Share

panik

Penulis: Princess Belda
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-01 04:41:21

Karena pintu yang dari tadi diketuk tak juga kunjung terbuka tiada pula sahutan dari dalam sana membuat Neimara semakin ketakutan. Feeling-nya mengatakan sesuatu yang buruk sudah terjadi kepada anak sematawayangnya. Ia memutarkan tubuhnya, lalu berlari ke bawah, menghampiri suaminya untuk memberitahu situasi yang tidak baik ini.

Usia yang tidak lagi muda membuat Neimara ngos-ngosan ketika ia sampai diambang pintu kamar.

“Abang. Anak kita, Abang,” ucap wanita itu panik.

Revan yang sedang menatap keluar jendela, mengalihkan pandangannya ke arah sang istri yang terlihat masih ngos-ngosan di ambang pintu.

“Anak kita kenapa, Sayang?” tanya Revan seraya berjalan menghampiri sang istri.

Beginilah Neimara, jika sedang panik otaknya sulit bekerja.

“Kirana, Bang. Kirana!” Neimara tidak bisa lagi melanjutkan kata-katanya. Nafasnya tercekat Karena kelelahan berlari.

Wanita itu ingin menjelaskan secara singkat, padat, dan terperinci, tapi ia bingung harus mengatakannya seperti apa, karena Ia sendiri tidak tahu apa yang terjadi kepada putrinya.

Revan mencoba menenangkan istrinya itu, ia melangkah ke samping mengambil segelas air yang terletak di atas nakas. “minum dulu, Bun!” tangan Revan terulur, menyerahkan segelas air mineral kepada sang istri.

Hanya dengan sekali tegukan Neimara sudah mengosongkan gelas yang diberikan oleh suaminya.

“Coba atur nafas dulu,” ucapan Revan mencoba bersikap tenang meskipun sebenarnya hatinya mulai kocar-kacir memikirkan apa yang menimpa Putri mereka.

Neimara mengikuti saran sang suami hingga nafasnya mulai teratur.

“Sekarang coba ceritakan Ada apa dengan Kirana?” ujar Revan setelah melihat keadaan sang istri yang mulai membaik.

“Aku juga nggak tahu apa yang terjadi sama Kirana. Pintunya terkunci dari dalam karena memang semalam aku yang memintanya.” Neimara meremas ujung-ujung tangannya untuk menghilangkan kekhawatiran yang sedang melanda. “Sudah hampir lima belas menit aku menunggunya, tapi tetap tidak ada sahutan dari dalam sana, Abang. aku khawatir anak kita kenapa napa! Tidak biasanya ia tidak menjawab jika aku memanggilnya!” papar wanita paruh baya itu.

“Mukin dia sedang khusyuk berzikir. Mengingat besok adalah hari yang bersejarah untuknya,” ujar Revan masih terlihat tenang.

“perasaanku nggak enak, Bang. Aku akan ambilkan kunci cadangan kamar Kirana,” ucap Neimara yang masih khawatir sebelum memastikan sendiri keadaan putrinya baik-baik saja.

Naimara berjalan mendekati nakas yang ada di kamarnya, lalu menarik lacu untuk mencari kunci cadangan kamar Putri semata wayangnya itu. Ia sengaja menyimpan kunci cadangan di kamarnya supaya disaat keadaan terdesak seperti ini tidak kelimpungan mencarinya.

“Ayo, Bang.” Naimara menarik lengan suaminya agar ikut bersamanya.

Tanpa perlu ditarik pun sebenarnya Revan akan ikut bersama istrinya itu karena lelaki paruh baya itu juga mengkhawatirkan keadaan anak tunggalnya itu.

Begitu tiba di depan pintu kamar Kirana,p Revan mencoba kembali mengetuk pintu kamar putrinya itu sebelum membuka paksa dari luar.

“Sayang... Kirana... Kamu di dalam kan? Kamu baik-baik aja kan, Nak?” tanya Revan dengan terus mengetuk pintu kamar Kirana.

Hening.

Tidak ada sahutan dari dalam sana.

“udahlah bang cepet dibuka. Aku udah memanggilnya dari tadi,” desak Neimara tidak sabaran.

