Share

12. Pelanggan

Penulis: Shaveera
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-12 21:16:01

Waktu terus berjalan, pesanan desain kurang satu minggu harus selesai. Semua bekerja dengan semangat, kali ini adalah pelanggan yang termasuk sering berganti desain interior. Kami selalu mengutamakan kwalitas terbaik dengan pelayanan yang memuaskan. Tiba-tiba telepon selulerku berbunyi, lalu aku angkat dan terdengar suara Irene dari seberang.

"Ann, siapakan proporsal untuk di ajukan pada PT. Megah Raya. Dia mengadakan event yang lumayan menguras otak!" perintah Irene dari seberang.

"Dengan tema apa?" tanyaku.

"Tema alam, buat segahar mungkin. Kerena ownernya sangat menyukai suasana alam," jelas Irene.

"Jika gahar apa tidak akan makan banyak biaya, Ire?" tanyaku sedikit ragu.

"Tenang ada dana yang khusus untuk event itu. Kamu siapkan saja tim terbaikmu!" kata Irene.

"Dan satu lagi, jangan lupa nanti jam sembilan ada rapat dewan direksi membahas raport kerja semua anggota tim!" kata Irene.

"Siap, bos!" jawabku semangat.

Aku pun meletakkan kembali gagang telepon ruangan itu, lalu memandang satu per satu anggota tim yang aku miliki. Sejak aku menjadi kepala devisi ini, anggota aku bagi menjadi tiga tim yang berisi tiga orang. Dalam devisiku terdapat sembilan karyawan wanita dan satu karyawan pria, jadi bila dijumlah ada sebelas orang dalam satu ruangan termasuk aku.

"Hallo, gaes! Ada sedikit pengumuman buat kalian." Kuedarkan pandanganku kesagala arah, mereka terlihat menengadahkan kepala untuk menanti kabar selanjutnya dariku.

"Boleh di shere, Ibu Ann?" tanya Gendis.

"Satu minggu lagi pesanan atas nama Ibu Geraldine sudah tuntas. Ini akan ada job yang lebih ekstrem lagi. Apa kalian sanggup?" tanyaku.

"Seekstrem apa, Ibu Ann?" tanya Amel.

"Pelanggan ingin desain tema alam bebas tetapi yang gahar, jika desain kalian sesuai dengan akspetasinya maka cuan akan mengalir deras," ucapku.

"Tema alam? Air terjun, hutan lindung, atau sungai dengan aliran deras?" ucap Anton.

"Bisa jadi, tetapi terlihat gahar dari segala lini!" kataku.

Semua anggota tim yang aku miliki terlihat serius memikirkan sebuah ide yang gahar. Aku melangkah memuju pintu keluar untuk menghadiri rapat dewan direksi. Sebelum itu aku pamit terlebih dahulu agar jika ada yang mencariku mereka bisa menjawab di mana keberadaanku.

"Jika ada yang mencariku, katakan aku sedang ada rapat bersama dewan direksi. Tetapi jika hal itu sangat mendesak hubungi saja, aku tidak mengapa!?" kataku dengan tegas.

Terlihat mereka menganggukkan kepala secara serempak. Aku tersenyum melihat reaksi mereka yang kompak. Akhirnya aku melangkah meninggalkan ruanganku menuju ruang rapat.

Di dalam ruangan ternyata semua jajaran staf dan kepala bagian sudah berkumpul hanya menyisakan aku seorang.

"Maaf, saya terlambat!" ucapku sambil membungkuk memberi hormat.

"Anda tidak terlambat, Ibu Ann. Tetapi kami saja yang datang lebih awal," jawab Pak Hasan kepala bagian humas.

"Baiklah, semua sudah lengkap sekarang rapat segera di mulai. Silahkan saudara Irene untuk membuka rapat kali ini!" kata Pak Yunus sang owner PT. Desain Megah Raya( DMR).

Irene pun berdiri mulai membuka rapat sekaligus laporan tahunan terakhir. Semua memperhatikan penjelasan Irene tentang rugi laba tahunan yang berhasil diperoleh perusahaan atas kinerja kami para karyawan.

"Tahun ini pendapatan kita naik drastis. Orderan desain datang silih berganti, mereka seakan tidak pernah puas dengan satu mode desain. Hal inj sangat bagus untuk perkembangan usaha ini," kata Irene.

Irene tampak menarik napas panjang, hatinya bergetar saat melihat sosok netra cokelat yang juga sedang menatap manik matanya. Abian nama pemuda tersebut, kepala bagian periklanan.

"Semua ini berkat kerja keras tim desain interior yang mau bekerja lembur. Selamat untuk Ibu Ann yang telah berhasil membimbing anggotanya?!" kata Irene sambil melirik manik mata yang indah.

"Terima kasih," balasku.

Sementara di ruang desain terjadi kehebohan akibat kedatangan seorang wanita cantik yang sedang ngamuk. Aku mendapat laporan via chat dari Gendis. Ponselku sengaja aku silent, berhubung ini terlihat masalah serius maka terpaksa aku ijin keluar dari rapat.

