Share

Bab 41

Author: Camelia
Di foto itu, keduanya tampak masih sangat muda. Cara mereka bersandar satu sama lain benar-benar seperti pasangan yang sedang mabuk cinta. Tanpa menunjukkan ekspresi apa pun, Aura menyimpan foto itu ke dalam map dengan tenang, lalu melangkah keluar dari kafe dengan sepatu hak tingginya seolah tak terjadi apa-apa.

Siang itu, dia kembali disibukkan dengan pekerjaan. Padahal, niat awalnya ingin pulang lebih cepat dan beristirahat sejenak. Namun, baru saja bersiap-siap, Lulu masuk ke kantornya dengan wajah iseng.

"Ehem," katanya sambil mengusap hidung. "Bu Aura, ada yang mencarimu."

Aura menoleh sambil merapikan tasnya. "Siapa?"

Sebelum Lulu sempat menjawab, pintu kantor sudah dibuka dari luar. Daffa masuk dengan membawa seikat bunga segar. "Aura, aku datang menjemputmu pulang kerja."

Aura tampak sedikit kesal. Dia meletakkan barang-barangnya dan menundukkan kepala untuk menenangkan diri sejenak, lalu baru mengangkat wajah dan tersenyum tipis, "Terima kasih."

Sekarang belum saatnya bersika
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 227

    "Jose, sebenarnya kamu mau apa!"Aura memukul-mukul pintu besar dengan panik. Suaranya menggelegar memanggil ke luar. Namun, suara musik yang memekakkan telinga menenggelamkan teriakannya, membuat protesnya terdengar konyol dan menyedihkan.Saat itu, seorang pria mendekatinya dan berkata, "Nona, pasanganmu nggak ada?"Aura menatap tajam padanya dan berkata tegas, "Pergi!"Pria itu hanya tersenyum sinis di balik topengnya. "Datang ke pesta seperti ini, untuk apa lagi kalau bukan untuk itu? Mau sok suci di sini?"Aura mendengarnya dan langsung paham bahwa pesta ini tidak sesederhana kelihatannya. Dia mundur beberapa langkah dan memilih untuk tidak membalas.Melihat sikapnya yang takut, pria itu malah semakin bersemangat. Dia mendekat dan berkata dengan senyum licik, "Jangan takut, apa pun yang terjadi di sini, nggak akan ada yang tahu ketika kamu keluar."Aura menelan ludah. Hidungnya dipenuhi oleh wangi yang penuh hasrat. Aromanya memang wangi, tapi membuat orang yang menciumnya merasa

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 226

    Saat itu, Jose sedang santai berdiri di depan jendela besar di lantai paling atas. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Setelah melihatnya, ternyata itu pesan dari Aura.[ Kenapa aku harus pakai ini? ]Jose mengangkat alisnya sedikit, lalu mengetikkan beberapa kata dengan cepat.[ Nggak pakai juga boleh. ]Saat Aura membaca pesan itu, dia menghela napas lega perlahan. Namun sesaat kemudian, pesan dari Jose kembali masuk.[ Di luar ada orang yang akan membantumu memakainya. ]Aura terdiam.Dari interaksi mereka selama ini, Aura sudah cukup mengenal sifat Jose yang berubah-ubah dan penuh teka-teki. Dia tahu, kalau dia tidak mengikuti perintah Jose, akibatnya mungkin bukan sesuatu yang bisa dia tanggung.Lagi pula, dia bukan orang bodoh. Melihat bagaimana para staf kelab ini sepatuh itu pada Jose, Aura juga bisa menebak bahwa Jose memiliki hubungan khusus dengan tempat ini. Atau mungkin, kelab ini memang milik Jose?Apa dia harus melarikan diri? Akan tetapi, Jose bukan pria yang mudah ditangani.

