Share

Bab 2

Author: Haura Naila
"Jilly, kamu bercanda, 'kan? Aku ini pacarmu, Elton!" Elton kembali menggenggam tanganku sambil tersenyum.

Namun, ketika dia melihat ekspresi ketakutan di mataku, dia berpikir aku sedang berpura-pura. Suaranya mulai menunjukkan ketidaksabaran, "Aku salah karena mendorongmu ke laut, tapi kamu nggak perlu bersikap seperti ini, 'kan? Kamu baik-baik saja sekarang, bukan?"

"Pacar? Kamu ngomong apaan? Pacarku Shawn!" Aku buru-buru melepaskan tangannya dan memeluk bantal di dadaku. Kemudian, aku menatapnya dengan tatapan tajam dan waspada.

Aku sama sekali tidak mengenalnya!

"Apa?! Siapa yang kamu bilang pacarmu?!" Mata Elton langsung dipenuhi amarah. Dia meninju meja di samping tempat tidur dan berteriak marah. Shawn adalah musuh bebuyutannya.

Sejak kecil, dia selalu kalah dari Shawn dan sangat membencinya. Nama Shawn bahkan tidak boleh disebut di depannya.

Aku melihat sekeliling kamar rumah sakit yang kosong, lalu menatap Elton yang semakin mendekat dengan wajah marah. Aku berteriak dengan cemas, "Jangan sentuh aku! Aku nggak kenal kamu!"

Teriakanku itu membuat dokter dan perawat berlari masuk ke ruangan. Melihat betapa aku menolak keberadaan Elton, perawat lalu memintanya untuk keluar dari kamar dan menunggu di luar.

Dokter melakukan serangkaian pemeriksaan dan menanyakan banyak hal padaku. Setelah selesai, dia menyuruhku untuk beristirahat.

Elton tetap berdiri di luar kamar. Setelah menenangkan diri sejenak, dia menghampiri dokter dan bertanya dengan cemas, "Dok, sebenarnya apa yang terjadi pada pacarku? Kenapa dia nggak mengenaliku lagi? Bahkan menganggap pria lain sebagai pacarnya!"

"Dia mungkin mengalami gangguan ingatan akibat trauma di kepalanya. Lambat laun, ingatannya mungkin akan kembali. Untuk saat ini, jangan paksa dia dulu," jawab dokter sambil memberikan peringatan.

Elton mendengarnya, tapi sama sekali tidak percaya. Mana mungkin aku cuma lupa padanya seorang?

Begitu dokter pergi, Elton langsung masuk ke kamar. Dia memaksaku berbaring di tempat tidur dengan marah dan bertanya dengan kasar, "Aku cuma mendorongmu ke laut! Apa kamu perlu sampai pura-pura amnesia?!"

Perawat yang mendengar kegaduhan itu, bergegas masuk dengan beberapa orang dan menarik Elton keluar dari kamar.

"Pacar macam apaan kamu ini? Jangan ganggu dia lagi! Kalau nggak, dia nggak akan ingat sama kamu selamanya!" Perawat melihat ke arahku yang meringkuk di atas tempat tidur melalui jendela kecil di pintu, lalu berbalik memperingatkan Elton.

Namun, Elton sama sekali tidak peduli. Dia ingin melihat seberapa lama aku bisa berpura-pura.

Tidak lama kemudian, orang tuaku datang ke rumah sakit.

Elton takut insiden dia mendorongku ke laut akan terbongkar, sehingga dia bahkan tidak memberi tahu mereka bahwa aku dirawat di rumah sakit.

Keluarga Elton memang memiliki status yang cukup tinggi di ibu kota. Namun, keluargaku juga tidak kalah berpengaruh. Terlebih lagi, saat ini perusahaan keluarga Elton sangat membutuhkan investasi dari ayahku dan aku sendiri adalah kepala arsitek di perusahaan tersebut.

Elton membutuhkan sumber daya dari keluargaku dan juga kekuasaanku.

"Paman, Bibi, lihat saja. Akting Jilly meyakinkan sekali sampai berpura-pura nggak kenal aku. Barusan dia bahkan mencakar lenganku," Elton tertawa sambil melapor ke orang tuaku.

Orang tuaku terkejut. Mereka segera berlari ke arahku dan bertanya dengan cemas, "Jilly, kamu masih kenal kami, 'kan?" Mereka khawatir aku juga akan melupakan mereka.