Revan mengambil alih kunci dari tangan istrinya, lalu membuka paksa kamar Kirana dari luar.

Setelah beberapa kali mencoba memutarkan kunci dan menekan hazel pintu, pintu pun terbuka.

Neimara langsung berhamburan ke kamar Kirana untuk melihat keadaan sang anak. Namun, hanya ada kesunyian yang wanita paruh baya itu temukan di sana. Wanita cantik di usia senja itu tetap tidak putus asa, Ia mencoba mencari ke kamar mandi milik sang anak. Namun, lagi-lagi pil kekecewaan yang harus wanita paruh baya itu terima karena Putri mereka tidak berada di sana.

Bukan hanya Neimara yang panik ketika tidak melihat keberadaan Kirana di kamarnya, tapi Revan pun sama halnya bahkan pria itu sampai mencari ke dalam lemari pakaian milik Kirana.

Otak pasutri itu seketika ngeblank. Namun, tanpa mereka sadari ada satu hal yang mereka lewatkan, saking paniknya mereka sampai tidak sadar jika pintu yang menuju ke balkon kamar Kirana tidak terkunci.

Raziq yang baru saja keluar dari kamarnya melihat abang dan kakak iparnya sedang mondar-mandir di kamar Kirana segera menghampiri mereka.

“Ada apa Bang?” tanya Razi ketika ia melihat raut kekhawatiran dari pasutri paruh baya di hadapannya itu. Ditambah dengan Neimara yang terus saja mondar-mandir seperti setrika rusak.

“Kirana tidak ada di kamar, dek,” jawab Revan.

“mungkin dia udah turun ke bawah, atau mungkin lagi di kamar mandi,” ujar Raziq menebak kemungkinan yang mungkin saja terjadi.

“mana mungkin dia ke bawah sementara kami harus membuka paksa pintunya dari luar,” Revan menjelaskan.

“Terus di kamar mandi enggak ada juga?” tanya Raziq yang mulai ikut panik.

“Kami udah mencarinya ke setiap sisi ruangan ini, tapi enggak ada,” ungkap Neimara frustasi. Buliran bening sudah membanjiri pipi mulusnya. Nggak mungkin kan anaknya diculik sama dedemit?

Raziq yang mendengar penjelasan dari kakak iparnya, langsung balik kanan dan berlari ke bawah untuk memberitahu yang lain agar mereka bisa sama-sama mencari Kirana di setiap sudut ruangan dan juga halaman.

Percaya atau tidak hal mistis itu pasti ada. Mungkin saja Kirana dibawa demit, begitulah pemikiran Raziq

“Abang, anak kita kemana? Bagaimana mungkin ia menghilang sementara semua pintu terkunci?” tanya Neimara. Kini wanita itu menyandarkan tubuhnya ke dada bidang sang suami dengan air mata yang terus membanjiri pipi. Wanita itu merasakan kepalanya berat tubuhnya linglung dan tiba-tiba saja ia ambruk. Untung saja Revan dengan sigap menangkap tubuh sang istri, jika tidak bisa dipastikan Neimara sudah tidur cantik di atas lantai.

Revan mengangkat tubuh istrinya ala bridal style lalu membaringkannya ke tempat tidur Kirana.

Revan mencoba untuk tenang agar ia bisa berpikir dengan jernih.

Revan mencoba mengedarkan pandangan kesetiap sisi ruangan putrinya itu. Jika memang Kirana kabur, setidaknya ia pasti meninggalkan secarik kertas untuk orang tuanya bukan? Namun, Apa yang membuat anaknya itu kabur di malam pernikahannya? Lagian tidak ada hal aneh dari kamar Kirana.

Jika anaknya itu dibawa demit, pasti akan ada pintu yang terbuka karena tidak mungkin Kirana bisa tembus dinding.

Seketika mata Revan melotot ketika ia mengingat tadi ketika dirinya mencari Kirana ke balkon, pintunya tidak terkunci.

Revan seketika bangkit dari duduknya dan berlari keluar. Ia memerhatikan keadaan di balkon kamar Kirana. Kirana tidak mungkin melompat dari balkon ke dahan pohon mangga yang tidak jauh dari balkon kamarnya.

