Share

Bab 4 | Tuan Muda

Penulis: MAMAZAN
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-17 00:35:44

Bab 4

Lila membuka mata tepat jam 5 pagi. Kepalanya terasa berat dan berdenyut, efek dari hanya tidur selama 1 jam setelah pulang dari The Shadow Bar. Namun, rasa lelah itu kalah oleh kegelisahan yang merayap di dadanya. Ia harus kembali memulai pekerjaannya sebagai pelayan di Kediaman Miller.

Pagi ini, ia harus menghadap Tuan Jonathan. Ia harus melaporkan pria asing yang sudah melecehkannya semalam. Ia tidak bisa bekerja di bawah satu atap dengan monster seperti itu, kalau pun mengundurkan diri, dia harus berkata apa pada sang Ibu?

Dengan cepat ia bersiap-siap dan mengenakan seragam pelayannya yang masih bersih, untungnya ia memiliki cadangan karena seragam yang semalam telah terkoyak tragis, tak bisa di perbaiki sama sekali.

"Aku harus cepat sebelum Tuan Jonathan pergi ke kantor!" gumamnya sembari mengambil langkah cepat. Jari-jarinya sedikit bergetar saat merapikan kerah bajunya.

Lila segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Aroma kopi dan roti panggang memenuhi ruangan, namun perut Lila terasa mual karena gugup. Begitu selesai, ia menata makanan di atas meja makan berbahan marmer mewah yang panjang.

Tepat jam 6.30, suara langkah kaki yang teratur terdengar menuruni tangga. Benar saja, Tuan Jonathan Miller sudah berpakaian rapi dengan setelan jas abu-abu gelap yang mahal. Ia duduk di kursi kebesarannya.

"Silakan, Tuan," sapa Lila dengan suara sesopan mungkin sambil menaruh segelas jus apel segar untuk majikannya itu.

Jonathan menaikkan pandangannya dan menatap Lila. Pria berusia 49 tahun itu tersenyum tipis dan mengangguk. "Terima kasih, Lila. Kau rajin sekali, persis seperti ibumu."

Lila hanya tersenyum kaku. Ia sabar menanti di sudut ruangan, tangannya bertautan di depan perut. Ia tahu etika, jangan mengganggu majikan saat sedang mengunyah. Ia membiarkan Jonathan selesai dengan sarapannya dalam keheningan.

Begitu melihat Jonathan meletakkan garpu dan membersihkan mulut dengan napkin putih, Lila menarik napas panjang.

Wanita berlesung pipi itu berjalan mendekat, berdiri di samping meja dan sedikit menunduk hormat. "Tuan... Saya ingin membicarakan sesuatu... ini sangat penting."

Jonathan melipat serbetnya dengan tenang, lalu menatap Lila dengan dahi berkerut. "Kelihatannya serius sekali. Ada apa, Lila?”

"Ini... ini soal keamanan di rumah ini," suara Lila sedikit bergetar. "Semalam, saat saya sedang membersihkan kamar tamu di lantai dua, ada seorang pria asing masuk. Dia bersikap sangat tidak sopan dan...” Lila mengambil jeda, memperhatikan ekspresi Jonathan, kemudian melanjutkan, “Dia melece-”

“Pagi.”

Suara berat itu membuat Lila membeku seketika. Kalimat yang hendak ia adukan kepada Jonathan tertahan di tenggorokan. Jonathan pun tampak terkejut, namun dengan cepat ia mengubah raut wajahnya menjadi lebih tenang, meski ada gurat ketegangan di matanya.

Lila tidak berani menoleh. Ia bisa merasakan aura dominan pria itu mendekat, aroma parfum woody yang kuat mulai memenuhi indra penciumannya, aroma yang sama dengan yang ia hirup semalam.

Oliver berjalan mendekat dengan langkah santai namun mendominasi. Tanpa mempedulikan atmosfer kaku di ruangan itu, ia menarik kursi tepat di depan Jonathan dan duduk dengan posisi angkuh. Matanya yang tajam sempat melirik Lila sekilas, lalu beralih ke Jonathan seolah-olah Lila hanyalah pajangan.

Ia mengambil sepotong roti panggang tanpa meminta izin, lalu melirik Lila dengan tatapan dingin yang memerintah.

"Buatkan kopi," ucap Oliver datar. "Hitam. Tanpa gula."

"..."

Lila hanya bisa terdiam, tangannya yang bertautan di depan perut kini meremas satu sama lain hingga buku jarinya memutih. Amarah dan rasa takut di dalam dirinya. Pria ini baru saja menghancurkan harga dirinya semalam, dan sekarang ia memerintahnya seolah-olah tidak terjadi apa-apa?

"Lila?" Jonathan memecah keheningan, suaranya terdengar sedikit canggung. "Tunggu apa lagi? Siapkan kopi untuknya."

