Share

Bab 126—MAS

last update Huling Na-update: 2025-07-14 22:18:45

Derap langkah yang berayun terdengar seperti bisikan angin di tengah malam, ia mendesir—membawa rasa takut tak bernasab.

Davian berayun keluar dari ruang kerja utama direktur rumah sakit, sepanjang langkah dirajut sedemikian rupanya, pria ini menyingsingkan lengan hingga tertahan di atas sikut.

"Aargh ...!" Raungan letih dan pilu terdengar menggiurkan.

Davian menyembul keluar dan menyaksikan pria itu bersusah payah menyeret tubuhnya dengan sebelah kaki berlumuran da rah. "Zaggy, right? And ..., Giovanni?" tukas Davian menyebutkan dua nama yang sudah lama membakar isi kepalanya.

Terpampang dengan nyata, tatapan itu meredup, ia bagai tempurung yang dikurung kegelapan, di dalamnya adalah seekor burung tanpa sayap kanan.

Polisi pria yang diperkirakan usianya di atas 30 tahun itu, terpatah-patah memahat langkah hingga da rah itu melebar, dan menempel ke dinding.

"Sa-saya g-gak tahu," elaknya yang segera mengalihkan pandangan ke sudut lain.

Sembari berpegangan teguh pada dinding-dinding din
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 128—MAS

    Tyana berlari tergesa-gesa dari dalam rumah sakit, tangannya menggeligis saat dia hendak menelepon suaminya, di balik mobil yang terparkir di parkiran rumah sakit wanita itu terpatah-patah mengayun langkah.Berselancar tanpa tahu arah. Dia gigit bibir bawah dengan gelisah. "Josef ..., apa kamu masih bersikap keras seperti dulu?" Geram Tyana, panggilan teleponnya tak kunjung mendapatkan balasan dari suaminya.Wanita berpenampilan modis dan elegan itu menghentakkan kaki dan mengembuskan napas dalam tekanan besar. "Came on, Josef ...!" gertaknya.Panggilan telepon terputus. Tidak mendapatkan jawaban, hingga di menit ke-tiga dan panggilan telepon yang ke lima belas, Josef akhirnya mengangkat panggilan telepoon tersebut, gemuruh angin dan riuh suara manusia terdengar saling bersinggungan.Tyana melipat satu tangan depan tubuh dan tangan laun fokus menggenggam ponsel menempel di si telinga. "Josef! Apa yang sedang kamu lakukan, sih?" gerutu Tyana menyambar suaminya."Apa pekerjaan lebih pen

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 127—MAS

    Ujung mata pisau mengukat tajam bagai cahaya yang tembus ke pupil mata secara langsung, sang polisi lemah tak berdaya itu bergetar salam cengkeraman Davian. Perlahan, ia turun, pi sau kecil yang dikatakan memiliki racun itu semakin mendekat.Mengarah ke mata, tangan Davian pun bergetar, dia merasa apa yang dia lakukan saat ini adalah salah, tetapi semuanya kalah oleh kemarahannya yang telah membuncah, jika ia adalah bangunan, maka ia bangunan pencakar langit."Anda secara tidak langsung telah me lenya pkan sahabat saya dan nyawa-nyawa orang yang ada si lokasi kejadian," gertak Davian, geram dia membawa pi sau lebih dekat.Sebelum pi sau itu benar-benar sampai ke wajah lelaki itu, Tyana berhasil menemukan keberadaan Davian bersama Vemilla dan dua sahabat ballerina cantik itu, mereka terkesiap.Membeku hanya dalam tiga detik, dengan rasa terkejut, hingga wajah mereka membelangah, dan Tyana segera berlari dan menarik lengan putranya. "Davian ..., hentikan!" pekiknya, kelepasan.Wanita pa