Athirah langsung menyusul ke kamar Kirana begitu mengetahui keponakan suaminya itu hilang.

Athirah meletakkan botol minyak kayu putih ke dekat hidung Neimara untuk menyadarkan kakak iparnya itu.

Neymar tersadar dari pingsannya dan kembali menangis histeri.

Orang tua mana yang tidak akan bersedih ketika mengetahui keadaan putrinya sedang tidak baik-baik saja.

Tangis Neimara terhenti ketika Revan menghampirinya dan mengabarkan sesuatu yang tidak pernah mereka bayangkan

“Apa?” pekik wanita paruh baya itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Tawanan Di Malam Pernikahan    bertemu

    Galih membuka matanya manakala Arunika menyapa dunia. Ia menyibakkan gorden kamarnya, menikmati keindahan yang disajikan alam dari atas gedung pencakar langit.Galih tersenyum miring, ia menertawakan dirinya. Segitu tidak berartinyakah dirinya bagi putra kesayangannya?Galih masih betah berada di sana hingga mentari sudah menyinari bumi. Ia mengusap setetes embun yang membasahi pipi.Sudah lama matanya tidak berair, tapi setiap kali mengingat anak kesayangannya, matanya pasti kelilipan.Lagi, lelaki sepuh itu menertawakan dirinya.Galih baru beranjak dari sana mana kalah mendengar ketukan dari pintu kamarnya.“Masuk,” ucapnya dengan suara serak khas orang tua.“Tuan, waktunya sarapan,” ucap sang pengawal sambil membawa nampan berisi makanan.Setelah sarapan, Galih beserta pengawalnya kembali melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan.Sebuah kota di tengah pegunungan menjadi tujuan dari seorang Galih kyller pagi ini. Kota dingin tanpa salju itu memang cukup memanjakan mata.“Kita lurus s

  • Menjadi Tawanan Di Malam Pernikahan    pelecehan

    PelecehanKirana pucat pasi mendengar percakapan kedua lelaki berbeda usia di hadapannya itu. Meskipun polos, tapi Kirana tidak sebodoh itu. Gadis itu jelas tahu jika yang dimaksud oleh si tua bangka itu adalah dirinya.Belum membayangkannya saja sudah membuat Kirana menggigil ketakutan.Kirana tidak berani membayangkan dirinya yang akan melayani pria tua bangka. Lebih tepatnya diperkosa sama pria yang cocok menjadi kakeknya.Entah keluarga macap apa sebenarnya kedua pria yang berada di hadapannya itu.Ingin rasanya Kirana menjerit. Namun, sebisa mungkin ia menahan diri. Kirana memilih berlari ke kamarnya tanpa pamit kepada Galih maupun Keivan.Melihat hal itu, sontak saja kedua pria beda generasi itu mengalihkan atensi ke punggung yang semakin menjauh itu.“Urus dia. Aku akan pergi sekarang,” Gibran bangkit dari duduknya, lalu melongos begitu saja. Semua pelayan menunduk hormat ke arahnya. Sementara Keivan, pria itu memilih menaiki tangga untuk menemui sang tawanan yang tidak memilik

  • Menjadi Tawanan Di Malam Pernikahan    canggung

    Kirana memutar bola mata malas. Gadis itu kembali menggunakan sepatunya.‘Aku tidak akan pernah kapok sampai aku bisa lolos dari sini,’ batin Kirana.“Jangan pernah bermimpi menjadi Cinderella hanya karena aku memperlakukanmu dengan baik. Sampai kapan pun kau itu tetaplah tawanan dan setiap pergerakanmu selalu dalam pengawasanku,” ucap Keivan penuh penekanan.Pria itu memutar tubuhnya. “Ikut aku!” titah Keivan.Bagai ayam yang sedang mengikuti induknya, Kirana berjalan dengan patuh di belakang Keivan.Keivan menuntun Kirana ke sebuah meja makan yang sudah tersaji berbagai macam hidangan di atasnya.Para pelayan berbaris rapi. Mereka semua menggunakan pakaian seragam.Sejenak Kirana terpesona pada apa yang terdapat di hadapannya. Ia merasa seperti sedang berada di dalam sebuah serial drama Korea yang sering ia tonton.‘Tumben malam ini terlihat normal,’ batin Kirana. Tiga orang pelayan yang pernah masuk ke kamar Kirana, tidak ada satupun di antara mereka yang menggunakan seragam. Terle