Lila menatap Jonathan dengan mata bulatnya yang berkaca-kaca, seolah bertanya, Tuan, tidakkah Anda mendengar apa yang ingin saya katakan tadi? Namun, Jonathan hanya memberikan anggukan kecil, mengisyaratkan Lila untuk patuh. "Lila, perkenalkan, ini Oliver James Monfalco. Dia... putra mendiang istriku, Sharon. Dia baru saja kembali dari luar negeri."

Lila menelan ludah. Identitas itu menghantamnya seperti palu godam. Putra tiri? Itu berarti pria ini adalah bagian dari keluarga ini. Dia bukan orang asing. Dia adalah Tuan Muda di rumah ini.

"Aku tidak punya waktu hanya untuk menunggu secangkir kopi! Cepat." Desis Oliver tanpa menatapnya, fokus pada sarapannya.

Lila membungkuk kaku, nyaris tidak terlihat. "B-baik, Tuan."

Jantungnya berdegup kencang. Rencananya untuk mengadu telah gagal total sebelum dimulai. Bagaimana ia bisa melaporkan Oliver kepada Jonathan, jika Oliver sendiri adalah pemilik sah dari darah keluarga yang membangun kemegahan ini?

Oliver tersenyum smirk, “Lila…” gumamnya dalam hati.

"Kau pulang terlalu mendadak semalam, Oliver. Ada apa? Kau bahkan tidak menghubungiku." Suara Jonathan menarik focus Oliver yang membuat senyuman tipisnya tadi segera musnah.

Oliver meletakkan rotinya kembali ke piring, bibirnya yang masih memiliki luka kecil bekas gigitan Lila terangkat membentuk seringai tipis. "Hanya ingin memberikan kejutan. Tapi sepertinya aku yang mendapat kejutan…”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjadi Tawanan Tuan Muda   Bab 8 | Sebesar itu ? (21+)

    Bab 8Lila terus meronta, namun setiap gerakan tubuhnya justru menciptakan gesekan yang semakin membakar gairah Oliver. Di bawah cahaya lampu tidur yang remang dan cahaya matahari pagi, Oliver menanggalkan kemejanya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya tetap mengunci kedua pergelangan tangan Lila di atas kepala."Lepas... Tuan... ini salah..." rintih Lila dengan suara yang mulai habis. Tenaganya terkuras, napasnya tersengal-sengal di bawah beban tubuh kekar Oliver yang menekannya tanpa ampun ke dalam ranjang."Diamlah, kucing liar!” desis Oliver di depan bibir Lila.Dengan satu sentakan kasar, Oliver merobek sisa kain seragam pelayan yang sudah tak berbentuk itu. Suara kain yang koyak bergema di ruangan yang sunyi, menyisakan Lila dalam keadaan benar-benar telanjang dan terpapar di bawah tatapan lapar sang majikan. Oliver menjilati bibirnya, matanya menyisir setiap inci kulit putih bersih Lila yang kini kemerahan karena gesekan.Tangan kasar Oliver mulai menjamah. Ia meremas pa

  • Menjadi Tawanan Tuan Muda   Bab 7 | Mencicipimu

    Bab 7"Jangan seenaknya, Tuan!" Lila menyahut dengan wajah tertekuk. Amarahnya memuncak setiap kali pria ini merendahkannya. "Aku bukan tawanan Anda dan aku bukan kucing liar!""Kau..." Oliver menggeram rendah. Kalimat perlawanan Lila seolah menjadi bahan bakar bagi gairahnya yang liar.Di dalam kamar yang luas dengan pencahayaan minim itu, aroma maskulin Oliver yang bercampur dengan wangi musk terasa menyesakkan bagi Lila. Cahaya lampu tidur dan sinar matahari pagi yang temaram memberikan bayangan panjang yang mencekam di dinding, mempertegas posisi Oliver yang mengunci tubuh Lila di atas ranjang empuk.Tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut, Oliver kembali memaksa melumat bibir Lila. Kali ini lebih dalam dan menuntut. Tangan besarnya merayap naik, mencengkeram leher Lila, tidak sampai menyakiti, namun cukup kuat untuk memberikan tekanan yang membuat napas Lila tersendat sekaligus membakar gairah yang tidak diinginkan."T-tuan O-oliver... Hen... tikan..." rintih Lila di sela-sela pag

