Gadis asal Kebumen itu baru saja menyandang status "Janda Cerai". Dua tahun menikah, tetapi ia masih perawan. Ternyata selama dua tahun pernikahannya, ia ... *** Pernikahan sekali seumur hidup hanyalah impian semu bagi Rengganis, dua tahun pernikahannya dengan Dewa justru menorehkan sejuta luka. Rengganis tak pernah dianggap ada dalam kehidupan Dewa, sementara Friska mendapatkan tahta tertinggi dihati Dewa. Dewa tak segan berkencan di dalam kamar saat Rengganis sedang berada dirumah. Dewa selalu berdalih karena perjodohanlah, rumah tanggnya tak dapat dipertahankan lagi. Padahal dibalik itu, Dewa terdesak karena kehamilan Friska. Akankah Rengganis menemukan cinta sejatinya setelah berpisah dengan Dewa? Atau Rengganis akan menerima kembali cinta Dewa yang telah menyadari cinta semu bersama Friska ? Ikuti kisah Rengganis, yang banyak menguras perasaan dan juga air mata.
Lihat lebih banyak"Kenapa kamu tak pernah menangis atas luka yang aku torehkan?" tanya Dewa kepada Rengganis, saat ia merangsek masuk kedalam kamar wanita yang dua tahun lalu ia nikahi. setelah tau petugas dari pengadilan agama datang membawa surat sidang perceraian yang diajukan olehnya.
Rengganis tersenyum kecut, sambil menggenggam surat sidang perceraian, ia memindahkan pandangnya kesudut jendela kamar dilantai dua yang ia tempati sendirian selama dua tahun menjadi istri dari Dewa, seorang pengusaha muda yang bergerak di bidang mebel yang sukses, "aku sudah tak pernah menangis sejak enam bulan setelah kamu mengijab atas diriku didepan kedua orang tuaku dan juga keluarga besarku." "Kenapa?" "Kenapa?" Rengganis menirukan perkataan Dewa sambil tersenyum kecut menatap mata Dewa, "karena sudah tak ada lagi yang perlu aku tangisi, bukan?" Dewa memandang heran atas kelakuan wanita cantik beriris coklat itu. Tak ada raut kesedihan yang terlihat diwajah Rengganis atas apa yang sudah ia lakukan terhadap wanita cantik asal Kebumen itu. Berkali-kali ia menoreh luka agar Rengganis menggugat cerai, tapi kenyataannya wanita dengan bibir mungil berwarna merah muda itu tak pernah sekalipun menginginkan perceraian darinya. Seminggu yang lalu adalah puncak kekesalan Dewa karena Rengganis tak juga kunjung menginginkan perceraian, sementara Dewa terdesak karena harus menikahi Friska-kekasihnya sejak duduk dibangku menengah atas-yang tengah berbadan dua. Akhirnya Dewa sendiri yang menggugat cerai atas Rengganis. Surat sidang perceraian pun baru saja Rengganis terima dan masih ada dalam genggamannya. Dewa memilih melanjutkan hubungan dengan Friska, kemudian setelah akta cerai atas Rengganis keluar, Dewa berjanji akan menikahi Friska untuk bertanggungjawab terhadap keh4m1lan Friska. Rengganis beranjak membiarkan Dewa yang masih berdiri mematung dibalik pintu kamar yang setengah terbuka. Meninggalkan jejak di tepian tempat tidur, ia berjalan menuju meja rias lalu menjatuhkan dirinya dibangku bulat tempat dimana biasanya ia berhias demi suami yang tak pernah mencintainya. Ditaruhnya surat yang ia dapat dari petugas pengadilan agama ke dalam laci kecil di meja riasnya. Lalu ia mengeluarkan sebuah kotak berwarna biru navy, yang berisi barisan r0 k0k. "Sejak kapan kamu mer0 k0k?" Dewa terkejut dengan apa yang ia lihat, Rengganis yang ia ketahui adalah seorang wanita lugu dan penurut, kini dihadapannya wanita lugu itu sedang menyesap sebat ang r0 k0k ,"apa yang kamu lakukan? Setahuku, kamu tidak pernah mer0 k0k." Rengganis menyesap dalam-dalam sebat ang r0 k0k, hingga percikan bara dari r0 k0k melalap hampir separuh bat ang r0 k0k yang terselip antara jari telunjuk dan jari tengahnya. Dewa yang merasa dirinya tak dihiraukan, merebut r0 k0k dari tangan Rengganis lalu mematikannya ke dalam asbak kaca berwarna senada dengan kotak r0 k0knya. Kepulan asap keluar dari hidung dan sela bibir mungil Rengganis, "mamangnya