bilang bakal aku temani sampai kamu juara." ujar Saphire. "Baiklah." balas Elgar. Sesampainya di depan rumah Saphire, Elgar meraih tangan Saphire lalu di kecup nya. Memang pangeran yang satu ini tidak ada obat, selaku saja ada gebrakan terbaru nya. "Sampai jumpa besok." "Sampai jumpa besok, Elgar.""Eh.""Kamu baik baik saja?" Segera Saphire berdiri dan merapikan penampilan nya walau tidak membuahkan hasil sama sekali. "Ya, sejauh ini baik baik saja." "Jangan bohong seperti itu, anak kecil saja tau kalau kamu sedang tidak baik baik saja." "Mungkin tadi iya, tapi sekarang sudah tidak apa apa, terima kasih atas perhatiannya Guru."Tatapan prihatin sekaligus kasihan itu di peruntukan untuk Saphire, tidak sekali dua kali sang Guru melihat sesuatu hal yang terjadi pada anak didiknya itu. Kadang kala penampilan nya tidak begitu rapi dengan perundungan yang sebelum nya di alami. Dan entah mengapa tetapi pihak Royal tidak juga untuk membuka mata tentan masalah ini, seakan selalu tertutupi oleh berita yang lebih besar. "Pakai sapu tangan ini, setidak nya untuk menyeka air air yang menetes." "Terima kasih lagi, aku akan menggunakan nya dan di kembalikan secepatnya Guru." "Tidak perlu terburu buru, tidak apa. Itu untuk mu saja, aku memberikan nya." "Baiklah." "Aku tidak bisa berl
Saphire berbalik, cukup terkejut karena bagaimana Elgar mengetahui keberadaan nya di hari kemarin. Apa Elgar juga mengirim seseorang untuk memata matai diri nya? "Kenapa kamu bisa tahu?" tanya Saphire. "Tidak peduli dari mana aku mengetahui nya, yang jelas, jawab pertanyaan ku Saphire." ujar Elgar. Saphire menimang nimang apakah ia harus berbohong atau tidak, kalau ia berbohong pasti Elgar sudah mengetahui kebenaran nya, bila sebalik nya Elgar pasti tidak suka karena Saphire telah berbohong. "Kemarin aku menemani Miguel berlatih." cicit Saphire. Elgar mengeraskan rahang nya. "Dan boleh aku tahu kenapa kamu melakukan nya?" tanya Elgar masih menahan dirinya. "Apa kamu di paksa?" tanya Elgar dengan Saphire yang masih terdiam karena merasa takut. "Ah sudah ku kira, kamu telah di paksa untuk ikut bersama dengan nya." ucap Elgar. "Tidak." "Lalu apa, Saphire." "Aku menemani Miguel karena atas keinginan ku sendiri, tidak ada paksaan dari Miguel ataupun dari orang lain." "Ken
"Saphire." "Ya? kenapa?" "Bisa bantu aku untuk membawa buku di perpustakaan? karena permintaan dari guru selanjutnya.""Baiklah, ayo." Bisa di hitung jari Saphire berinteraksi dengan teman teman se ruangan nya, karena ia yang selalu bersama Maria dan ia merasa cukup dengan Maria saja tidak peduli dengan yang lain, oh atau mungkin bisa di tambah dengan dua teman nya di kegiatan seni tanah liat, dan juga Miguel. Bila mengenai Elgar, itu akan menjadi hal lain yang bagi Saphire. Entah akan menganggapnya sebagai apa yang pasti ada nya Elgar di kehidupan Saphire menjadi pengaruh begitu besar pada saat saat itu. "Ini buku nya Saphire, aku sudah membagi dua nya. Jadi tidak akan berat membawa." "Kemari kan." pinta Saphire untuk bagiannya. Saphire kira perjalanan nya menuku ruangan kembali akan lancar tanpa hambatan apapun, tetapi ternyata di depan ruangan yang Saphire dan teman teman nya tempati ada sekitar tiga orang yang menunggu di sana, entah siapa yang di tunggu. "Oh, ini dia manu
"Apa kamu menunggu lama?" tanya Miguel.Posisi Saphire yang sebelumnya membelakangi Miguel, kini mereka berdua tengah berhadapan. Saphire memperhatikan penampilan yang berbeda dari Miguel, tentunya dengan memakai pakaian Olahraga klub polo nya. "Tidak, mungkin karena aku bersama teman di sini." balas Saphire."Teman?" Miguel tidak salah mendengar bukan? tidak ada siapapun di sekitar Saphire sedari tadi."Kuda mu, Miguel." "Ah, kalian sudah berteman rupanya.""Benar, tadi pun aku sempat untuk memberikan nya rumput." "Rumput? dari mana?" "Ada yang memberikan nya tadi, tidak masalah kan?" "Ya tidak apa apa." Tangan Miguel bergerak membuka pintu kandang kuda milik nya, di raih nya tali pada kuda dan menuntun ke lapangan. "Saphire, kamu bisa menunggu di sana bersama gadis lain. Buat nyaman diri mu, dan duduk di mana saja sesuai dengan keinginan mu." ujar Miguel tadi sebelum terjun ke lapangan. Mendengar penuturan dari Miguel tadi, Saphire menuruti nya. Ia menempati tempat duduk yan
"Ngomong ngomong Miguel." panggil Saphire masih terdengar sopan di telinga Miguel."Kenapa?" "Apakah orang yang tadi mengajak berbicara adalah teman mu?" "Ya, dan mungkin hanya satu satunya teman ku." Jawaban dari Miguel mengundang rada penasaran Saphire. "Apa aku tidak di anggap sebagai teman mu?" "Haha, itu persoalan yang berbeda untuk ku." "Kenapa begitu" "Apa ada sesuatu yang bisa kamu berikan pada ku?" tanya Miguel mengalihkan pembicaraan.Saphire yang mengerti kalau Miguel tidak ingin membahasnya lebih lanjut memilih untuk diam, dan kembali merasa bingung dengan pertanyaan dari Miguel. "Sesuatu yang di berikan?" "Ya.""Untuk apa?" "Kami di klub Polo meyakini jika mendapatkan barang dari gadis terkasih nya, akan di anggap sebagai berkat yang selalu menyertai terutama ketika turun ke lapangan." balas Miguel."Tetapi, bukan nya sekarang hanya latihan saja? maksudku apa memang harus?" "Sama saja, mau latihan ataupun perlombaan, itu akan kami hargai dan menjaga nya sepenuh h
Benar saja, Saphire di bawa oleh Miguel ke tempat latihan Polo nya. Mata Saphire tengah di suguhi dengan banyak nya kuda di dalam kandang, kepala mereka menyembul keluar dan ada juga yang sedang di beri rumput.Mengingat Miguel akan latihan, Saphire merasa lingkungan sekitarnya sudah mulai ramai dengan banyak orang, mungkin teman teman satu klub Miguel. Beberapa di antara mereka juga ada yang membawa seorang gadis yang bisa di lihat status mereka sepasang kekasih ataupun sepasang tunangan. Sedangkan Saphire di sini sebagai apa? hanya menemani Miguel yang ia harap akan berjalan lancar tanpa ada yang menghambat. "Ayo, aku akan menunjukan kuda milik ku." ajak Miguel, yang melihat Saphire sangat sibuk dengan melihat lihat sekitar."Maaf aku tidak fokus, aku sangat tertarik dengan lingkungan di sini, sangat indah." balas Saphire menatap wajah Miguel. "Kamu menyukai nya?" "Tentu saja." "Maka aku akan selalu mengajak mu." "Memang aku sudah meng iya kan?" "Aku tidak butuh persetujuan i