(Author P.O.V)
Ayuni mengerutkan kedua alisnya tidak mengerti dengan ucapan Jodi.
"Mengapa kakakmu melakukan itu padaku? Aku tidak mengenal dia," ucap Ayuni menatap Jodi dan menunggu penjelasannya.
Jodi menghela napasnya dengan berat kemudian dia berkata, "Aku dan dia selau berselisih terakhir dia ingin mencelakai aku dan sekarang kamu yang menjadi sasarannya karena dia tahu kamu seseorang yang berharga dalam hidupku," tuturnya.
Ayuni terpegun sesaat mendengar penuturan Jodi, memikirkan seburuk apakah perselisihan itu hingga harus melibatkan orang luar ke dalam permasalahan mereka? Apa memang seperti itu drama konflik orang-orang kaya?
"Mencelakaimu bagaimana?" tanya Ayuni.
"Nanti kau akan tahu, sekarang masuklah! Sudah waktunya untuk kau bekerja," titah Jodi.
"Hm baiklah," jawab Ayuni. Dia pun akhirnya berpisah di depan gerbang pabrik dan melepaskan genggaman erat tangan Jodi yan
Maafkan penulis yang masih banyak kekurangan dalam menulis cerita ini! Jika berkenan silahkan beri ulasan dengan memberikan penilaian menyalakan bintang. Agar lebih semangat lagi dalam melanjutkan cerita selanjutnya. Terima kasih...
(Author P.O.V) Tatapan gadis itu sedikit membuat Ayuni gamang, "Iya, aku Ayuni!" jawabnya. Gadis itu beralih menatap Jodi kemudian turun pada tangan mereka yang bertaut saling menggenggam. Ayuni yang melihat pandangan itu segera hendak melepaskan gengaman tangannya, namun Jodi mencegahnya dengan mengeratkan genggaman itu. "Kamu siapa?" tanya Jodi. "Aku Tania, putri Bramantyo!" jawab gadis itu. "O-oh kau putrinya Pak Bram, hallo apa kabar?" sahut Ayuni. Tania menyunggingkan bibirnya, "Kabarku buruk, hariku menjadi buruk karena mengharuskanku bertemu denganmu," jawabnya. Jodi sudah bisa memahami situasi, Tania yang nampak tak senang dengan kakak tirinya, Ayuni. "Ada perlu apa?" tanya Jodi. "Aku hanya ingin melihat wanita yang tidak tahu malu ini, bagaimana apa kau senang sudah mendapatkan warisanmu?" ucap Tania dengan sinis. Ayuni merasa tidak nyaman denga situasi
(Author P.O.V) Heru berjalan dengan cepat menuju ruangan di mana Ayuni berada, dia bisa tahu akan terjadi keributan besar dilihat dari gelagat Tania. "Tok...tok.tok... "Maaf mengganggu Bu!" sapa Heru. "Tidak apa-apa, ada apa Pak Heru?" balas Ayuni, menghentikan gerakan jari jemarinya yang sedang menari lincah di keyboard laptopnya. "Ada Nona Tania di depan, dia menunggumu di sana sekarang," jawab Heru. "A-ah iya," Ayuni menjawab dengan sedikit terbata, perasaannya menjadi tidak karuan. 'Bukankah dia mengatakan akan datang lagi besok? Mengapa sekarang dia sudah datang lagi?' batin Ayuni. "Saya akan segera ke sana Pak Heru," lanjut Ayuni, setelah itu Heru pun meninggalakan Ayuni. Tania bersender pada mobilnya, dia bersikap acuh ketika orang-orang mencoba melayangkan pandang ke arahnya dengan penasaran, tidak lama ia melihat Ayuni datang. "Tania, ayo kita bicara di ruangank
(Author P.O.V) Ayuni membulatkan matanya tidak percaya dengan apa yang Jodi katakan. Para pegawai pun ramai bergemuruh memberikan berbagai tanggapannya. Tania menghela napasnya, dia masih ingin membuat Ayuni menderita lebih lama lagi sebelum mengetahui tentang siapa Ayuni sebenarnya. "Kamu jangan berbohong! Kau mengatakan ini hanya karena ingin menyelamatkan aku di hadapan mereka kan?" kata Ayuni, berharap yang diucapkan Jodi suatu kebohongan. "Aku tidak bohong Ayuni!" jawab Jodi. "Tapi ayahku sudah meninggal dan ibu ... bagaimana mungkin ini ... konyol!" ucap Ayuni, dengan memaksakan senyum pedar. "Ibu kandungmu sudah meninggal dan Bramantyo adalah ayah kandungmu. Kau di rawat oleh Bu Ratih sejak kau masih bayi," jelas Jodi. "Kau ... kenapa kau bisa bisa tahu ini?" tanya Tania heran dengan menatap Jodi. Namun Jodi memilih tak menjawab. "Si Ayuni anak kandung pemilik pabrik? Ini tidak m
(Author P.O.V) Hampir satu jam berlalu, Bram resah melirik jam di tangannya berulang kali. Ia berpikir mungkinkah Ayuni berubah pikiran tidak ingin menemuinya atau Ayuni belum siap untuk berbicara dan mengetahui fakta yang sebenarnya. Bram memanggil anak buah yang tadi ia perintahkan menemui Ayuni, "Apa kau yakin dia mengtakan akan menemuiku di sini?" "Iya Tuan, saya yakin dia mengatakannya akan menemui selepas ia bekerja di pabrik," jawab anak buahnya. Bram kembali melihat jam tangannya, kemudian menghela napasnya dengan berat. Ayuni berada di dalam mobil dengan keadaan tangan terikat dan mulut yang di tutupi lakban, Ia bertanya-tanya siapa yang melakukan itu padanya. Didalam mobil ia tidak mendengar suara seseorang, hanya mendengar suara deru laju mobil yang dia tumpangi dan entah kemana tujuannya. Jodi sedang menangani pasien terakhirnya ketika sebuah panggilan masuk ke ponselnya, ia tak langsung mengangkatnya
(Author POV)Ayuni tercengang suara yang ia dengar bukan suara Tania, melainkan suara seorang laki-laki asing. Jika bukan Tania lantas siapa yang telah menculiknya? Apakah ini salah satu suruhannya juga? pikir Ayuni."Siapa kamu? Mengapa menculikku?" tanya Ayuni, dengan mata yang masih tertutup kain.Terdengar suara langkah ketukan sepatu yang mendekati Ayuni, Ayuni semakin panasaran brcampur takut dengan orang yang tengah menghampirinya."Hallo Ayuni, kau tidak tahu aku karena ini adalah pertama kalinya kita bertemu," ucap orang itu."Siapa? Itu berarti aku tidak mengenalmu, lalu untuk apa kau melakukan ini padaku?" Suara Ayuni kini semakin berat, tenggorokannya terasa kering.Orang itu memegang wajah Ayuni, dan menyunggingkan senyum. Ayuni mencoba memalingkan wajahnya sebagai bentuk ketidaksukaannya karena di sentuh.Tiba-tiba ikatan kain yang menutup matanya terbuka, dengan mata menyiny
Ayuni merapatkan bibirnya, seketika itu ia merasakan dadanya terasa sakit melihat Jodi bersama seorang perempuan cantik."Sayang, ayo Ibu antar saja ke sekolah! Om Jodi sepertinya sedang sibuk," ajak Ayuni kepada Yasmin.Yasmin yang melihat Jodi pun tahu jika ibunya merasa tidak nyaman, "Kenapa Bu? Apa karena orang yang bersama Om Jodi itu," tanya Yasmin.Ayuni tidak menjawab, ia berjalan dan menarik lengan putrinya itu agar segera mengikutinya. Dia tidak ingin Jodi melihat keberadaan mereka dan tahu jika mereka tengah menunggunya tadi. Yasmin pun mengikuti langkah ibunya.Saat mereka baru saja berjalan beberpa menit, mobil Jodi melintas melewati mereka begitu saja. Ayuni merasa ingin menangis, ia berpikir tidak mungkin Jodi tidak melihat mereka yang sedang berjalan."Siapa tante yang cantik tadi? Tumben Om Jodi tidak berhenti dan mengajak ke dalam mobilnya," celoteh Yasmin."Mungkin tadi itu pacarnya," sahut Ayuni, tanpa sadar. Yasmin menat
Ayuni menatap kosong ke arah jalan yang baru di lalaui ayah kandungnya. Entah mengapa dia merasakan ada sesuatu yang masih mengganjal, ia merasa Bram masih seperti ingin mengatakan sesuatu padanya, begitu juga dengan Ayuni. Seperti biasa Ayuni selalu tidak bisa mengungkap apa yang ada dalam hatinya dan memendamnya.Ayuni ingin mengatakan kepada Bram, bahwa ia tidak perlu merasa bersalah atas apa yang sudah terjadi. Ia bisa menerima semua yang terjadi dalam hidupnya dengan lapang dada."Ayuni, sedang apa di sana?" tanya ibunya, yang membuyarkan lamunannya."Tidak apa-apa Bu," jawab Ayuni, ia lalu menghampiri ibunya. Ayuni kembali melanjutkan memberesekan pekerjaan rumah, ia memgambil sapu dan mulai menyapu lantai rumahnya. Saat itu ia teringat kembali dengan Jodi, bayangan wanita cantik yang menggelayut manja di lengan lelaki yang dicintainya itu kembali mengusik hatinya.Siapa wanita itu? Ada hubungan apa di antara mereka? Mengapa
Dua jam berselang Jodi masih menunggu balasan Ayuni, tetapi Ayuni belum juga membalasnya. Padahal pesan itu sudah terkirim dan terbaca Ayuni. "Kenapa sih dari tadi kamu terus melihat ponselmu?" tanya Gisel, di samping Jodi yang sedang mengemudi. "Tidak apa-apa," jawab Jodi. Gisel tahu Jodi tengah berbohong padanya. Ia tahu betul jika Jodi sedang menunggu pesan dari Ayuni. Melihat reaksi Jodi, Gisel menyunggingkan senyum, itu berarti ucapannya tadi siang kepada Ayuni berhasil sesuai harapannya. Setelah beberapa jam, mereka tiba di apartemen Gisel. Setelah sebelumnya mereka menemui seseorang selama setengah jam di sebuah restoran. "Sudah sampai," ucap Jodi. "Kau tidak akan tidur denganku malam ini?" Gisel masih berusaha menggoda Jodi. "Jangan mulai, cepatlah turun! Aku lelah ingin cepat sampai rumah dan tidur," balas Jodi dengan malas. "Hmm ... baiklah." Gisel menajawab dengan kecewa dan memasang wajah merajuk.