Share

5. Mari Bersenang-senang

Author: Namericanou
last update Last Updated: 2025-02-27 21:05:29

Rona masih menatap lekat Dov yang kini sibuk menunjuk satu botol minuman keras agar bartender mengerti keingiannya. Saat white wine itu sudah di tangan, Dov menyerahkannya pada Rona.

“Sori.” Suara berat itu terdengar sopan sekali di telinga hingga Rona tercenung sesaat. “Sebagai permintaan maaf, tolong terima pemberian saya.”

“Lo minta maaf itu sama aja lo mengakui omongan gue?” Pening di kepala mulai menyerang, Rona berusaha menyusun kata-kata hingga tercipta kalimat yang runut. “Jadi bener, lo ngikutin gue ke sini? Terus soal rekaman video tadi gimana?”

Sejauh ini baik dirinya dan Yuyun belum berkomunikasi lagi. Boleh jadi Yuyun sengaja memberikan ruang untuknya istirahat dan tidak menghubunginya sama sekali.

Stool yang ditempati Dov memutar hingga pria itu menghadapnya dengan sempurna.

“Permintaan maaf saya bukan untuk itu. Saya nggak mengikuti kamu sama sekali, Rona. Ini semua pure kebetulan,” terang Dov. “Saya minta maaf karena udah buat kamu merasa nggak nyaman. Sebetulnya saya mau menawarkan banyak keuntungan soal rekaman video itu dan—“

“Cukup,” potong Rona cepat. Kepalanya menggeleng kencang di saat pening makin menyiksa. “Gue tahu Step Up Entertainment itu bukan agensi kaleng-kaleng dan lo punya posisi penting di sana, tapi gue nggak akan setuju kalau lo sampai memanfaatkan peluang dari rekaman itu.”

“Rona, dengar.”

Tiap kali Dov menuturkan kata, tubuh Rona nyaris meremang hebat. Suaranya yang berat dan sorot mata tajam, penuh intimidasi itu cukup sulit ditolak mentah-mentah.

“Dov, gue nggak doyan gimmick,” tandas Rona yang terkesan tidak bisa diganggugugat. “Sekalipun kita udah kenal dari kecil dan jabatan lo yang penting banget di agensi besar, gue nggak bisa. Sori.”

Rona nyaris berlalu setelah berhasil menyambar tas miliknya. Kalau saja Dov tidak turun dari tempat duduk dan segera menahan lengannya, mungkin ia sudah melangkah dengan tubuh limbung karena pengaruh alkohol.

“Oke, tunggu.” Dov tersenyum simpul selagi berdiri menjulang di hadapan Rona. “Semua itu udah saya bahas sama manajer kamu, jadi kita nggak perlu lagi ngobrolin itu sekarang. Don’t worry.

Tangan besar Dov bergerak dan mendarat baik di stool yang sebelumnya ditempati Rona. Dov menepuknya sambil mengulas senyum ramah.

“Duduk dulu, ya. Sayang aja ini botol yang saya beri belum kamu buka dan minum.” Botol minuman keras itu diangkat Dov dan digoyangkannya perlahan. “Kita udah bertahun-tahun nggak ketemu, masa kamu langsung pulang? Nggak ada salahnya ngobrol bareng sama kenalan lama.”

Rona menelan ludah mendapati sebotol minuman yang harganya terbilang mahal.  Kedua tangannya sibuk bergerak mengibas. Pemberian pria itu terlalu mendadak dan berlebihan.

“Terima saja, sepertinya kamu jauh lebih membutuhkan ini daripada pendengar.” Tanpa membuang waktu, pria itu meminta bartender untuk membukakan botol. Lalu menuangkannya ke gelas kosong milik Rona. “Semoga dengan ini, masalahmu cepat selesai.”

Jika sudah seperti itu, Rona hanya menerima. Kapan lagi ia bisa menikmati minuman penyegar tanpa merogoh kocek. Ia menaiki stool dan menenggak wine hingga tandas.

Thanks.”

Niatnya, ia hanya menandaskan segelas lagi, tapi sensasi panas dari minuman itu justru memancing gairahnya untuk meminum lagi dan lagi.