  • Menjadi Tawanan Tuan Muda   Bab 6 | Kau Adalah Tawananku

    Bab 6Ia mencondongkan wajahnya lebih dekat, hingga hidung mereka hampir bersentuhan. "Godalah dia… Buat dia bertekuk lutut padamu. Buat dia berselingkuh denganmu di rumah ini."Lila terbelalak. "Apa?! Anda gila! Saya tidak akan melakukan hal menjijikkan seperti itu!""Jangan munafik," desis Oliver. "Semalam kau hampir menyerahkan dirimu demi uang. Sekarang aku menawarkan jalan yang lebih 'bersih'. Kau tidak perlu benar-benar tidur dengannya jika kau pintar. Aku hanya butuh bukti foto atau video saat dia mencoba menyentuhmu."Oliver menarik diri sedikit, merogoh saku jasnya dan mengeluarkan ponsel. Ia menunjukkan sebuah foto surat kontrak operasi rumah sakit ibunya yang entah bagaimana sudah ada di tangannya."Ibumu akan dioperasi minggu depan. Biayanya 1,5 Milyar secara total, bukan? 500 juta hanya untuk uang muka. Jika kau berhasil membantuku menjatuhkan Jonathan, aku tidak hanya akan membayar 500 juta. Aku akan menanggung seluruh biaya operasi dan pemulihan ibumu sampai sembuh tota

  • Menjadi Tawanan Tuan Muda   Bab 5 | Identitas Pria Asing Malam Itu

    Bab 5Jonathan berdehem, berusaha mencairkan suasana yang kaku. "Maaf Ayah tidak menyiapkan apa-apa saat kedatanganmu-"Lila pun datang kembali dari dapur, membawa nampan berisi secangkir kopi hitam pekat sesuai permintaan Oliver. Kehadirannya membuat Jonathan menjeda percakapannya dengan putra tirinya.Tanpa mengatakan apa-apa, Lila meletakkan cangkir tersebut di atas meja, tepat di sisi tangan Oliver. Lila berusaha sebisa mungkin agar tangannya tidak gemetar, meski ia merasa tatapan Oliver yang tajam sedang menelanjangi dirinya sekali lagi. Saat ia menarik kembali nampannya, Lila dapat melihat perubahan ekspresi Oliver yang tiba-tiba mengeras, matanya tertuju pada bibir dan leher Lila yang kini tertutup rapi oleh pakaiannya."Bagaimana kalau Ayah menyiapkan pesta penyambutan kamu malam ini di hotel? Teman-teman bisnismu pasti ingin menyambut kepulanganmu ke tanah air," lanjut Jonathan dengan nada yang dipaksakan ramah.Trak!Suara benturan garpu dan pisau perak yang dilemparkan Oliv

  • Menjadi Tawanan Tuan Muda   Bab 4 | Tuan Muda

    Bab 4Lila membuka mata tepat jam 5 pagi. Kepalanya terasa berat dan berdenyut, efek dari hanya tidur selama 1 jam setelah pulang dari The Shadow Bar. Namun, rasa lelah itu kalah oleh kegelisahan yang merayap di dadanya. Ia harus kembali memulai pekerjaannya sebagai pelayan di Kediaman Miller.Pagi ini, ia harus menghadap Tuan Jonathan. Ia harus melaporkan pria asing yang sudah melecehkannya semalam. Ia tidak bisa bekerja di bawah satu atap dengan monster seperti itu, kalau pun mengundurkan diri, dia harus berkata apa pada sang Ibu?Dengan cepat ia bersiap-siap dan mengenakan seragam pelayannya yang masih bersih, untungnya ia memiliki cadangan karena seragam yang semalam telah terkoyak tragis, tak bisa di perbaiki sama sekali."Aku harus cepat sebelum Tuan Jonathan pergi ke kantor!" gumamnya sembari mengambil langkah cepat. Jari-jarinya sedikit bergetar saat merapikan kerah bajunya.Lila segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Aroma kopi dan roti panggang memenuhi ruangan, namun

  • Menjadi Tawanan Tuan Muda   Bab 3 | Kucing Liar

    Bab 3Lila terdiam, isak tangisnya seketika menghilang. Ia berpikir keras. 300 juta. Jumlah itu berkelip di benaknya, mengalahkan rasa sakit dan kehinaannya."300 juta..." lirihnya.Ia memikirkan kembali uang yang harus ia kumpulkan demi pengobatan sang Ibu. Bahkan jika ia bekerja keras selama setahun, uang sebanyak itu akan sulit ia kumpulkan. Ia mengusap pipinya yang basah dan berkata, "Apa aku terima saja?"Namun, dengan cepat ia menampar pipinya sendiri. Plak! Sebuah tamparan keras untuk mengembalikan akal sehatnya."Sadar, Lila! Kamu bahkan tidak tahu siapa pria brengsek tadi! Besok aku akan melaporkannya ke Tuan Jonathan," putusnya tegas. Harga dirinya masih lebih tinggi daripada keputusasaan.Lila bangkit dari duduknya. Ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuh dari sisa-sisa air mata dan keringat. Tidak ada waktu baginya untuk berlama-lama kalut dalam kesedihan. Ia harus bekerja. Malam masih panjang, dan ia punya pekerjaan lain yang harus diselesaikan.Dengan terg

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status