kamu tahu apa tentang aku, Mas?" Disulutnya lagi sebat ang r0 k0k yang ia ambil dari kotak r0 k0knya. Dewa mematung, lidahnya mendadak kelu mendengar perkataan wanita cantik yang sebetulnya sangat pandai memperlakukan dirinya sebagai seorang suami yang baik. Namun, sayangnya singgasana hatinya hanya untuk Friska seorang. Hal itu yang membuat Dewa tak pernah menghiraukan keberadaan Rengganis selama dua tahun ini. "Tapi ini tidak baik untuk kesehatanmu, Rengganis!" Dewa berusaha merebut kotak berwarna biru navy itu, tapi Rengganis dengan sigap mengambilnya terlebih dahulu. "Apa pedulimu terhadap kesehatanku?" Cecar Rengganis sambil menyesap sebat ang r0 k0k yang baru saja ia nyalakan, sambil tersenyum kecut seraya berkata, "bukankah jika aku mati sebelum sidang perceraian diputuskan, kamu jauh lebih bisa leluasa menjalankan apa yang sudah kamu dan Friska rencanakan?" "Terserah apa yang mau kamu katakan, tapi jangan pernah sebut nama Friska saat aku dan kamu sedang berbicara, mengerti?!" Dewa berhasil merebut paksa r0 k0k yang berada di tangan Rengganis, hingga telapak tangannya terasa panas karena terkena bara api dari r0 k0k yang dihisap Rengganis, lalu pergi meninggalkan Rengganis dalam sepi seperti hari-hari biasanya. "Kamu ngga perlu takut, Mas," Dewa menghentikan langkahnya saat sudah diambang pintu, sementara Rengganis berkata tanpa menoleh, tatapannya kosong menembus cermin dihadapannya, "aku akan segera pergi dari rumah ini setelah sidang putusan cerai tiba. Tapi selama belum jatuh putusan cerai, aku masih akan tetap disini, karena aku masih menjadi istri sah-mu." Dewa yang masih dikuasai rasa kesal, menutup pintu kamar Rengganis dengan kencang, hingga menimbulkan suara yang sangat keras. Rengganis tersentak, jantungnya berdegup kencang. Ia mencengkram erat dadanya. Namun, justru air matanya lolos begitu saja. "Apakah pernikahanku akan benar-benar kandas?" Bisiknya pilu."Oh ... Jadi lu jatuh cinta karena ditabrak, bro," Irwan terus mengejek Harish sambil terus terkekeh, tapi Harish tak menanggapi ocehan sahabatnya itu, justru ia fokus kepada sosok lelaki yang baru saja melewatinya dan saat ini sedang duduk tepat dibelakangnya. "Makan nih," Dewa menyodorkan sekotak bekal makanan yang ia bawa dari dalam mobilnya, dan diberikan begitu saja kehadapan kedua temannya. Dan ia yang tak menyadari telah memilih tempat duduk persis tepat dibelakang Harish, lelaki yang baru saja membuat panas sanubarinya. "Gila ya, Rengganis masih mau bikinin bekal buat lu, walaupun lu udah gugat cerai dia," ujar salah seorang teman Dewa yang berkacamata, sambil menunjuk kotak bekal yang kini sudah ada di atas meja. "Iya gue juga ngga ngerti sama perasaan Rengganis, kemarin dia terima surat sidang perceraian perdana, dan mukanya datar aja, ngga ada tuh sedih-sedihnya. Malah tadi pagi sempat-sempatnya dia bikinin gue sarapan, bawain bekal segala, gue ngga ngerti terbuat dari a
Di lain tempat, di lantai tiga rumah sakit, seorang lelaki berpakaian casual terlihat gelisah, ia menghentak-hentakkan satu kakinya di kolong meja kerja yang diatas mejanya terdapat tulisan HARISH OMAR - DIREKTUR.Terlihat ia sedang menantikan sesuatu yang tak kunjung tiba, dipandanginya benda pipih yang ada dalam genggaman.[Bertahanlah, aku janji akan selalu membuatmu tersenyum] seperti itu bunyi pesannya, hatinya yang gelisah berbisik, "sudah ku kirimkan pesan, tapi mengapa tak kunjung ada balasan?""Atau ... lebih baik aku telpon saja?" bisiknya lagi, saat ini hatinya benar-benar sedang terusik, "tapi sepertinya Rengganis bukan tipe wanita yang senang dengan lelaki yang terlalu banyak bicara, nyatanya tadi saja ia tak merespon dengan baik saat aku banyak bicara padanya."Saat hati Harish sedang merasakan keresahan karena ponselnya tak kunjung memberikan notifikasi, tiba-tiba ponselnya berdering, gegas lelaki bertubuh atletis itu menyambar