Kepalanya makin berat. Dunia seakan berputar-putar. Satu tangannya sontak menumpu kepala dengan jari yang perlahan mengurut pelipis.

Bibirnya mulai terbuka, menanggapi omongan Dov yang mengawali perbincangan. Keduanya saling melempar kabar semenjak Dov dan keluarganya pindah ke luar kota, ada banyak hal yang terjadi.

“Banyak orang yang menganggap saya terlalu beruntung karena keluarga sampai bisa di posisi sekarang. Padahal ya banyak naik-turunnya.”

Obrolan itu mengalir dan membuat Rona kian nyaman. Berbanding terbalik dengan pertemuan sebelumnya yang penuh adegan drama.

Sampai pada puncaknya, Rona menyadari wajahnya basah akan air mata. Senyumnya yang terulas begitu bertemu kembali dengan kawan lama justru memicu perasaan sesaknya.

“Nangis aja.” Dov menyodorkan sapu tangan padanya. “Kalau perlu cerita, saya siap jadi pendengarmu.”

Rona meringis kelu sambil menyeka air mata yang sukses membuat sapu tangan Dov lembab. Lidah dan isi kepalanya tidak sinkron hingga hanya diam yang bisa ia lakukan selama beberapa saat.

Dov menatapnya prihatin, lalu berkata, “Hubungan tiga tahun memang nggak mudah diakhiri. Saya mengerti rasanya, apalagi setelah pisah. Perlu banyak usaha untuk kembali biasa saja. Balik ke setelan awal sebelum jatuh cinta.”

“Selain jadi presdir, lo ternyata pakar cinta ya?” kekeh Rona.

“Yup, part time.”

Rona tidak bisa menyembunyikan tawanya. Ia tergelak mendapati Dov yang melempar candaan dengan wajahnya yang serius.

“Tapi kalau dipikir-pikir, mending putus kayak gini daripada baik-baik. Lo yang udah rekam pertengkaran gue sama Jeff pasti tahu kalau kami udah pisah.”

“Hmm.”

Setelah tawanya meledak, isakannya menyusul lebih kencang. Alkohol nyatanya berhasil memantik sisinya yang lain sekarang.

“Tiga tahun ternyata nggak buat gue mengenal baik dia. Gue yang egois dan nggak mikirin pacar, mungkin layak diperlakukan kayak gini.”

“Seburuk apa pun itu, perselingkuhan tetap salah. Jangan membela pengkhianatan, Rona.”

“Sakit. Sakit banget ternyata dikhianati pas lagi sayang-sayangnya,” isaknya tiada henti hingga kepalanya bergerak menyandar di pundak Dov.

Rona terus menangis kencang, tak peduli ada satu tangan yang melingkar tubuhnya erat. Dov mencoba menjaga Rona agar tidak limbung dan jatuh ke lantai.

“Kamu mabuk berat,” bisik Dov khawatir.

Satu kaki Rona perlahan turun dan diikuti kaki lainnya. “Gue baik-baik aja, bisa balik sendiri,” katanya meyakinkan.

Baru ia berdiri dengan kedua kaki, dunia terasa berputar tanpa bisa diprediksi. Pandangannya mengabur bukan karena air mata yang menggenang, tapi pening yang makin menyiksa.

Beruntung kemampuan refleksnya bisa diandalkan. Ia kembali berpegangan di lengan kekar Dov yang dibalut kemeja hitam. Pria itu ikut berdiri dan tak segan-segan membantunya kembali tegak—walau sulit.

“Biar saya antar. Bahaya kalau kamu bawa mobil sendiri.” Dov memapahnya hingga membelah kerumunan orang-orang yang asyik menari dan menikmati alunan musik keras.

Rona sesekali meracau aneh. “Tapi gue udah nggak punya tempat pulang. Apartemen gue ... udah diambil. Semuanya nggak ada yang bersisa. Gue nggak punya apa-apa, gue harus ke mana? Gue ....”

Tepat saat tangisnya kembali pecah, Rona menghentikan langkah. Ia bergerak menghadap Dov dengan cengkeraman kuat di kemeja pria itu. Perlahan kepalanya mendongak dengan sisa kesadaran yang kian menipis.

“Rona.”

Rona tersenyum simpul. “Sori, Dov. Acara reunian kita malah bikin lo nggak nyaman karena gue kayak gini. Gue terlalu banyak curhat.”

“Daripada kamu minta maaf ke saya, apa nggak lebih baik kamu balas kejahatan mantanmu dan selingkuhannya?”

“Gimana?” Rona mengerutkan kening, matanya menyipit memandangi pria di sampingnya. “Suara lo nggak jelas, musiknya—“

Tubuh Rona sontak menegang ketika pria itu mendekati wajahnya dan membisikkan kata-kata di telinganya.

Lets having fun with me, Janish Merona.” Dari jarak sedekat itu, Rona mampu merasakan hangat napas Dov dengan baik. “Saya akan pastikan kamu lupa soal Jeff dan sakit yang dia torehkan ke kamu, Rona.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   26. Jangan Dekati Pacarku

    Suasana di mobil besar dan mewah milik Dov sunyi senyap. Hanya pantulan cahaya dari kendaraan lain yang menghias, sisanya kosong. Rona ingin sekali mengeluhkan Dov yang mendadak datang dan mengajaknya pergi bersama ke rumah, tapi kecerobohannya tadi membuatnya sungkan. “Lebih baik kamu tidur aja daripada kebanyakan bengong,” tukas Dov yang sesaat meliriknya sebelum fokus mengendalikan kemudi. Rona berdecak pelan saat Yuyun tertidur pulas di belakang tanpa rasa takut. Manajernya itu seakan tak peduli ketika Dov mengajukan diri untuk membawa mobil. Padahal jaraknya cukup jauh dan menghabiskan waktu tiga jam lamanya di perjalanan. “Nanti gantian aja, biar lo nggak kecapekan di jalan,” tandas Rona menawarkan diri. “Jaraknya bukan kayak lo ke kantor tiap hari, tapi jauh lebih lama dari itu—berkali-kali lipat.”“Aman, saya udah biasa.”“Biasa gimana?” Nyaris saja Rona berdecih meremehkan omongan Dov. “Lo tiap hari diantar sopir pribadi ke mana-mana, ya kali ....”“Ternyata kamu tahu ban

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   25. Sambutan di Pagi Hari

    “Lusa, setelah lo balik dari rumah Om Ivan dan Tante Rani, ada pemotretan di dua tempat,” tandas Yuyun setelah iseng menepuk paha Rona.“Hah?” Rona melongo, lamunannya buyar. Sejak sampai di penthouse satu jam lalu, waktu ia habiskan untuk memikirkan omongan dan sikap Dov sejauh ini. Namanya bahkan masih bertengger di barisan paling atas media sosial. Hampir semua orang mengomentari hubungannya dengan Dov, tak jarang nama Jeff terseret dengan sebutan kasar.Dunia hiburan rupanya semengerikan ini. Mudah sekali memutar balikkan keadaan dalam sekejap. “Bukannya senang dapat rejeki malah hah heh hoh?!” Yuyun berdecak melihat kebingungan Rona seraya menunjukkan layar iPadnya yang bertuliskan beberapa jadwal kegiatan seminggu ke depan. “Informasi soal konsep udah gue print dan taruh di kamar, lo bisa baca buat persiapan.”Rona mengerjap pelan sambil memerhatikan jadwal kegiatan yang terlihat di layar. “Yun, gue aja masih mencerna kejadian hari ini yang bikin campur aduk, belum lagi Ayah

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   24. Jangan Harap Bisa Jauh

