Share

Bab 147

Penulis: Camelia
"Aura, kamu benar-benar nggak tahu diri ya!"

Aura tersenyum sinis. "Mukamu benar-benar tebal ya, cocok sekali buat bangun tembok kota!"

Dia melirik Vitto sekilas, memutar bola matanya dengan kesal. Usia Vitto sudah pantas menjadi ayahnya, entah dari mana datangnya keberanian untuk menyentuhnya.

Aura mendengus dan berjalan pergi. Sebelum sempat melangkah jauh, Vitto telah mengadangnya.

Aura menatapnya dengan kesal, tak menyangka Vitto masih begitu tidak tahu malu. Pria itu berkata, "Kamu pikir kamu bisa pergi begitu saja?"

"Berani sekali kamu menghinaku seperti ini. Harga bajuku ini 200 juta. Gimana kamu mau ganti rugi, hah?" sergah Vitto sambil menggertakkan gigi.

Dia tidak pernah dipermalukan seperti ini oleh wanita mana pun. Berani sekali Aura menyiramkan satu teko teh ke tubuhnya!

"Kenapa? Kamu pikir kamu siapa? Keluarga Santosa sudah mengumumkan nggak akan kerja sama denganmu lagi. Kamu kira apa alasanku buat repot-repot ketemu kamu?" Melihat Aura tidak menjawab, Vitto mengira dia
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 148

    Melihat Jose, Aura benar-benar merasa lega.Jose menunduk, melihat lengan bajunya yang ditarik oleh Aura, lalu diam sesaat sebelum menoleh ke arah Vitto."Pak Vitto, sudah lama nggak bertemu," sapa Jose.Vitto sama sekali tidak menyangka Jose akan membela Aura. Dia tertegun sesaat, lalu segera bangkit dengan susah payah dan tersenyum menjilat, "Pak Jose, aku ... aku cuma bercanda sama Bu Aura."Jose menaikkan alis. "Oh? Bercanda ya?"Dia menunduk sedikit, menatap Aura yang berantakan. Aura selalu menjaga penampilannya. Rambut yang biasanya tertata rapi sekarang tampak acak-acakan.Jose kembali memandang Vitto dengan alis terangkat tinggi. "Kalau ini cuma bercanda, berarti Pak Vitto nggak keberatan kalau kita teruskan candaan ini ya?"Vitto menelan ludah, bingung. "Maksud Pak Jose ...?""Kudengar katanya Pak Vitto jago minum. Aku belum pernah lihat secara langsung." Jose mendongak dengan senyuman tipis, seolah-olah benar-benar hanya mengobrol santai.Namun, orang yang jeli pasti bisa me

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 147

    "Aura, kamu benar-benar nggak tahu diri ya!"Aura tersenyum sinis. "Mukamu benar-benar tebal ya, cocok sekali buat bangun tembok kota!"Dia melirik Vitto sekilas, memutar bola matanya dengan kesal. Usia Vitto sudah pantas menjadi ayahnya, entah dari mana datangnya keberanian untuk menyentuhnya.Aura mendengus dan berjalan pergi. Sebelum sempat melangkah jauh, Vitto telah mengadangnya.Aura menatapnya dengan kesal, tak menyangka Vitto masih begitu tidak tahu malu. Pria itu berkata, "Kamu pikir kamu bisa pergi begitu saja?""Berani sekali kamu menghinaku seperti ini. Harga bajuku ini 200 juta. Gimana kamu mau ganti rugi, hah?" sergah Vitto sambil menggertakkan gigi.Dia tidak pernah dipermalukan seperti ini oleh wanita mana pun. Berani sekali Aura menyiramkan satu teko teh ke tubuhnya!"Kenapa? Kamu pikir kamu siapa? Keluarga Santosa sudah mengumumkan nggak akan kerja sama denganmu lagi. Kamu kira apa alasanku buat repot-repot ketemu kamu?" Melihat Aura tidak menjawab, Vitto mengira dia

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 146

    Dia tertegun, lalu menoleh dan melihat seorang pria paruh baya yang tampak berwibawa dan santun.Ekspresinya langsung berubah. Dia berdiri sambil tersenyum dan menyapa pria itu, "Senang sekali Pak Vitto bisa datang, sungguh suatu kehormatan. Silakan duduk."Vitto adalah direktur sebuah perusahaan makanan. Perusahaan tempatnya bekerja memiliki beberapa kerja sama bisnis dengan perusahaan Aura.Belakangan ini, Aura mendengar bahwa Vitto sedang membutuhkan mitra, jadi dia sendiri yang menelepon dan mengatur pertemuan untuk membicarakan kemungkinan melanjutkan kerja sama tersebut.Bagaimanapun, saat ini perusahaan sedang berada dalam masa sulit dan sangat membutuhkan arus kas.Vitto tersenyum ramah dan mengulurkan tangan kepadanya. "Sudah cukup lama kita nggak ketemu. Bu Aura makin cantik saja."Saat berbicara, jari-jarinya sempat menggosok tangan Aura secara halus. Aura memutar bola mata dalam hati, tetapi wajahnya tetap tenang.Dia menarik kembali tangannya dengan santai, merapikan rambu

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 145

    Langkah Daffa terhenti sejenak. Dia menoleh dan kembali melihat Aura sekilas.Tangannya yang terkulai di sisi tubuh mengepal perlahan. Setelah terdiam beberapa saat, dia berkata dengan suara rendah, "Baiklah, aku antar kamu ke rumah sakit."Melihat Daffa menyetujuinya, wajah Ghea langsung tersenyum lega dan manis.Di dalam mobil, Daffa menyetir di depan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sementara itu, Ghea duduk di kursi penumpang dengan satu tangannya mengelus perut yang mulai tampak sedikit membuncit. Wajahnya menunjukkan senyum lembut dan puas."Kak Daffa, anak ini sudah mulai bergerak. Waktu aku bangun tadi pagi, dia bahkan menendangku sekali."Padahal usia kandungan baru tiga bulan, tetapi dia mengucapkan kebohongan itu dengan wajah yang sangat meyakinkan. Genggaman tangan Daffa di kemudi mengencang. Dia menoleh sekejap ke arah perut Ghea.Raut wajahnya jelas menunjukkan kegelisahan yang tidak bisa dia sembunyikan.Namun, Daffa tetap diam dan Ghea pun tidak merasa canggung. Dia

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 144

    Aura hanya melirik sekilas, lalu mengerutkan kening dengan kesal dan berusaha berjalan melewati sisi koridor. Namun, pergelangan tangannya ditarik oleh Daffa.Dia langsung menepis dengan kasar dan menatapnya dengan tajam. Sesaat kemudian, Aura tersenyum dingin dan berkata, "Adik Ipar, tolong jaga sikapmu."Panggilan "adik ipar" itu membuat wajah Daffa memerah karena marah.Insiden beberapa hari lalu di konferensi pers telah mempermalukan seluruh Keluarga Santosa. Di rumah, dia terus-menerus dimarahi. Malam ini dia keluar untuk sekadar mencari pelarian dan minum, tapi tak disangka malah bertemu Aura."Aura, kamu belum puas membuat keributan?" Daffa menunduk menatapnya. "Ini hasil yang kamu inginkan?""Ayahku sudah menghubungi semua rekan bisnis dan meminta mereka memutus kerja sama dengan Grup Tanjung. Sekarang kalian pasti sedang kesulitan, bukan?"Aura mengernyit. "Jadi maksudmu apa?"Daffa menggertakkan gigi. Lalu setelah terdiam cukup lama, seolah-olah telah mengambil keputusan, dia

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 143

    "Lagi lihat apa?" Menyadari Aura sedang melamun, Efendi lalu merangkul pundaknya sambil tertawa, "Lihat ke sini, dong."Aura menoleh dan melihat ekspresi Efendi yang sombong itu. Dia mendecak pelan, "Jangan-jangan 'pendukung' yang kamu maksud tadi itu kamu sendiri?"Efendi mendengus bangga. "Kalau bukan aku, siapa lagi?"Aura mendelik, lalu menepis lengannya dari pundaknya. Dia tertawa dingin. "Sebaiknya kamu kurangi nongkrong di klub malam. Jangan sampai nanti bukannya jadi pendukung, kamu malah dipukul bokongnya sama ayahmu."Efendi memang baik, tapi terlalu tidak fokus dalam hidup. Dia memiliki semua 'penyakit klasik' anak konglomerat, dari gonta-ganti pacar, hobi pesta, dan hidup santai tanpa beban.Sayangnya, dia tidak tahu apa pun dalam mengelola bisnis. Selama ini, dia sering dimarahi orang tuanya, lalu curhat ke Aura. Sekarang, dia malah dengan percaya dirinya mengatakan mau jadi pendukung Aura?Efendi merasa tidak terima saat ditatap sinis oleh Aura. Dia berdecak lagi sambil b

