Share

Tiga

Penulis: Jehe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-16 13:16:38

Sekarang Saphire sedang mengepang rambutnya lalu ia sampirkan ke bahu, masih ada anak anak rambut yang Saphire biarkan supaya menjadi pemanis saja. Kini ia memakai rok bermotif bunga dengan kaos putih polos berlengan panjang.

"Udah siap." ucap Saphire di depan cermin, lebih memastikan ia kembali bercermin dan meyakin kan kalau dirinya sudah siap.

Tujuan Saphire sampai berdandan hari ini adalah akan menemani Elgar latihan Anggar. Saphire juga sudah menyiapkan bekal untuk istirahat Elgar nanti.

Saphire pergi dengan menaiki kendaraan umum kereta kuda, sudah ada beberapa penumpang juga menaiki kereta kuda yang sama.

Memang di zaman ini, orang orang masih rajin menggunakan kendaraan umum dari pada kendaraan pribadi, biasanya kebanyakan orang yang memiliki kendaraan pribadi seperti mobil berarti orang itu adalah orang kaya raya, yang harta nya melimpah.

Sebenarnya Saphire juga memiliki mobil di rumah, tapi mobil itu di pakai dinas oleh sang ayah ke Desa. Dan juga, kalau Saphire pakai untuk bepergian ia tidak akan bisa, karena tidak dapat mengendarai mobil, keluarga nya pun tidak memiliki semacam supir pribadi.

"Nak Saphire mau kemana ?? udah cantik begitu." tanya wanita paru baya dengan belanjaan yang di bawa, sepertinya ibu itu sudah dari pasar.

"Mau jalan jalan aja bu." rasa nya tidak mungkin kalau Saphire mengatakan jujur kalau sebenarnya ia akan menemani sang kekasih di tempat latihan Anggar, entah tapi ia merasa malu saja.

Tidak heran kalau di wilayah Desa nya Saphire terkenal di antara masyarakat, karena Saphire ini anak dari kepala desa ayah nya sendiri yang terkenal dengan kewibawaan dan tugas yang selalu di jalani dengan penuh tanggung jawab, di tambah lagi sang ibu yang aktif dalam kegiatan memberikan edukasi bersama ibu ibu yang lain.

"Ouh begitu nak, kalau begitu ibu turun di sini ya. Kamu hati hati."

"Ibu juga hati hati di jalan dan membawa barang." ucap Saphire.

Kereta kuda kembali berjalan, cuaca yang sedang mendukung membuat hati Saphire menjadi senang. Dari atas kereta kuda ia dapat melihat banyak kegiatan yang sedang terjadi di jalanan yang di lalui.

Ada yang sedang bertransaksi jual beli sayur, anak anak bermain, dan masih banyak lagi. Suasana ini yang akan dirinya rindukan kalau suatu saat ia tidak dapat tinggal di sini lagi.

Tak terasa perjalanan yang membutuhkan waktu lama, akhirnya Saphire sudah sampai. Tangan nya memberikan sejumlah uang, lalu berjalan ke arah gerbang putih, di dalam sana sang kekasih tengah berlatih.

"Hallo pak." sapa Saphire pada penjaga di sana.

"Ehh, nak Saphire udah sampai." dengan tergesa penjaga itu membuka kan pintu.

"Iya, baru aja. Kalau gitu masuk dulu ya pak."

"Iya, silahkan silahkan."

Jangan heran kalau penjaga tempat latihan Anggar Elgar sudah mengenal dekat dengan Saphire, saking sering nya Saphire menemani Elgar berlatih membuat gadis itu di kenal dengan orang orang di sana.

Terdengar suara dari balik pintu di hadapan Saphire itu, kegiatan berlatih masih berlangsung. Tangan Saphire meraih gagang pintu lalu membuka nya. Sudah di dalam Saphire berjalan sedikit lalu terdapat tangga yang ia naiki.

Berjajar kursi kursi, lalu Saphire mengambil tempat di samping seseorang yang sedang menemani seseorang juga sepertinya yang sedang berlatih.

Pergerakan Saphire membuat gadis yang sedang duduk memperhatikan kegiatan latihan di bawah sana menjadi teralihkan. "Loh, kamu sudah sampai."

"Seperti yang kamu lihat, Puspita."

"Kami sudah lama di sini??" tanya Saphire.

"Tidak juga, aku ke sini bersama Hilliam." balas Puspita.

Gadis yang bernama Puspita Gelia ini adalah kekasih dari Hilliam kawan nya Elgar. Saphire dan Puspita awal kenal karena sama sama menemani kekasih mereka latihan Anggar. Puspita tidak bersekolah di Royal karena tempatnya yang jauh dari kediaman nya.

Sambil menunggu sesi latihan selesai, mereka berdua larut dalam obrolan hingga tidak sadar orang yang mereka berdua tunggu menghampiri.

"Sedang membicarakan apa hingga kalian tidak sadar kita menjadi balik menunggu?" ucap Hilliam duduk di samping Puspita.

"Itu urusan perempuan." balas Puspita.

Sementara Saphire, sudah membuka bekal yang ka bawa. Ada nasi, olahan ayam, dan juga masakan sayur. Tidak lupa juga ia membawa pencuci mulut seperti biskuit gandum tidak terlalu manis di tambah air minum.

Di depan Saphire sudah ada Elgar yang siap menyantap makanan itu, latihan yang cukup panjang membuat nye kehilangan tenaga, dan sekarang tenaga nya akan di isi oleh kekasih cantik nya itu.

"Maaf ga bisa jemput, waktu latihan jadi maju." ucap Elgar sebelum menerima suapan pertama dari Saphire.

"Engga apa apa kok, aku bisa ke sini sendiri." balas Saphire, menyuapi Elgar.

"Ke sini naik apa??"

"Pake kereta kuda, udah lama aku engga naik kereta kuda rasanya jadi beda sekali."

"Bagian mana yang beda??"

"Suasana yang aku rindukan."

Saphire kembali mengingat melihat kegiatan kegiatan yang di lakukan ketika berada di atas kereta kuda.

"Sesekali kita bisa menggunakan kereta kuda untuk pergi ke Sekolah." ucap Elgar.

"Itu tidak perlu, kapan kapan kita berdua naik kereta kuda ya." ucap Saphire memandang Elgar.

"Akan aku usahakan." Elgar mengatakan hal tersebut karena ia tidak pasti akan melakukan nya atau tidak. Karena baru saja ia meminta pelatih untuk memadatkan jadwal latihan nya dan di setujui, latihan padat itu di mulai dari hari ini.

Saphire yang mengerti keadaan pun mengangguk tidak mengatakan apa apa lagi. Lagian hidup Elgar tidak selalu tentang dirinya, yang harus di turuti apa mau dirinya. Elgar memiliki tujuan di hidup nya sendiri, dan adanya Saphire mendampingi hingga Elgar dapat mecapai hal tersebut.

"Ini minum nya." Saphire memberikan botol pada Elgar, yang langsung di terima.

"Kalau sampai jam lima sore aku belum selesai, kamu bisa langsung pulang sama sopir di luar." ucap Elgat sambil berdiri, kegiatan istirahat nya sudah selesai dengan minum yang sudah di teguk itu.

"Iya Elgar, semangat latihan lagi." ucap Saphire.

"Terima kasih sayang." ucap Elgar, lelaki itu langsung pergi di susul Hilliam dari belakang.

Sepertinya sepasang pipi Saphire sudah mulai memerah, ia merasa pipinya ini memanas. Dan itu semua gara gara Elgaf.

"Jarang jarang di panggil sayang sama pangeran, sekali nya di panggil sayang langsung salah tingkah." ucap Puspita.

"Kamu benar." Saphire tidak menghindar, itu memang kenyataan nya.

"Aku jadi iri sama kamu." ucap Puspita.

"Iri kenapa?" tanya Saphire heran, padahal Hilliam lebih terlihat sangat mencintai Puspita.

"Bilang bilang sayang gitu, Hilliam tidak pernah."

"Mungkin Elgar tadi engga sengaja aja."

"Masa di sengaja."

Saphire bersama Puspita melihat sesi latihan yang berjalan kembali, ternyata Elgar melawan Hilliam. Walau pakaian yang di gunakan terlibat sama dengan penutup wajah itu, Saphire dapat mengenali pasti yang mana Elgar yang mana Hilliam.

"Kekasih kita sangat hot bukan?" ucap Puspita menggoda.

Saphire hanya tersenyum kecil menanggapi nya, ia sangat bangga pada sosok Elgar yang berkeinginan untuk bangkit setelah kekalahan yang di alami.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Rebutan Putra Mahkota dan Anak Mentri   Delapanpuluhtiga

    "Eh.""Kamu baik baik saja?" Segera Saphire berdiri dan merapikan penampilan nya walau tidak membuahkan hasil sama sekali. "Ya, sejauh ini baik baik saja." "Jangan bohong seperti itu, anak kecil saja tau kalau kamu sedang tidak baik baik saja." "Mungkin tadi iya, tapi sekarang sudah tidak apa apa, terima kasih atas perhatiannya Guru."Tatapan prihatin sekaligus kasihan itu di peruntukan untuk Saphire, tidak sekali dua kali sang Guru melihat sesuatu hal yang terjadi pada anak didiknya itu. Kadang kala penampilan nya tidak begitu rapi dengan perundungan yang sebelum nya di alami. Dan entah mengapa tetapi pihak Royal tidak juga untuk membuka mata tentan masalah ini, seakan selalu tertutupi oleh berita yang lebih besar. "Pakai sapu tangan ini, setidak nya untuk menyeka air air yang menetes." "Terima kasih lagi, aku akan menggunakan nya dan di kembalikan secepatnya Guru." "Tidak perlu terburu buru, tidak apa. Itu untuk mu saja, aku memberikan nya." "Baiklah." "Aku tidak bisa berl

  • Menjadi Rebutan Putra Mahkota dan Anak Mentri   Delapanpuluhdua

    Saphire berbalik, cukup terkejut karena bagaimana Elgar mengetahui keberadaan nya di hari kemarin. Apa Elgar juga mengirim seseorang untuk memata matai diri nya? "Kenapa kamu bisa tahu?" tanya Saphire. "Tidak peduli dari mana aku mengetahui nya, yang jelas, jawab pertanyaan ku Saphire." ujar Elgar. Saphire menimang nimang apakah ia harus berbohong atau tidak, kalau ia berbohong pasti Elgar sudah mengetahui kebenaran nya, bila sebalik nya Elgar pasti tidak suka karena Saphire telah berbohong. "Kemarin aku menemani Miguel berlatih." cicit Saphire. Elgar mengeraskan rahang nya. "Dan boleh aku tahu kenapa kamu melakukan nya?" tanya Elgar masih menahan dirinya. "Apa kamu di paksa?" tanya Elgar dengan Saphire yang masih terdiam karena merasa takut. "Ah sudah ku kira, kamu telah di paksa untuk ikut bersama dengan nya." ucap Elgar. "Tidak." "Lalu apa, Saphire." "Aku menemani Miguel karena atas keinginan ku sendiri, tidak ada paksaan dari Miguel ataupun dari orang lain." "Ken

  • Menjadi Rebutan Putra Mahkota dan Anak Mentri   Delapanpuluhsatu

    "Saphire." "Ya? kenapa?" "Bisa bantu aku untuk membawa buku di perpustakaan? karena permintaan dari guru selanjutnya.""Baiklah, ayo." Bisa di hitung jari Saphire berinteraksi dengan teman teman se ruangan nya, karena ia yang selalu bersama Maria dan ia merasa cukup dengan Maria saja tidak peduli dengan yang lain, oh atau mungkin bisa di tambah dengan dua teman nya di kegiatan seni tanah liat, dan juga Miguel. Bila mengenai Elgar, itu akan menjadi hal lain yang bagi Saphire. Entah akan menganggapnya sebagai apa yang pasti ada nya Elgar di kehidupan Saphire menjadi pengaruh begitu besar pada saat saat itu. "Ini buku nya Saphire, aku sudah membagi dua nya. Jadi tidak akan berat membawa." "Kemari kan." pinta Saphire untuk bagiannya. Saphire kira perjalanan nya menuku ruangan kembali akan lancar tanpa hambatan apapun, tetapi ternyata di depan ruangan yang Saphire dan teman teman nya tempati ada sekitar tiga orang yang menunggu di sana, entah siapa yang di tunggu. "Oh, ini dia manu

  • Menjadi Rebutan Putra Mahkota dan Anak Mentri   Delapanpuluh

    "Apa kamu menunggu lama?" tanya Miguel.Posisi Saphire yang sebelumnya membelakangi Miguel, kini mereka berdua tengah berhadapan. Saphire memperhatikan penampilan yang berbeda dari Miguel, tentunya dengan memakai pakaian Olahraga klub polo nya. "Tidak, mungkin karena aku bersama teman di sini." balas Saphire."Teman?" Miguel tidak salah mendengar bukan? tidak ada siapapun di sekitar Saphire sedari tadi."Kuda mu, Miguel." "Ah, kalian sudah berteman rupanya.""Benar, tadi pun aku sempat untuk memberikan nya rumput." "Rumput? dari mana?" "Ada yang memberikan nya tadi, tidak masalah kan?" "Ya tidak apa apa." Tangan Miguel bergerak membuka pintu kandang kuda milik nya, di raih nya tali pada kuda dan menuntun ke lapangan. "Saphire, kamu bisa menunggu di sana bersama gadis lain. Buat nyaman diri mu, dan duduk di mana saja sesuai dengan keinginan mu." ujar Miguel tadi sebelum terjun ke lapangan. Mendengar penuturan dari Miguel tadi, Saphire menuruti nya. Ia menempati tempat duduk yan

  • Menjadi Rebutan Putra Mahkota dan Anak Mentri   Tujuhpuluhsembilan

    "Ngomong ngomong Miguel." panggil Saphire masih terdengar sopan di telinga Miguel."Kenapa?" "Apakah orang yang tadi mengajak berbicara adalah teman mu?" "Ya, dan mungkin hanya satu satunya teman ku." Jawaban dari Miguel mengundang rada penasaran Saphire. "Apa aku tidak di anggap sebagai teman mu?" "Haha, itu persoalan yang berbeda untuk ku." "Kenapa begitu" "Apa ada sesuatu yang bisa kamu berikan pada ku?" tanya Miguel mengalihkan pembicaraan.Saphire yang mengerti kalau Miguel tidak ingin membahasnya lebih lanjut memilih untuk diam, dan kembali merasa bingung dengan pertanyaan dari Miguel. "Sesuatu yang di berikan?" "Ya.""Untuk apa?" "Kami di klub Polo meyakini jika mendapatkan barang dari gadis terkasih nya, akan di anggap sebagai berkat yang selalu menyertai terutama ketika turun ke lapangan." balas Miguel."Tetapi, bukan nya sekarang hanya latihan saja? maksudku apa memang harus?" "Sama saja, mau latihan ataupun perlombaan, itu akan kami hargai dan menjaga nya sepenuh h

  • Menjadi Rebutan Putra Mahkota dan Anak Mentri   Tujuhpuluhdelapan

    Benar saja, Saphire di bawa oleh Miguel ke tempat latihan Polo nya. Mata Saphire tengah di suguhi dengan banyak nya kuda di dalam kandang, kepala mereka menyembul keluar dan ada juga yang sedang di beri rumput.Mengingat Miguel akan latihan, Saphire merasa lingkungan sekitarnya sudah mulai ramai dengan banyak orang, mungkin teman teman satu klub Miguel. Beberapa di antara mereka juga ada yang membawa seorang gadis yang bisa di lihat status mereka sepasang kekasih ataupun sepasang tunangan. Sedangkan Saphire di sini sebagai apa? hanya menemani Miguel yang ia harap akan berjalan lancar tanpa ada yang menghambat. "Ayo, aku akan menunjukan kuda milik ku." ajak Miguel, yang melihat Saphire sangat sibuk dengan melihat lihat sekitar."Maaf aku tidak fokus, aku sangat tertarik dengan lingkungan di sini, sangat indah." balas Saphire menatap wajah Miguel. "Kamu menyukai nya?" "Tentu saja." "Maka aku akan selalu mengajak mu." "Memang aku sudah meng iya kan?" "Aku tidak butuh persetujuan i

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status