    “Jadi kamu perempuan yang sengaja mendompleng popularitas anak saya?!”Rona terhenyak ketika seorang wanita paruh baya menyambar ucapannya. Ia menoleh pada sosok yang kelihatan tak senang melihat keberadaannya.“Maksudnya gimana?” balas Rona gelagapan. “Mendompleng popularitas? Lho saya bukan—“ “Tunggu saya di ruangan tadi, Rona. Saya masih belum selesai di sini.” Dov memegang pundak Rona sembari menutupinya dari wanita garang di dalam sana. “Bisa, kan?”Rona mengerjap lambat. Ia masih mencerna situasinya yang kelihatan membingungkan. Di lain sisi ia ingin mengikuti ucapan Dov untuk pergi, tapi mendengar suara wanita di sana, justru membuatnya makin bertanya-tanya.“Tapi itu ... saya bukan perempuan yang dimaksud,” katanya lirih sambil memiringkan kepala, memastikan wanita itu.Sekejap wanita garang itu mendekat dan menunjuk-nunjuk ke arahnya. Beruntung Dov bergerak menahan tubuh wanita itu sebelum menerjang Rona di ambang pintu.“Hei kamu! Dengar baik-baik, ya! Jangan harap Dov perg

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   23. Jangan Mengharap Restu

    “Ini kalian beneran mau tunangan sampai Tante Rani telepon gue terus?” Yuyun mencerocos begitu masuk ke ruangan yang ditempati Rona. “Pak Dov beneran serius kah? Dia mau ketemu orang tua lo, itu tandanya ... dia benar-benar minta restu. Terus—““Stop!” Rona menutup mulut Yuyun menggunakan satu tangannya hingga manajernya itu berhenti berbicara. “Jangan kebanyakan halu, Yun. Dov nggak akan sampai minta restu, lagian dia cuma mau bantuin gue.”Yuyun memberontak dengan menepis tangan Rona dalam sekejap. Rona sedikit limbung dan mengibaskan tangan karena sedikit basah berkat ulah Yuyun.“Cuma. Bantuin.” Yuyun berdecih sambil menekankan ucapannya. “Seorang presdir mana mau sih bantuin artis barunya turun tangan langsung? Kebanyakan mah nyuruh orang, Rona. Please deh, lo jangan sok polos. Pikirin baik-baik.”Rona mengerjap pelan sambil mencerna baik-baik ucapan Yuyun, meski ia jengkel dan berniat mengelak.“Lo nggak lupa kan, kalau kalian pernah ONS di hotel berbintang?” tambah Yuyun yang m

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   22. Kalian Tinggal Bersama?

    Setelah acara selesai, Rona dan Dov kembali ke ruangan yang telah disediakan. Rona duduk di sofa, lalu melepas heels-nya sambil menghela napas panjang. Rasanya beban di pundak sedikit terangkat, tapi masih ada hal yang mengganjal di benak."Rasanya gue kayak baru akting drama di teater besar,” gumamnya.Dov membuka dua kancing teratas kemejanya sebelum menyusul Rona duduk. "Tapi kamu udah melakukan yang terbaik, kita tinggal tunggu respon publik setelah ini.”Ponsel sudah dalam genggaman Dov. Pria dengan rambut tertata rapi itu menggulir layar begitu membuka salah satu media sosial, mulai memantau reaksi netizen terhadap konferensi presnya.Rona menatapnya lelah. "Ya, mereka mungkin percaya, tapi gimana dengan orang lain?”“Orang lain?” Kening Dov berkerut-kerut bersamaan dengan kepalanya yang menoleh pada Rona. “Siapa yang kamu maksud?”Sebelum Rona menjawab, ponselnya bergetar. Nama “Bunda" muncul di layar. Ia menggigit bibir bawahnya, mulai gelisah. Namun akhirnya tetap ia angkat.

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   21. Bukan Perselingkuhan

    Belum habis rasa malu Rona setelah mengingat segalanya bersama Dov, kini ia harus dibuat jengkel juga oleh pria yang sama. Dov masih tersenyum geli padanya begitu staf datang untuk memberi tahu bahwa acara akan segera dimulai.“Tenangkan diri kamu sebelum orang-orang menganggap pipimu kebanyakan blush on,” bisik Dov.Sontak Rona memegangi kedua pipinya yang makin panas. Lalu sibuk mengipasi wajah agar omongan Dov tidak menjadi kenyataan.Ia buru-buru mengikuti langkah Dov sesuai arahan staf. Langkahnya terhenti bertepatan dengan Dov yang berbalik badan sambil mengulurkan tangan.“Ayolah,” dengkus Dov. “Mana tanganmu itu?”Sekejap Rona sadar bahwa ia harus mengikuti semua perkataan Dov sebelum tampil di kamera media besar yang menunggu. Ia mendekatkan tangan dan merasakan jemarinya digenggam erat.Ia merasakan kulit Dov yang hangat menempel baik di punggung tangannya. Sesekali ia melirik genggaman itu dan memadukan dengan stok ingatan malam panas yang tak terbendung.Dov berdeham singk