"Ayah, Ibu, kalian ngomong apaan? Mana mungkin aku nggak kenal kalian?" Aku tersenyum melihat ekspresi khawatir di wajah mereka. Mendengar jawabanku, mereka langsung menghela napas lega.

Namun, ketika melihat wajahku yang pucat dan lelah, mereka tampak khawatir dan penuh kasih sayang. Sambil membelai wajahku, mereka bertanya dengan lembut, "Jilly, dokter bilang kamu hampir tenggelam dan harus diselamatkan semalaman? Bukannya kamu takut air, kenapa pergi ke laut?"

Saat itulah, aku melihat Elton masuk ke dalam ruangan. Aku langsung berteriak ketakutan, lalu bersembunyi di belakang mereka. "Ayah, Ibu, orang ini gila! Jangan biarkan dia dekatin aku!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
rasain luuu laki" apaan kayak gitu , suka selingkuh lagi
goodnovel comment avatar
krisdian
Ternyata perannya sih jilly berpura pura lupa
goodnovel comment avatar
Akbar Fahrezy
sangat bagus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menjalin Cinta Dengan Musuh Pacarku   Bab 20

    Shawn pertama kali bertemu Jilly di pertunjukan klub musik. Jilly berdiri di bawah pentas sambil bernyanyi.Pada malam musim panas, dengan diiringi alunan musik yang merdu, Jilly memegang dua tongkat cahaya sambil menari.Rambut panjangnya tergerai di bahu. Jilly memakai kaus biru dan celana jeans. Kulitnya putih, matanya cerah, membuatnya terlihat sangat ceria.Hanya dengan melihat sekilas, Shawn langsung terpana. Dia berdiri di belakang Jilly. Karena terlalu bersemangat, Jilly yang mundur dua langkah sontak terjatuh di pelukan Shawn."Maaf, aku terlalu semangat tadi." Jilly tersenyum kepadanya. Senyumannya sangat manis, membuat Shawn makin jatuh hati.Sejak saat itu, Shawn terus mencari Jilly. Dia ingin tahu nama Jilly. Namun, begitu menemukan Jilly, Shawn malah dibawa keluarganya ke luar negeri. Dia pun cuti dari kuliahnya selama dua tahun.Ketika Shawn kembali, Jilly sudah bersama Elton. Bahkan, Shawn mendengar kabar Jilly masuk rumah sakit karena Elton. Begitu mendengar kabar ini,

  • Menjalin Cinta Dengan Musuh Pacarku   Bab 19

    Begitu kedua bibir bersentuhan, mata Shawn sontak terbelalak. Ini pertama kalinya kami berciuman. Sebelumnya aku pernah mencium Shawn, tetapi hanya di pipinya.Shawn mendongak dan menahan belakang kepalaku. Dia mencium dengan makin intens. Sesaat kemudian, dia berbalik supaya aku berbaring di ranjang. Selanjutnya, ciuman menjadi makin panas, begitu juga suasana di kamar."Shawn ...." Aku merasa agak sesak napas. Lidahku kelu. Aku mendongak dan menahan tubuh Shawn, lalu berucap dengan wajah memerah. "Sepertinya kita terlalu terburu-buru?"Tatapan Shawn tampak mendalam. "Maaf, aku agak mabuk." Meskipun berkata begitu, Shawn tetap menindihku dan merangkul pinggangku. Dia memelukku sambil tidur.Aku meronta-ronta sesaat, tetapi tidak bisa bergerak. Aku menoleh melirik Shawn. Wajah tampannya terlihat sangat tenang. Sepertinya dia benar-benar tertidur. Karena tidak bisa ke mana-mana, aku pun tidur semalaman di rumah Shawn.Keesokan pagi, begitu membalikkan tubuh, aku jatuh ke pelukan yang ha

  • Menjalin Cinta Dengan Musuh Pacarku   Bab 18

    Aku mencari ke sekeliling. Di kamar lantai dua, aku akhirnya menemukan Shawn.Sekujur tubuh Shawn dipenuhi bau alkohol. Dia duduk di pinggir ranjang sambil memegang sebotol anggur merah. Di pelukannya, terlihat sebuah bingkai foto. Setengah kancing bajunya terbuka, memperlihatkan dadanya yang kekar.Ketika aku menjulurkan tangan untuk mengambil anggur merah itu, Shawn melepaskannya begitu saja. Namun, ketika aku hendak mengambil bingkai foto itu, Shawn sontak membuka matanya dan menatapku lekat-lekat. Dia terlihat mabuk."Jangan sentuh," ucap Shawn dengan suara agak serak.Begitu mendengarnya, aku menjadi penasaran. Aku berucap sambil tersenyum, "Kasih aku lihat dong.""Nggak mau." Shawn mengernyit.Ketika melihatnya begitu keras kepala, aku tidak membujuk lagi. Aku memapahnya untuk berbaring, lalu melepas sepatunya dan pergi menuang air untuknya.Ketika Shawn meminum air, aku memanfaatkan kesempatan untuk melirik foto itu. Itu adalah foto saat aku menciumnya. Apa yang berharga dari fo

  • Menjalin Cinta Dengan Musuh Pacarku   Bab 17

    Elton hanya bisa meratapi nasibnya. Dia tidak punya rumah untuk pulang lagi. Dia tidak punya teman, tidak punya saudara, tidak punya kekasih.Elton tiba-tiba teringat saat dirinya baru tamat kuliah. Saat itu, dia memukul orang sampai orangnya masuk rumah sakit. Dia diusir ayahnya dan Jilly yang membantunya mengatasi masalah.Dulu, hanya dengan satu pesan atau panggilan dari Elton, Jilly akan langsung datang ke sisinya."Jilly ...." Elton duduk di depan rumahku untuk waktu yang sangat lama. Ketika melihatku keluar, dia langsung bangkit dan memanggilku.Langkah kakiku terhenti. Aku tertegun menatap Elton yang terlihat begitu berantakan. Elton dihajar sampai babak belur. Dia tidak lagi terlihat berkarisma seperti dulu. Pakaiannya pun kotor."Pak Elton, apa ada urusan?" tanyaku dengan ekspresi datar.Ketika mendengarku memanggilnya dengan begitu formal, Elton menatapku dengan mata berkaca-kaca. Dia tahu kami tidak bisa kembali seperti dulu lagi."Jilly, andai saja kamu nggak hilang ingatan

  • Menjalin Cinta Dengan Musuh Pacarku   Bab 16

    Elton tidak bisa berkata-kata lagi. Dia mencari alasan, lalu bertanya kepadaku, "Aku nggak serius dengan Rachel. Gimana denganmu dan Shawn? Atas dasar apa kamu mengatakanku seperti itu? Kamu juga sudah tidur dengan Shawn, 'kan?""Apa urusannya denganmu?" tanyaku sambil tersenyum dingin. Aku menatapnya dengan tatapan suram dan meneruskan, "Aku yang dulu sudah mati saat kamu mendorongku ke laut. Sejak saat itu, kita nggak punya hubungan apa pun lagi."Elton menatapku yang bersikap dingin dengan ekspresi sedih. Dia menggenggam tanganku dengan mata memerah, lalu masih mencoba membela diri lagi, "Aku nggak mau putus denganmu. Paling-paling aku campakkan Rachel. Aku nggak mencintai Rachel. Aku mencintaimu."Hubungan tiga tahun ini telah mengakar di hati Elton. Elton yakin aku akan terus mencintainya. Aku ingin menyingkirkan tangan Elton, tetapi dia menggenggamnya dengan makin erat.Ketika melihat situasi ini, ayahku segera menghampiri dan menarikku ke belakangnya. Kemudian, dia menampar Elto

  • Menjalin Cinta Dengan Musuh Pacarku   Bab 15

    Mata Elton sontak berbinar-binar. "Serius, Jilly? Kamu sudah ingat padaku?"Elton buru-buru maju dan menggenggam bahuku dengan penuh antusiasme. Matanya memerah.Di sisi lain, begitu mendengar ucapanku, Shawn langsung mematikan tabletnya dan menatap foto kami yang ada di sampingnya dengan tatapan suram.Pada akhirnya, mimpi harus berakhir. Shawn harus bangun."Aku pacarmu. Kamu sudah ingat?" Tenaga pada tangan Elton makin kuat. Nada bicaranya juga terdengar mendesak."Aku ingat," sahutku dengan dingin.Begitu mendengarnya, Elton hendak memelukku. Namun, aku mendongak dan menahan dadanya."Aku ingat kamu menyatakan perasaanmu kepadaku tiga tahun sebelum aku menerimamu. Aku juga ingat, kamu terharu sampai menangis waktu aku menerimamu. Kamu juga janji kita akan bersama selamanya. Aku ingat semua ini," ucapku dengan mata memerah."Tapi, apa kamu ingat?" tanyaku balik kepada Elton.Elton seketika tidak bisa berkata-kata. Aku bertanya lagi, "Kamu bilang kamu membawakanku payung dan menganta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status