Semua peserta rapat awalnya tidak setuju, tetapi setelah aku tunjukan chat dari Gendis maka mereka segera memberiku ijin keluar dari ruang rapat.

"Silahkan selesaikan masalah pelanggan itu, Ibu Ann!" perintah Pak Yunus.

"Baik, terima kasih atas kesempatan ini. Mohon maaf!" kataku dengan nada rendah.

Setelah aku memberesi semua berkas yang aku bawa dalam rapat, aku pun gegas beranjak meninggalkan ruang rapat tersebut. Pikiranku melayang pada ruang desain. Bila melihat chat Gendis, pelanggan itu sangat cerewet dan banyak permintaan hingga membuat Gendis kuwalahan menghadapinya.

"Siapakah pelanggan itu, hingga berani memasuki ruang desain yang sangat jarang menerima tamu?" batinku penasaran.

Langkah kaki kupercepat, pertemuan hak sepatu flatku terdengar lirih. Hingga tanpa terasa aku sudah berdiri di depan pintu ruangan desain. Di depan pintu sudah berdiri Amel dengan muka yang penuh kekawatiran. Peluhnya masih mengalir perlahan.

"Ada apa, Amel? Mengapa kamu ada di luar?" tanyaku pada Amel yang terlihat gemetaran.

"I--tu, itu Bu Ann, pelanggan itu sejak tadi mengamuk mencari Ibu. Dia bilang desain yang kita ajukan kemarin ada yang kurang!" ungkap Amel.

"Baiklah, aku akan mencoba menyelesaikan masalah ini. Tetapi ngomong-ngomong siapa pelanggan itu, Amel?" tanyaku yang terlalu penasaran.

"Silahkan Ibu masuk dan melihat sendiri kekuatan dibalik sosok pelanggan itu!" jawab Amel.

Mendengar jawaban dari Amel semakin membuatku penasaran, sepertinya sosok itu memiliki kekuasan yang mutlak. Bukan pelanggan biasa. Kubuka pintu ruangan desain, dan netraku membelalak melebar sempurna. Punggung yang sangat aku hapal milik siapa. Napas kasar langsung kuhempas berulang kali.

### SA ###

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   183. Akhir yang Pilu

    "Bunda?" Aku langsung terhenyak kala mendengar panggilan Amelia, segera kuanggukkan kepala tanda membenarkan pertanyaannya. Sungguh saat melihat anggukan kepalaku, putriku itu seketika menggeser duduknya menjadi lebih dekat dengan abangnya. Sementara Quinsa sedikit merapat pada palukan Yoga. Kepalanya menelusup pada dada abangnya.Pandangan matanya terlihat ketakutan pada Amelia, aku semakin heran dengan perilaku Quinsa. Beberapa kali kudengar Yoga bersenandung islami untuk menenangkan emosi adik tirinya tersebut. Dahiku langsung mengernyit kala mengenal senandung itu. "Yoga, tolong jelaskan pada bunda, apa yang terjadi dengan adik kamu itu!" desakku."Sini, Sayang. Quinsa ikut kak Amel dulu. Biarkan Abang ngobrol sama Bunda, ya. Ayo!" ajak Amelia lembut.Perlahan pelukan Quinsa mengurai dan mulai mengendur, tatapannya menatap sendu pada Yoga. Begitu ada anggukan dari putraku, barulah Quinsa mau turun dari pangkuan sang abang. Amelia segera melebarkan senyumnya agar adik tirinya mau

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   182. Quinsa

    Setelah menghabiskan satu roll roti gulung, Quinsa tertidur di sofa. Aku hanya memandang kasian pada anak tersebut. Sedangkan Yoga masih terlelap di pangkuanku. Sangat terlihat jika aura di wajahnya begitu lelah. Kusurai rambutnya yang sedikit panjang, jariku menelusuri setiap lekuk wajah putraku tersebut."Sungguh indah pahatan ini, satu kata untuk mengambarkan seluruhnya. Tampan!" lirihku."Tampan saja tidak akan cukup untuk menatap dunia, Bunda!" kata Yoga dengan mata masih terpejam.Seketika kutarik ujung jariku yang sudah menyusuri hidungnya yang tinggi. Sungguh hampir kesemua permukaan wajahnya menirukan Jasen. Mungkin hanya bentuk hidung dan bibir yang membedakan mereka. "Lalu dengan apa kamu tatap duniamu, Sayang?" tanyaku."Dengan agama dan ilmu, Bunda. Seperti yang selalu Bunda ajarkan pada kami," jawab Yoga sambil mencoba bangkit dan duduk.Mata cokelat terang yang indah itu kini menatapku sendu, aku hanya mampu membalas tatapannya penuh tanya. Kemudian kudengar napas pan

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   181. Tamu yang Sudah Aku Tunggu