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   20. Mulai Terbiasalah Denganku

    Dibalut celana berbahan kain dan kemeja serta outer warna senada, Rona datang ke kantor Step Up setelah selesai didandani MUA. Itupun atas perintah Dov yang menginginkannya tampil sedemikian rupa untuk datang ke konferensi pres. “Lebay nggak sih dandanan gue?” gumam Rona menyinggung tampilannya pada Yuyun sebelum turun dari mobil. “Mana ada, sih? Lagian lo cakep, make up-nya juga flawless. MUA yang datang ke penthouse pagi-pagi buta itu terkenal di kalangan artis besar. Seharusnya lo bangga.”Rona mencebik. “Bangga setelah orang-orang anggap gue simpanan dan selingkuh sama presdir gitu ya?” Bahasan itu masih saja disinggungnya tiap kali Yuyun menyindirnya tanpa beban. Terutama setelah kejadian kemarin ketika Dov mendadak muncul di depannya, itu semua karena ulah Yuyun. Memang siapa lagi?Rona baru keluar dari mobil begitu salah satu staf dari Step Up menjemput di area yang telah diatur. Yuyun mengikuti sambil memerhatikan sekitar, barangkali ada wartawan iseng yang mencuri gambar R

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   19. Patuhi Perintahku

    “Taruh aja barang-barang gue di dekat meja, Yun. Lo nggak perlu bongkar koper gue segala.”Seruan itu refleks Rona lontarkan begitu mendengar suara pintu terbuka dan koper yang diseret masuk. Mengingat obrolannya dengan Yuyun soal barang pribadinya dari apartemen lama, ia langsung menganggapnya demikian. “Ini tinggal bilas hair mask, lo bisa istirahat di kamar tanpa nunggu gue,” sahut Rona saat merasa Yuyun masih ada di kamarnya karena pintu belum ditutup. Rona melilit rambutnya menggunakan handuk terlebih dahulu, baru kemudian mengenakan bathrobe untuk menutupi tubuhnya yang basah. Ia berdiri di depan wastafel dengan cermin besar yang memantulkan dirinya.Rona berniat mengeringkan rambut dengan hair dryer, tapi perasaannya tak enak karena menyadari Yuyun belum pergi dari kamar. Ia khawatir jika manajernya itu harus turun tangan membenahi barang-barangnya. Sampai kemudian, ia keluar dari kamar mandi dan menangkap perawakan tinggi besar dengan kemeja putih tengah berdiri di dekat je

  • Menjadi Simpanan Presdir Setelah Diselingkuhi Brondong   18. Beri Aku Waktu

    Masker sepaket dengan kacamata hitam dan topi yang diterimanya tadi ia perhatikan lamat-lamat. Sebagian masker hitam itu tampak basah akibat keringat berlebihnya selama pemakaian.Rona menghela napas panjang. “Baru kali ini gue lihat orang sebanyak itu berlomba-lomba nyari informasi tentang gue,” ujarnya miris. “Andai aja mereka penasaran sama prestasi gue selama ini, bukan nyari kebenaran atas skandal yang terjadi.”Kepergiannya pun dibantu staf khusus Dov agar tidak berpapasan dengan banyaknya wartawan yang memenuhi lobi hingga pelataran kantor. Sedikit saja staf lengah, semua akan hancur seketika.“Lo nggak perlu takut dan sekalut ini hanya karena skandal yang belum tentu bener.” Satu tangan Yuyun terangkat dan menyentuh pundak Rona, berusaha menenangkan. “Gue percaya sepenuhnya sama lo. Lagian yang nyebarin berita itu si pelakor laknat, dia pasti bakal dapat karma.”Rona menoleh, membalas tatapan prihatin Yuyun yang tercurah pada tiap sorotnya. Lagi, napasnya terembus, menunjukkan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status