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 142

    "Jadi maksudmu, ada yang sengaja membakar?" Lulu memang bukan orang bodoh, dia langsung menangkap maksud tersirat dari ucapan Aura.Aura mengangguk pelan, tapi sekarang dia merasa sangat lelah. Dia melambaikan tangan dan berkata, "Nanti saja aku jelasin lebih detail."Terlalu banyak hal yang terjadi mendadak, pikirannya jadi kacau. Lulu mengangguk. Dia tahu Aura sedang stres, jadi dia berpamitan untuk kembali bekerja dan memberi Aura ruang untuk menenangkan diri.Sekarang, hanya Aura seorang diri di kantor. Tatapannya menyapu seluruh ruangan kecil itu. Semangat pantang menyerah perlahan menyala kembali di matanya.Waktu pun berlalu cepat, sudah tiga hari sejak kejadian itu.Selama tiga hari ini, dia tidak tinggal diam. Dia pergi ke kompleks vila di selatan kota untuk menyelidiki penyebab kebakaran dan berharap ada kamera pengawas yang menangkap pelakunya.Akan tetapi, hasilnya nihil. Saat dia sedang kesal karena tidak mendapat informasi apa pun, Efendi meneleponnya dan mengajaknya bert

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 141

    "Aura, akhirnya kamu datang." Lulu langsung menyambutnya, lalu menggenggam lengannya erat.Aura memasang senyum profesional di wajahnya, lalu melangkah maju dan bertanya, "Apa yang terjadi?"Sambil bertanya, dia menatap dua pria berseragam yang duduk di ruang rapat dan tetap tersenyum.Salah satu dari mereka memandangnya sejenak, kemudian berdiri dan berkata, "Anda adalah penanggung jawab perusahaan ini, benar?""Begini, kami menerima laporan bahwa ada masalah pada pajak perusahaan Anda, jadi kami perlu membawa semua pembukuan, baik fisik maupun digital, untuk keperluan penyelidikan.""Tapi direktur keuangan Anda menolak bekerja sama." Setelah itu, pria tersebut menoleh ke arah Lulu dan berkata dengan nada sedikit tidak sabar, "Kalau kalian masih tidak kooperatif, kami mungkin harus 'mengundang' kalian."Ekspresi Aura sedikit berubah. Namun, saat melihat Lulu melirik ke arahnya dengan pandangan meminta tolong, dia langsung membalas dengan senyuman menenangkan.Sebenarnya, ini bukan mas

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 140

    Di lantai bawah, di dalam mobil.Jose duduk di kursi belakang, sepasang matanya yang panjang dan sempit sedikit menyipit. Entah apa yang sedang dipikirkannya.Marsel menoleh ke belakang meliriknya. "Pak Jose, kita mau ke mana?""Ke vila."Marsel mengangguk pelan. Saat menyalakan mesin dan mulai menjalankan mobil, dia seperti teringat sesuatu, lalu berkata, "Pak Jose, hari ini saya dapat berita.""Apa?"Marsel menatapnya sekilas lewat kaca spion, lalu menjawab, "Katanya hari ini Nona Aura buat keributan besar di konferensi pers. Keluarga Santosa mau membalasnya."Saat itu, Jose sedang mengetukkan jarinya pelan di sandaran kursi kulit. Namun saat mendengar hal itu, jemarinya berhenti sejenak.Lantaran Jose tidak memberi reaksi, Marsel pun melanjutkan, "Pak Jose, menurut Anda ... kita perlu bantu Nona Aura nggak?"Sebagai sopir pribadi Jose, Marsel tahu banyak hal. Bisa dibilang, dia lebih paham Jose daripada ibu kandungnya sendiri.Selama bertahun-tahun ini, belum pernah sekali pun Jose

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status