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 225

    Jose menoleh dan memandangnya. "Sepertinya hari ini kamu banyak bertanya," ucapnya.Usai bicara, dia langsung melangkah masuk ke dalam vila tanpa menunggu reaksi dari Aura. Aura tetap berdiri di depan pintu untuk waktu yang lama. Sebab, di atas pintu vila itu tertera tulisan "Kelab Fana"."Kelab Fana" dikenal luas di kalangan elite Kota Jakoro. Sebab, meskipun dari luar tampak seperti kelab pribadi, tempat ini sebenarnya menyembunyikan bisnis-bisnis terlarang yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.Bisa dibilang, baik pria maupun wanita, semuanya bisa menemukan kenikmatan yang luar biasa di tempat ini. Akan tetapi, biayanya juga luar biasa mahal.Menghabiskan uang miliaran dalam semalam hanyalah konsumsi minimum. Tak jarang, ada juga orang yang menghabiskan puluhan miliaran hanya dalam satu malam. Selain itu, seseorang harus memiliki undangan khusus untuk bisa masuk ke sini.Keluarga Tanjung memang lumayan kaya, tapi jelas tidak punya kualifikasi untuk bisa bermain di tempat seper

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 224

    Aura benar-benar tidak ingin menjadi berita utama di halaman depan koran keesokan harinya. Judulnya mungkin akan jadi "Pewaris jatuh miskin rela menggadaikan diri dan menghabiskan malam bersama pewaris Keluarga Alatas di restoran".Hanya membayangkannya saja sudah cukup gila.Aura merasa dirinya bukan tipe wanita lemah. Namun di hadapan Jose, dia seolah-olah tidak bisa melawan. Seakan-akan, Jose selalu bisa menemukan kelemahannya dengan mudah kapan pun dan di mana pun."Bukan di sini? Lalu kamu mau di mana?" tanya Jose sambil menatapnya dengan menggoda.Penampilannya berbeda dari Jose yang biasanya dingin. Aura menggigit bibirnya dan berkata, "Di mana saja, asal bukan di sini. Kumohon."Aura memandang sekeliling dengan cemas hingga hampir merasa putus asa. Tempat ini ramai sekali dengan orang yang berlalu-lalang. Ada banyak orang yang memperhatikan mereka dan menunjuk-nunjuk sambil berbisik.Walaupun Aura tidak terlalu peduli dengan pendapat orang lain, dia juga tidak mau adegan memalu

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 223

    "Eh, makanannya sudah datang, ayo kita makan," ujar Aura dengan senyum canggung. Dia buru-buru mengambil sepotong steik dan meletakkannya di piring Jose. Kemudian, dia memandang Jose dengan senyum penuh harap, berharap Jose akan berbaik hati dan membiarkannya pergi.Namun, Jose hanya tersenyum tipis sambil mengisap rokoknya dalam-dalam. Dari balik asap putih, Aura bisa melihat mata Jose yang kelam."Bu Aura benar-benar pengertian," ucap Jose dengan nada datar dan sedikit menggoda. Namun, tangannya bergerak semakin tidak terkendali. Dia memandangi telinga Aura yang mulai memerah, lalu tertawa ringan. "Kenapa? Nggak mau ambilkan untuk Fendro juga?"Aura terdiam.Sesaat kemudian, dia memaksakan senyum. "Pak Fendro duduk agak jauh, dia pasti bisa ambil sendiri."Usai bicara, dia menurunkan tangannya dan mencengkeram tangan Jose yang bergerak liar, lalu menggaruk telapak tangan Jose. Isyarat itu sangat jelas.Tolong, berhenti!Jose memandangi wajahnya yang penuh ketegangan, lalu terkekeh pe

  • Menjadi Tawanan CEO Dingin   Bab 222

    Nada ucapannya terdengar agak menakutkan. Padahal tadi pagi dia masih menolak Aura dengan tegas, tapi sekarang malah di sini untuk mengajak makan siang bersama. Aura merasa dia benar-benar tidak mengerti Jose.Namun, karena ada Fendro dan Ferdy, dia juga tidak bisa banyak bicara. Dia terpaksa menghargai Jose dengan mengangguk pelan dan berkata, "Baiklah."Mendengar ucapannya, Ferdy langsung melirik Fendro tajam, lalu duduk di sampingnya dengan kesal. Fendro mendengus pelan dan memalingkan wajah karena enggan menatapnya. Kebetulan posisi duduk mereka adalah di bilik dan kini hanya tersisa kursi kosong di samping Aura. Jose menatap Aura sambil mendekat, lalu duduk begitu saja di sampingnya, seolah-olah itu hal yang wajar.Begitu dia duduk, Aura langsung mencium aroma cendana yang pekat dari tubuhnya. Di satu sisi, hubungan Aura dan Jose tadi pagi tidak berakhir baik. Di sisi lain, Fendro dan Ferdy berbicara terus saling menyindir.Suasana di meja makan pun terasa mencekam.Jose menyalaka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status