    Siluet tubuhnya masih aku ingat, tetapi ini mengapa dia membawa seorang anak perempuan? Mungkinkah dia anaknya dengan Rowena, jika kuhitung usia anak itu saat ini berkisar di usia sepuluh tahun. Apakah itu sosok Quinsa, bayi imut yang dulu sempat aku timang.Oh, Tuhan. Kuatkan hatiku, cobaan apa lagi yang Engkau hadirkan dalam hidupku kali ini. Sekuat apapun hati ini, jika bersangkutan dengan Mas Jasen pasti akan membawa luka. Meskipun terkadang rasa sepi melandaku tetapi jika dia datang bersama dengan yang lain, sakit itu kian terasa. Apakah ini maksud mimpiku beberpa hari yang lalu. Untuk apa Mas Jasen datang lagi dalam hidupku setelah sepuluh tahun tidak berhubungan dan apa maksudnya membawa Quinsa. Kemana Rowena? Berbagai pertanyaan muncul di otak kasarku. Sungguh rasanya aku tidak sanggup Tuhan."Bunda!" sapa lembut suara Quinsa.Naluriku sebagai ibu tidak dapat mengindahkan panggilan itu. Bagiku yang salah bukan anaknya melainkan kedua orang tuanya. Para karyawanku akhirnya pam

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   180. Kubebaskan Hatiku

    Sore semilir angin menerpa wajahku. Bayangan Jupri bersama Halimah masih nyata di pelupuk mata. Entah mengapa hati ini terasa sakit dan kecewa. Apakah aku sempat jatuh hati pada Jupri? Sejak mula semua rasa ini aku tolak. Namun, saat kulihat lelaki itu datang ke toko dengan membawa wanita hamil, hatiku sakit. Aku sendiri juga bingung dengan rasaku ini. Bagaimana bisa aku memupuk rasa yang belum tentu ada pada diri Jupri. Saat itu memang dia tidak ada cerita sedang dekat dengan seorang wanita manapun. Namun, pernah satu kali lelaki itu kelepasan bertanya mode baju syari terbaik dan berapa harganya. Hal ini sempat membuatku penasaran. Mungkin aku harus berusaha menepis segala rasa pada lelaki itu. Sejak kunjungan pertama Jupri dam istri menjadi sering datang dengan alasan Halimah susah makan nasi jadi dia lebih memilih kue basah ataupun roti bolu. "Aku harus segera pupus rasa ini dan lupakan semua. Kamu sudah mendapatkan bidadari yang terbaik, Jupri. Selamat!" batinku saat kulihat se

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   179. Gibran 2

    "Tadi Gibran sudah bilang lho, Nenek. Hanya itu Onty Dahlia," jawab Gibran."Iya, Sayang. Onty kan lama tidak jumpa Adik. Mungkin dia lebih senang menggoda, jadi maafkan Onty nya dong?" kataku pada Gibran sambil kuangkat dia ke pangkuanku.Namun, lelaki kecil menggeleng tanda dia tidak mau memaafkan Dahlia. Aku tersenyum melihat tingkah cucuku itu, dia sangat menggemaskan apalagi jika pipinya menggembung dengan bola mata yang berputar. Pasti bikin semua yang ada di sana ingin mencubit pipinya."Nenek, besok jika onty Dahlia pulang tidak usah dimasakin opor ayam, Ya. Biar tahu rasa!" dengusnya geram.Kulihat sejak tadi Dahlia hanya diam menatap Gibran, wanita muda itu menahan tawanya agar tidak terdengar oleh ponakannya yang lucu itu. Sementara Andin sejak tadi hanya berdiri, kini dia berjalan menuju dapur. Beberapa saat kemudian Andin sudah kembali dengan membawa piring berisi nasi opor ayam. "Ayo turun dari pangkuan nenek, Adik makan dulu!" ajak Andin."Lho Adik belum makan, sini bi

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   178. Gibran

    Dahlia dan Amelia terlihat semakin kompak dan solid. Aku sangat bahagia melihat perkembangan mereka berdua. Setelah makan siang aku pun ngobrol dengan keduanya untuk sesaat sebelum aku kembali lagi ke toko. O ya, toko kue ku sekarang sudah maju pesat dan dikenal oleh berbagai kalangan. Bahkan setiap Dahlia pulang, ada saja temannya yang nitip buat oleh-oleh.Sedangkan Amelia, dia terkadang ikut membantu di toko bila sedang senggang. Aku juga sangat bahagia karena sudah di panggil nenek oleh anaknya si Andin. Gadis itu sekarang sudah bukan gadis lagi melainkan sudah menjadi seorang ibu muda dengan anak satu."Bund, si ucrit bagaimana kabarnya?" tanya Dahlia."Jangan bilang ucrit, anak itu punya nama, Lho! Nanti jika Mbak kamu tiba-tiba dengar kamu yang akan kena omelannya," kataku."Hehe, iya ini Mbak Lia parah!" kelakar Amelia.Aku geleng kepala melihat keakraban mereka berdua. Aku dan kedua putriku selalu berbincang akrab seperti ini dalam menunggu waktu untuk memulai aktifitas kemba

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status