Share

6. Apa Rencanamu?

Author: Namericanou
last update Last Updated: 2025-04-14 19:29:07

Rona menggeliat karena dering ponsel yang memekakan telinga tiada henti. Satu tangannya keluar dari balik selimut tebal dan sibuk meraba-raba area sekitar sesuai arah sumber suara.

Tepat di bawah bantal benda pipih itu ditemukan. Segera ia mengangkat panggilan tanpa memastikan dulu identitas si penelepon.

“Lo di mana?!”

Dari suaranya Rona langsung mengenalinya. Sembari mengucek mata sebelum membuka sepenuhnya, ia lantas mengerjap perlahan.

“Gue di kamar,” jawab Rona asal dengan rambut berantakan.

Pandangannya memendar ke sekeliling. Langit-langit putih yang senada dengan dinding. Ruangan yang ditempatinya terbilang megah, arsitektur bukan kaleng-kaleng hingga furniture terbaik.

Rona hendak bangkit duduk, tapi kepalanya masih cukup berat untuk diajak bergerak banyak.

“Kamar mana?” Yuyun makin mengomel. “Lo nggak balik ke apartemen gue, atau kasih gue kabar sama sekali ya!”

Rona mengambil napas dalam. “Bentar, gue masih pusing,” jawabnya sambil menahan sisa nyeri di kepala akibat minuman yang ia konsumsi semalam.

Astaga, jadi lo mabok-mabokan semalem? Lo sadar nggak, sih, udah berbuat seenaknya tanpa sepengetahuan gue?”

“Ya kali minum dikit udah dianggap seenaknya, Yun?" balas Rona membela diri. "Gue nggak ngapa-ngapain, sumpah deh.”

“Kalau gitu, kasih tahu di mana lo sekarang! Ada hal penting yang mau gue tanyakan soal kelakuan lo!”

Setelah beberapa saat, barulah kesadaran Rona kembali perlahan. Ia duduk dengan susah payah sambil mengamati sekelilingnya.

“Eh, iya. Ini gue di mana?” tanyanya bingung dan kekhawatiran mulai merasukinya.

“Jangan belagak kayak orang bodoh, Na.”

“Yun ... sumpah, gue nggak tahu ini di mana. Kok gue di kamar hotel, terus—“

Rona melotot saat selimutnya melorot dan memperlihatkan bagian gundukan di dadanya tanpa ditutupi apa pun. Refleks ia meraih selimut tersebut dan mengapitnya dengan ketiak.

Ia nyaris mengumpat menyadari kegilaannya begitu bangun dari tidur panjang. Kalau saja ia mengungkapkan semuanya pada Yuyun, manajernya itu pasti mengamuk tanpa ampun.

“Shareloc!” seru Yuyun tak sabaran. “Gue butuh ketemu langsung sama lo sekarang juga!”

“Iya, iya. Nggak usah galak-galak gitu, dong. Ini gue masih pusing, belum bisa mencerna baik-baik, Yun.” Rona menggerutu sambil mempelajari situasi dirinya.

“Halah, mana mungkin lo bisa main tandatangan kontrak sama Step Up Entertaintment?”

“Apa?” Untuk kesekian kali, mata Rona membeliak lebar. “Maksud lo apa ngomong gitu?”

Pihak HR Step Up baru aja kabarin gue kalau lo resmi jadi artis baru mereka!”

Kening Rona berkerut-kerut. “Hah?”

Rupanya kegilaan yang ia dapat tidak berhenti di tubuhnya yang telanj*ng bulat, melainkan fakta tentang dirinya yang sudah menerima tawaran dari agensi besar dan terkenal.

Step Up Entertaintment. Nama yang begitu familier dan melekat dengan seseorang. Samar-samar Rona mencoba mengingat siapa orang di balik itu semua.

“Lo tunggu, gue ke situ sekarang!” Teriakan Yuyun mengejutkannya. “Jangan ke mana-mana!”

Setelah panggilan itu berakhir, Rona menatap ponsel dengan banyak notifikasi. Baik itu pesan baru maupun panggilan tak terjawab.

Rona terduduk lemas di pinggiran tempat tidur sambil mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya.

[+62882632*****: Ini Dov. Sudah bangun dari tidur panjangmu, Tuan Putri?]

Kedua alis Rona sontak bertaut saat membuka pesan dengan nomor tak tersimpan.

“Dov? Dov siapa—“

Ia refleks menutup mulut dan kata-katanya terhenti seketika. Matanya membulat kaget begitu mengingat nama pria yang telah membuatnya mabuk berat semalam.

“Ya Tuhan! Ini ... gue semalem sama Dov ngapain?” gumamnya makin frustasi sambil sibuk meremas rambut.

Buru-buru Rona turun dari ranjang dan melangkah di atas lantai dingin. Pandangannya terpaku pada beberapa pakaiannya yang berserakan di dekat pintu kamar mandi.

“Gue cuma mabok, iya.” Ia meyakinkan diri sembari menggali ingatannya atas kejadian semalam sampai ia berakhir di kamar hotel semewah ini. “Gue nggak mungkin one night stand sama cowok asing. Gue bukan cewek segampang itu, iya ... nggak mungkinlah.”

Rona menanggalkan selimut tebal usai menyambar pakaiannya. Lekas ia memasuki kamar mandi dan berniat mengenakan pakaian, tapi perhatiannya teralih pada kaca yang memperlihatkan dirinya sekarang.

Shit,” makinya begitu menyaksikan rona kemerahan yang menghias di leher hingga dada dan beberapa bagian tubuhnya yang tak seharusnya dijamah orang lain. “Rona lo kok bego banget?”

Ia meraba permukaan kulitnya yang memerah. Lalu bergerak ke atas dan menggapai bibirnya yang bengkak. Langsung paham perbuatannya semalam dengan seseorang. Satu nama pun terlintas di kepala, walau baru menduga-duga.

Kepalanya menggeleng tak habis pikir. Tepat di bawah shower menyala, ia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam setelah Dov mengajaknya pergi dari bar.

Seusai mengenakan pakaian lengkap, Rona berjalan mondar-mandir. Sesekali menggigiti ujung kukunya dengan gelisah. Sampai kemudian, terlintas satu ide untuk menghubungi nomor asing tadi.

“Lo abis ngapain gue semalam? Jawab jujur!” Rona langsung menyodorkan kata begitu teleponnya diangkat.

“Kamu lupa tentang saya lagi, Rona?”

Rona berdecak tanpa ragu. “Jangan bertele-tele!” keluhnya jengkel.

“Kita having fun-lah.”

Matanya mendelik jengkel. Lalu berdeham setelah mencoba menenangkan diri. “Cuma lanjut minum-minum, kan?” Rona terus berpikir positif. "Habis itu gue tidur dan lo pulang ke rumah. Iya, kan?"

Kekehan muncul tak lama kemudian yang makin membuat kekesalan Rona meradang.

"Dov!" pekiknya tak sabaran.

“Ya menurut kamu aja. Minum berdua di kamar hotel, berakhir apa lagi memangnya?”

Rona mengerjap kaget. Dov terkesan membantah dugaannya yang luar biasa posifif tanpa merasa ada yang salah.

“Jangan main-main sama gue, Dov!" peringatnga. "Gue lagi serius.”

“Saya juga serius. Lagian udah jelaslah kita ngapain aja semalam, kamu pasti udah tahu begitu pakai baju.”

“Dov—“

Keluhan yang siap dilontarkannya itu mendadak terhenti begitu dehaman Dov terdengar dari lubang speaker.

“Sekarang saya atasan kamu, Janish Merona. Bertindaklah lebih sopan dan temui saya di kantor sore ini, ya," potong Dov tenang.

“Wah, lo jangan gila.“

“Tahu alamatnya, ‘kan? Atau perlu saya jemput?” Sayangnya Dov mengabaikannya tanpa ragu.

Rona menggeram jengkel mendengarnya. Belum selesai ia melupakan pengkhianatan Jeff, sekarang masalah datang jauh lebih besar. Kecerobohannya membawanya pada kegilaan berkali lipat besarnya.

"Gue nggak pernah merasa udah tanda tangan kontrak sama agensi tempat lo jadi direktur, Dov. Jadi, stop ... stop memperlakukan gue kayak gini."

Ada jeda panjang yang dibuat Dov hingga Rona semakin gelisah selama menunggunya. 

"Sebaiknya kamu ingat-ingat dulu sebelum kita ketemu nanti sore," tandas Dov. "Begitu ketemu langsung, kita bisa bicarakan semua ini dan memperjelas semuanya."

Rona menelan ludah. Menghadapi sikap Dov kesulitannya melebihi Jeff dan pelakor itu. Ia perlu menyiapkan tenaga ekstra untuk semua ini.

Matanya perlahan memicing, menaruh kecurigaan besar. "Dov, apa yang sebenarnya lo rencanakan?"

"Tentunya yang bisa menguntungkan kita berdua, terutama kamu." Entah mengapa suara Dov berubah menakutkan. "Sampai ketemu nanti, ya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   59. 2 Miliar

    Baru Rona merasakan kesenangan dan kepuasan sekaligus setelah melihat nasib Jeff yang berubah total, ia tersenyum dan terkekeh bahagia sambil berbaring di sofa.“Senjata makan tuan,” ujar Yuyun. “Siapa suruh selingkuh dan hamilin cewek lain. Emang enak jadi miskin dalam sekejap?”Rona melotot kaget. “Husss, jangan keras-keras. Takutnya kesialan balik ke lo, Yun.”“Ih, amit-amit deh!”

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   58. Beda Level

    Pertanyaan Dov masih terngiang di kepala, membuat satu porsi es krim vanillanya mencair sebelum dihabiskan. “Muka lo kayak orang banyak utang, Na.”Suara Yuyun yang asal ceplos hanya bisa mengalihkan fokus Rona sebentar. Itupun hanya menggerakkan sendok di mangkuk es krim tanpa memasukannya ke mulut. “Janish Merona?”“Hmm.”

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   57. Saatnya Melawan

    Rona pergi ke toilet setelah rapat menegangkan itu selesai. Aliran air dari kran wastafel menghujani telapak tangannya yang masih kaku akibat sikap ibunda Dov sepanjang kegiatan tadi.Baru saja ia menghela napas dan mengatur rambut, Jessi muncul dari pintu dengan wajah penuh seringai.“Ternyata Tante Widya nggak suka sama calon menantunya, ya.” Jessi berkata dan berdiri di samping Rona. “Anehnya beliau malah masih lengket sama aku, padahal aku udah jadi mantan Dov.”Sesaat Rona terdiam, lalu kembali memperbaiki penampilan. Mengoles kembali lipstick warna coral yang membuat wajahnya tampak natural dan segar.Dari omongan Jessi, Rona langsung paham maksudnya. Terutama begitu nama ibunda Dov disebutkan secara gamblang.“Perlu tips nggak?”Rona akhirnya menoleh. “Tips?”“Bukannya kamu perlu mengambil hati Tante Widya?”“Buat apa?”Sejujurnya Ron

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   56. Terang-terangan

    “Rona, kenapa kamu diam?”Ruangan itu hening. Hanya suara pendingin ruangan yang berdengung pelan, bersahutan dengan detak jantung Rona yang mendadak terasa nyaring di telinganya.Dov duduk di hadapannya, masih dengan raut serius. Berbeda dengan matanya yang memancarkan ketenangan, juga ketertarikan yang mampu Rona tebak.Semua ini kelewat membingungkan, walaupun segala sikap Dov sudah terlihat jelas arahnya. Namun Rona masih saja terbawa takut setelah dikhianati Jeff yang berani memilih wanita lain, bahkan menghamilinya.“Rona,” panggil Dov lagi. “Apa kamu masih khawatir soal orang tuaku?”Rona menelan ludah. Kata "tunangan" menggema di benaknya, tapi bukannya membuatnya tersenyum, ia malah merasa seperti terjebak di dalam ruang tanpa jendela.“Dov, kayaknya kita—” Ia membuka mulut, lalu menutupnya lagi. Lidahnya kelu.Hatinya tidak terasa diremat-remat seperti saat menjumpai Jeff memilih Wena. Perutnya justru merasakan ratusan kepak kupu-kupu yang bersemayam lama.Apakah ini cinta?

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   55. Status

    “Berani-beraninya kamu mempermalukan Mama di depan staf kamu, Dov! Dan kamu melakukannya demi wanita pansos itu?!” Wanita paruh baya itu menggersah kasar sambil memijit pelan keningnya yang berdenyut-denyut. “Mau ditaruh mana muka Mama ini sekarang? Kamu jelas-jelas membela orang asing daripada ibumu sendiri.”Baru saja Dov masuk ke ruang kerjanya setelah mengantar Rona ke ruangan privasi yang sengaja dibuat untuk istirahat di sela-sela kesibukan. Lalu sekarang ia harus dihadapkan ibunya sendiri yang masih mencerocos penuh keluhan.“Lihat sendiri, kan, Jessi? Dov itu benar-benar kelewatan!” Mama kini mulai menarik mantan Dov seakan-akan sangat membutuhkan pertolongan. “Kayaknya benar apa kata kamu, Dov kena pelet wanita itu. Buktinya sekarang, dia berani sama ibunya sendiri. Sama Tante lho, orang yang melahirkan dia.”Dov meraup wajah kasar sambil menatap betapa berlebihannya omongan sang ibu. Pun tatapan Jessi yang menunjukkan keprihatinan padanya. “Tenang aja, Tante. Mungkin Dov la

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   54. Keributan Kecil

    “Tumben banget muka lo berseri-seri gini?”Yuyun menatap Rona dengan raut keheranan. Kedua alis yang belum dilukis itu bertaut dan disertai kening yang berkerut-kerut.Rona mengangkat wajah dari tablet yang berada di pangkuan. Ia membalas tatapan Yuyun sambil mengerjap pelan. “Ada yang salah?”“Tuh.” Yuyun mengedik pada tampilan tablet yang menunjukkan betapa pad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status