Share

40

Jaladri berteriak sekuat tenaga.

“Pangeran! Pramesti! Woooiii!”

Windyaningrum meneriakkan nama-nama yang sama. Sesaat sepi. Hanya ada suara angin. Lalu ada guncangan gempa lagi, namun dengan kekuatan yang tidak sekuat tadi.

“Harusnya mereka tidak apa-apa,” gumam Jaladri.

Ningrum mengangguk. “Semoga saja begitu.”

Sesaat kemudian ada teriakan balasan dari kejauhan sana, dan satu kepala mencuat dari balik tumpukan bebatuan.

“Ada yang luka!?” Pangeran Wiratmaka melambaikan tangan.

Jaladri menggeleng, balas melambai.

“Kami baik-baik saja. Hanya saja kuda-kuda kami minggat entah ke mana! Kalian bagaimana!?”

Ada kepala lain muncul di belakang Wiratmaka. Itu Pramesti.

“Tidak apa-apa. Dia masih utuh kok!” Wiratmaka nyengir sambil menuding ke arah Pramesti. “Hanya kaget saja.”

Jaladri membuang napas. “Oh, syukurlah.”

<
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status