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 126—MAS

    Derap langkah yang berayun terdengar seperti bisikan angin di tengah malam, ia mendesir—membawa rasa takut tak bernasab.Davian berayun keluar dari ruang kerja utama direktur rumah sakit, sepanjang langkah dirajut sedemikian rupanya, pria ini menyingsingkan lengan hingga tertahan di atas sikut."Aargh ...!" Raungan letih dan pilu terdengar menggiurkan.Davian menyembul keluar dan menyaksikan pria itu bersusah payah menyeret tubuhnya dengan sebelah kaki berlumuran da rah. "Zaggy, right? And ..., Giovanni?" tukas Davian menyebutkan dua nama yang sudah lama membakar isi kepalanya.Terpampang dengan nyata, tatapan itu meredup, ia bagai tempurung yang dikurung kegelapan, di dalamnya adalah seekor burung tanpa sayap kanan.Polisi pria yang diperkirakan usianya di atas 30 tahun itu, terpatah-patah memahat langkah hingga da rah itu melebar, dan menempel ke dinding."Sa-saya g-gak tahu," elaknya yang segera mengalihkan pandangan ke sudut lain.Sembari berpegangan teguh pada dinding-dinding din

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 125—MAS

    Netra gadis itu secara impulsif membelalak, menduga hal buruk mungkin saja terjadi pada Davian. Namun, setelahnya dia mengingat jika suaminya ini memang sedang berada di rumah sakit ji wa.Netra membesar tadi segera menciut. "Oh iya, tadi Kak Davian emang ngomong, kalau dia lagi ada di rumah sakit jiwa," ungkapnya tanpa menaruh kecurigaan secuil pun."Aku gak tahu apa hubungannya dengan semua ini," sambung Vemilla masih menaruh ekspresi curiga semakin pekat. "Cuman, Mamah Tyana minta aku handle Kak Davian," lanjutnya mengedikkan bahu, mengalir depan dua sahabatnya.Mendengar hal itu, Ghania teringat peringatan Petra tentang kemarahan Davian yang menyeramkan, sekalipun dia tidak pernah menyaksikannya secara langsung. Namun, peringatan Petra sudah sangat jelas.Ghania berdebar, panik. "Kalau gitu, ayo cepetan ke sana, ayo, cepet, cepetan ...." Spontan Ghania menarik tangan Vemilla dan Theliza secara bersamaan.Melesat meninggalkan wahana permainan yang belum mereka pijaki lebih dari sat

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 124—MAS

    Wanita cantik berkulit bening itu memang melahirkan Davian, tetapi dia kehilangan banyak momen pertumbuhan putranya sendiri, dia bahkan lebih buruk dari asisten rumah tangga yang dia bayar untuk menemani pertumbuhan Davian.Dalam diam Tyana merengek, dia bergetar, bukan karena takut, hanya saja dia gelisah jika sang putra tidak bisa mengendalikan diri dan mengakibatkannya tersandung masalah besar yang bisa menghambat kehidupannya."Selama ini saya hanya sibuk berbisnis, sehingga kami melupakannya dan kami sadar ini adalah kesalahan terbesar kami, Davian tumbuh tanpa kehadiran kami, dia bersikap sesuai dengan apa yang kami lakukan." Tyana malah mengeluh dan tiada hentinya menyalahkan dirinya.Menghela napas sejenak. Mata dipejamkan tanpa celah. Teringat jika sang putra sudah memiliki istri. "Pak, tolong ikuti Davian, pantau dia, jangan sampai dia berbuat gegabah, saya akan hubungi istrinya.""Baik." Polisi itu bergegas masuk ke rumah sakit, mengikuti jejak Davian.Sementara Tyana melen

  • Menjaga Adik Sahabatku   Bab 123—MAS

    Bening air mata sang putra menjadi butiran pedih yang menyeruak masuk ke dalam diri Tyana secara paksa, ditambah bibir Davian yang bergetar, ia seperti melihat guncangan besar menyerang sang putra.Tyana mengelus lengan putranya untuk ke sekian kalinya. "Mama tahu, kamu sangat dekat dengannya, tapi ..., kamu harus paham kalau tante kamu, keluarga kita dan—""NO!" bantah Davian menepis tangan Tyana hingga tubuh wanita itu terhempas.Berguling kecil tanpa menjatuhkan dirinya, keseimbangan tubuh wanita itu masih bertahan, hanya air mata yang menggunung di bola matanya lantas terlempar, dia menyaksikkan dengan sendiri kemarahan Davian yang tidak stabil.Tyana bergetar, melihar putranya marah besar, warna matanya menyala—pupil membesar, bawah mata memerah, ditambah rahang pria bertubuh kekar itu mengeras, gigi tak ketinggalan; ia mengerat."Aku gak kenal si pem bu nuh itu! Kita gak pernah ketemu dan ..., aku gak akan mau mengakuinya, kami hanya orang asing!" gertak Davian mengepalkan ke-du

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status