  • Menjadi Tawanan Di Malam Pernikahan    mengintsi

    Mengintai“Apa Nona baik-baik saja?” tanya Lucy ketika melihat wajah cemas Kirana.“apa pria itu akan menjualku?” Tanya Kirana ragu.“Maaf Nona. Kami tidak tahu,” jawab Luna.Luna dan Lucy, keduanya kembar tidak identik.Kirana membuang nafas kasar. Percuma bertanya kepada mereka.“Apa kalian sudah lama bekerja di sini?” Tanya Kirana. Gadis cantik itu hanya ingin mengalihkan pikirannya saja.“Dari kecil kami sudah tinggal di rumah Tuan besar, karena kedua orang tua kami bekerja pada Tuan besar,” jawab Lucy.“Tuan besar itu siapa?” tanya Kirana penasaran.“Daddy nya tuan muda,” jawab Luna.“Nona. Kami akan merias wajah anda,” ucap Lucy meminta izin.Kirana hanya menggunakan kepala sebagai jawaban.Wajah Kirana di rias dengan make up tipis. Rambutnya di tata rapi. Kedua pelayan itu memang bisa di andalkan. Wajah Kirana terlihat begitu cantik. Ia sudah seperti boneka berbie yang hidup. Kirana yang tidak pernah menggunakan riasan, sekali di rias memang memberi perubahan yang begitu fan

  • Menjadi Tawanan Di Malam Pernikahan    Kirana Yang Malang

    Kirana Yang MalangTubuh Kirana didorong hingga terhempas ke atas kasur. Wanita itu menjerit histeri.Perlahan Keivan merangkak naik ke tempat tidur. Lelaki itu berada tepat di atas tubuh Kirana, tapi tidak sampai menindihnya. Ia memposisikan tubuhnya seperti sedang push up.“Aku mohon jangan,” ucap Kirana dengan suara bergetar hebat. Tubuhnya gemetaran. Matanya terpejam. Kedua tangannya berada di depan dada menahan tubuh Keivan agar tidak menindihnya. Sungguh wanita itu begitu ketakutan. Ia merutuki dirinya yang menampar Keivan.Bagaimana kalau laki-laki ini akan memperkosanya sekarang? Berbagai macam hal negatif terbayang oleh Kirana.Hening.Keivan bergeming, menatap lekat wajah cantik yang sedang ketakutan. Tanpa sadar ia mengukir senyuman tipis.“Aku minta maaf untuk yang tadi. Aku janji tidak akan menamparmu lagi. Aku tidak sengaja tadi. Aku....” ucapan Kirana tergantung karena Keivan menyala.“Aku sebenarnya menyukai Kau menciumku.” ejek lelaki itu.Mata Kirana langsung meloto

  • Menjadi Tawanan Di Malam Pernikahan    Tamparan

    TamparanKirana diam terpaku. Kedua tangannya mengepal kuat. Manik indahnya menatap nyalang ke arah sosok lelaki yang teramat sangat ia benci. Lelaki yang membuat dirinya berada di tempat asing ini. Meskipun di satu sisi Kirana bersyukur karena dirinya mengetahui jati diri Gibran sebelum ia terjebak semakin jauh bersama pria belok itu. Namun, hal itu tidak serta merta membuat Kirana menyukai pria asing di hadapannya itu.Kehidupan gadis cantik itu bukan hanya untuk seorang Gibran, yang ia sendiri belum yakin jika lelaki itu sudah mengisi seluruh hatinya atau belum. Ada Ayah dan Bunda yang begitu ia Rindukan. Sepasang suami istri yang sudah tidak muda lagi, akan tapi selalu mesra. Sepasang sosok yang teramat sangat menyayangi Kirana dan selalu menjadikan dirinya bak seorang putri raja.Sosok yang begitu menyebalkan itu menyeringai menatap ke arah Kirana. Ia mengganggu kan kepala kepada Ann sebagai pertanda wanita itu sudah tidak dibutuhkan lagi di sana.Badan yang membungkuk sebagai

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status