Nada ancaman dalam ucapan Renald terlalu jelas. Aura tak tahan, menggigit pelan bibir merahnya. Dia tiba-tiba merasa tahun ini benar-benar sial. Menghadapi Jose saja sudah cukup merepotkan, sekarang malah harus berurusan dengan Renald.Parahnya, tak ada satu pun yang bisa dia singgung."Baiklah, aku ke sana sekarang juga." Selesai berbicara, Aura menutup telepon, lalu menyebutkan sebuah alamat kepada sopir.Saat tiba di rumah Renald, bahkan sebelum dia sempat mengangkat tangan untuk mengetuk pintu, pintu sudah terbuka.Pria tinggi besar itu bersandar di pintu. Meskipun tangannya terluka, tetap saja pesonanya terpancar dengan baik. Dia berdiri begitu saja, menatap dengan mata dingin yang membawa senyuman.Melihat Aura, Renald menunduk sekilas pada jam tangannya. "Bagus, kamu cukup tepat waktu."Aura menarik napas dalam-dalam dengan pasrah. "Katakan saja, hari ini kamu mau apa lagi?"Mendengar itu, Renald sedikit mengangkat alisnya. "Maksudmu, apa pun yang aku mau ... boleh?"Nada bicara
Meskipun merasa heran karena Yanti ternyata tidak ikut, itu juga bukan sesuatu yang perlu dia pedulikan. Jadi, Aura hanya melirik sekilas, lalu menarik kembali pandangannya dengan tenang dan melangkah naik ke pesawat.Aura masih duduk di tempat yang sama seperti sebelumnya. Jose naik setelahnya, duduk tidak jauh darinya. Pria itu meletakkan laptop di meja, lalu mulai bekerja.Dalam hati, Aura diam-diam menggerutu. Jelas-jelas yang paling menguras tenaga semalam adalah Jose. Kenapa sekarang dia sama sekali tidak terlihat mengantuk? Kalau bukan karena dia mengalami sendiri, Aura mungkin sudah curiga Jose sebenarnya adalah robot."Kalau mau lihat, boleh duduk lebih dekat." Jose tiba-tiba bersuara, sementara matanya tetap menatap layar laptop dan jemarinya terus mengetik tanpa berhenti. Dia terlihat sibuk sekali.Aura tak menyangka Jose bisa sadar kalau dia sedang memperhatikannya. Tatapannya pada wajah samping Jose sontak terhenti. Kemudian, dia berpura-pura tenang, menarik kembali pandan
Aura menekan bibirnya, sedikit mengangkat alis. Kemudian, dia kembali memejamkan mata dan mencoba tidur.Di sisi lain, Yanti melihat mobil Jose berhenti. Kaca jendela turun memperlihatkan wajah tegas Jose. Wajah Yanti langsung memunculkan senyuman penuh rasa puas.Dalam hati, dia yakin dirinya masih punya daya tarik. Bagaimanapun juga, Jose adalah seorang pria. Sebagai pria, mana mungkin bisa menahan godaan seorang wanita. Apalagi wanita yang mengambil inisiatif.Yanti melangkah maju dengan senyuman angkuh. "Aku kira Pak Jose orang yang dingin dan kejam. Ternyata masih punya sedikit sikap gentleman juga."Yanti menggoda dengan sorot mata, lalu hendak membuka pintu mobil. Namun, di saat berikutnya, Jose menoleh padanya. Tatapannya dingin, kelam, laksana hutan gelap tanpa sinar matahari."Apa aku suruh kamu naik?""Eh?" Yanti sempat tertegun, lalu mengerutkan kening. "Maksudmu apa?"Jose mengeluarkan dengusan dingin. Sudut mata dan bibirnya penuh dengan ejekan. "Aku bilang, kapan aku men
Saat membuka mata, cahaya matahari yang menusuk sudah menembus masuk dari jendela. Aura tertegun sesaat. Kemudian, di tengah suara ketukan pintu yang mendesak, dia bangun dari ranjang. Namun, tubuhnya yang pegal luar biasa hampir membuatnya tak bisa berdiri.Semalam Jose jauh lebih buas, hingga tubuhnya terasa remuk. Sedikit bergerak saja, rasa sakit dan lelah langsung menjalar ke seluruh badan.Aura mengerutkan alis tipis, lalu bangkit dengan susah payah. Dia meraih jaket tebal seadanya dan memakainya sebelum membuka pintu.Begitu pintu terbuka, dia melihat wajah Thea yang cemas. "Bu Aura, kenapa masih tidur? Sebentar lagi kita harus berangkat. Cepat sedikit, kita bisa ketinggalan mobil."Perjalanan menempuh puluhan kilometer jalan pegunungan kemarin masih membuat Thea merasa khawatir. Itu sebabnya, sejak pagi dia sudah siap-siap. Namun, saat semua orang hampir berangkat, dia baru sadar kalau Aura belum kelihatan.Aura juga merasa agak canggung. Dia diam-diam menyalahkan kegilaan Jose
Di sisi lain, Aura sedang tertidur pulas ketika tiba-tiba merasakan ada angin dingin menyusup ke dalam selimutnya. Dia pun menggumam dengan tidak sabar, lalu membalikkan badan ingin kembali tidur.Namun, detik berikutnya, dia merasa ada sesuatu yang hangat menempel di bibirnya. Dalam mimpinya, dia langsung terkejut dan tersadar. Belum sempat bereaksi, seseorang sudah menahan belakang kepalanya dan memperdalam ciuman itu."Mm, aku ....""Jo ...."Akhirnya, Aura sadar siapa orang di atas tubuhnya. Dia ingin berbicara, tetapi setiap kali hanya bisa mengeluarkan satu kata yang terputus, lalu kembali ditelan oleh ciuman Jose yang semakin gila.Dia mengerutkan keningnya, mengangkat tangan untuk mendorong Jose. Namun, kekuatannya yang lemah sama sekali tidak berarti di hadapan Jose.Dengan susah payah, Jose akhirnya melepaskan bibirnya. Namun, bibir itu malah bergerak turun. Sungguh mendominasi, sekaligus ambigu.Aura akhirnya bisa bernapas lega. Dia tak kuasa mendorong bahu Jose. "Jose, kamu
"Hmm?" Nada suaranya agak dingin, tetapi berpadu dengan suara beratnya yang khas. Dalam situasi seperti ini justru membuat suaranya terdengar lebih menggoda.Jose menggertakkan giginya sambil menatap Yanti. Dia tahu betul metode apa yang sudah dipakai Yanti. Hanya saja, dia tidak tahu di mana obat itu dimasukkan.Obat semacam itu memang cukup keras. Sepertinya perempuan di depannya benar-benar berniat melakukannya hari ini.Mendengar perkataan Jose, Yanti sama sekali tidak panik, meskipun rencananya sudah dibongkar. Sebaliknya, dia malah mengangkat tangan dan melingkari leher Jose, lalu tertawa dengan berani. "Pak Jose bicara apa sih? Aku nggak ngerti. Tapi aku memang mengagumi Pak Jose. Kalau Pak Jose butuh bantuan, aku akan membantu dengan senang hati ...."Sambil berbicara, dia tersenyum manja. Jari lentiknya pun menyentuh ujung bibir Jose sedikit, lalu perlahan turun, sejengkal demi sejengkal melewati jakun Jose dan tulang selangkanya.Ketika jarinya hendak masuk ke kerah kemeja Jo