Dewa kembali ke dalam rumah, ia mencari Rengganis yang ternyata sudah duduk di sofa dan melihat Harish--lelaki asing--yang sedang membantu mengangkat kaki kiri Rengganis, yang sampai saat ini masih sah menjadi istrinya."Hei, apa-apaan kamu, seenaknya menyentuh dia!" Bentak Dewa dengan tangan yang menunjuk ke arah Rengganis, ia tak terima melihat Rengganis disentuh lelaki lain, ada rasa panas di dalam sanubarinya."Sabar bro, saya hanya membantu," jawab Harish tenang, sambil menepuk pundak Dewa dan berlalu meninggalkan rumah yang lebih terasa seperti neraka bagi Rengganis, "jaga adikmu baik-baik, jika kamu tidak bisa menjaga adikmu dengan baik. Jangan salahkan jika saya merebut paksa dia untuk saya jaga."Mendengar perkataan Harish, Rengganis merasakan pipinya menghangat. Baru pertama kali ia merasakan ada yang menyentuh hatinya, setelah dua tahun terakhir ini hatinya terasa mati.Dewa mematung mendengar kata-kata Har
Wangi parfum yang menguar dari seseorang yang menopang tubuh Rengganis saat ia hampir terjatuh karena didorong oleh wanita yang merajai hati suaminya. Wangi parfum itu menerobos hingga ke memorinya. Ia ingat betul siapa pemilik wangi itu dan tangan atletis yang menopangnya, karena baru saja ia bertemu dengan pemiliknya, Harish. "Kamu ... Kok bisa?" ucapnya terputus, tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Ternyata tanpa sepengetahuan Rengganis, Harish membuntutinya hingga ke rumah, dan melihat semua yang telah terjadi pada Rengganis. Untungnya dengan sigap Harish menopangnya, terlambat sedikit saja, Rengganis akan jatuh ke lantai yang keras karena hilang keseimbangan. "Rengganis! Sini kamu, perempuan macam apa kamu ada didekapan lelaki yang tak kamu kenal. Hah!" Dewa menarik tangan wanita yang berstatus sebagai istri sahnya, dan seketika Rengganis tersadar bahwa ia masih berada di dekapan Harish. Namun dengan sigap Ha
"Maaf ibu guru, saya minta alamatnya untuk memastikan tujuan kita tidak salah," gurauan Harish membuyarkan lamunan Rengganis. "Aku turun disini saja, Mas." jawab Rengganis, sambil jemarinya bermain diatas layar datar untuk memesan taksi online, "nanti aku naik taksi online saja. Mas Harish bisa melanjutkan kegiatan hari ini. Sekali lagi, maaf atas kejadian tadi." "Serius? Hey, aku beneran mau antar kamu, kok," Harish memastikan, "aku ngga mau kamu nanti kenapa-kenapa." "Aku ngga apa-apa," Rengganis tersenyum, sambil menunjuk mobil yang berhenti tepat didepan mobil Pajero Sport yang milik Harish, "taksi aku sudah sampai, Mas. Terima kasih, maaf sudah merepotkan." Harish hanya menganggukkan kepalanya perlahan. Sebenarnya tak sampai hati melihat wanita cantik yang menabraknya tadi berjalan perlahan dan tertatih-tatih menuju taksi online didepannya. Namun, akan percuma saja jika ia terus memaksa, karena menurut Harish, seperti
Harish membantu Rengganis untuk berjalan dengan memapahnya hingga keluar ruangan IGD. Langkahnya pelan, mengimbangi kaki Rengganis yang masih terasa nyeri akibat kecelakaan itu. Di depan lobby rumah sakit, Pajero Sport putih milik Harish sudah terparkir rapi. Dengan sigap, Harish membuka pintu mobil untuk Rengganis, kemudian membantu memapahnya kembali. Saat itu ingin rasanya menolak, tapi Rengganis tak kuasa, karena memang saat itu ia membutuhkan bantuan untuk berjalan. "Ini kamu sendiri yang akan nyetir, Mas?" tanya Rengganis. "Iya atuh saya kan supir, ya nyupir sendirilah, masa kamu yang nyetir," jawab Harish dengan nada bergurau. "Maksudnya kan kamu habis kecelakaan, itu juga tadi kata dokter kakinya dapat tujuh jahitan," "Kecelakaan?" sambil mengemudikan mobilnya melaju ke luar area rumah sakit, Harish menggoda Rengganis, "aku ngga kecelakaan, tapi lebih tepatnya ditabrak?"
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen