Home / Romansa / Meraih Cinta Setelah Berpisah / Bab 7 Tawa dalam Luka

Share

Bab 7 Tawa dalam Luka

last update Last Updated: 2025-01-21 14:24:53

Harish membantu Rengganis untuk berjalan dengan memapahnya hingga keluar ruangan IGD. Langkahnya pelan, mengimbangi kaki Rengganis yang masih terasa nyeri akibat kecelakaan itu.

Di depan lobby rumah sakit, Pajero Sport putih milik Harish sudah terparkir rapi. Dengan sigap, Harish membuka pintu mobil untuk Rengganis, kemudian membantu memapahnya kembali. Saat itu ingin rasanya menolak, tapi Rengganis tak kuasa, karena memang saat itu ia membutuhkan bantuan untuk berjalan.

"Ini kamu sendiri yang akan nyetir, Mas?" tanya Rengganis.

"Iya atuh saya kan supir, ya nyupir sendirilah, masa kamu yang nyetir," jawab Harish dengan nada bergurau.

"Maksudnya kan kamu habis kecelakaan, itu juga tadi kata dokter kakinya dapat tujuh jahitan,"

"Kecelakaan?" sambil mengemudikan mobilnya melaju ke luar area rumah sakit, Harish menggoda Rengganis, "aku ngga kecelakaan, tapi lebih tepatnya ditabrak?"

"Ih ..." Rengganis terlihat kesal tapi juga menyesali kecelakaan tadi, "aku ngga sengaja ... tadi aku juga sudah minta maaf, lagipula aku sudah bertanggung jawab, kan?"

Haris tersenyum mengejek Rengganis sambil mengangguk-anggukan kepalanya, sementara Rengganis hanya meliriknya sekilas tanpa berkomentar apa pun lagi. Pandangannya hanya tertuju ke luar jendela yang berada disisi kirinya.

"Mau langsung aku antar ke rumah atau mau ke apotek dulu untuk membeli tongkat untuk kamu berjalan?" tanya Harish.

"Hah, ngapain pakai tongkat? Astaghfirullah ... Aku ngga separah itu kali, ih ... Ada-ada aja, hahaha ..." Rengganis tertawa menanggapi pertanyaan Harish.

"Nah, gitu dong ketawa, dari tadi dilihat mukanya ditekuk terus kaya dompet tanggung bulan, neng," Harish kembali meledek Rengganis.

"Ih, kok, neng, perasaan tadi manggil aku teteh, sekarang, kok, neng," Rengganis gantian meledek Harish.

"Iya, soalnya aku baru tau ternyata kamu itu lima tahun lebih muda dari aku, ternyata kamu masih kecil, tapi kok mukanya sepuluh tahun lebih tua dari usianya sih, hahahahaha ..." lagi-lagi Harish meledek Rengganis, "makanya jangan ditekuk terus mukanya, coba kaya tadi, kamu tertawa, terlihat cantik. Manis."

"Ih, tau dari mana? Sok tau ..." bantah Rengganis dengan sedikit mengerucutkan bibirnya yang mungil dan menyilangkan tangannya di dada.

Tapi sebenarnya Rengganis seperti mengakui pernyataan Harish. Semenjak menikah dengan Dewa, ia sudah jarang tertawa, hari-harinya penuh luka batin. Rengganis bisa melupakan luka batinnya hanya jika berada di sekolah bersama guru dan juga murid-murid kesayangannya.

"Tau dong, kamu kan kelahiran ta--huunnn ..."

Dengan sigap Rengganis membekap mulut Harish, dan membuat Harish terkekeh, "perempuan itu aneh ya, padahal kalaupun aku bilang kamu kelahiran tahun berapa, kan, ngga akan ada yang dengar selain kamu dan aku, tapi tetap saja usia selalu sensitif bagi perempuan setelah berat badan."

Rengganis memutar bola matanya dengan malas dan mengalihkan pembicaraan, dengan menanyakan hal yang mengusik hatinya sedari tadi, "kok, kamu kenal Pak Darma, Mas? Terus, kok, kamu tau tahun kelahiran aku? Memangnya kamu ini siapa sih sebenarnya? Wali murid di sekolah aku mengajar? Tapi, kok, aku ngga pernah lihat ya?"

"Widih, sekalinya ngomong ... Pertanyaannya diborong, neng," Harish terkekeh mendengar pertanyaan Rengganis yang tak terjeda, "gampang aja sih sebenernya, semua sudah ada jawabannya kok, yang pertama, kenapa aku kenal Pak Darma? Ya karena ada name tag di dadanya, Dar-maa," Harish menunjuk dadanya seolah sedang memberitahu ada name tag di dadanya.

"Yang kedua, kenapa aku tau tahun kelahiran kamu? Aku ngga hanya tau tahunnya saja, tapi tanggal dan bulan kelahiran kamu pun aku tau ... Kok bisa? Ya bisalah, soalnya tadi kan kamu meninggalkan KTP untuk mengurus administrasi sebelum kamu pergi ke ruang rontgen, nah ... Jawaban dari pertanyaan ketiga, aku bukan siapa-siapa, bukan wali murid di sekolah itu juga, karena aku belum mempunyai anak, ya gimana bisa punya anak, nikah aja belum," Harish menjelaskan panjang lebar tentang pertanyaan yang diajukan oleh Rengganis.

"Tapi ada informasi lain yang justru baru aku tau, ternyata kamu seorang guru ya," imbuh Harish, "mudahkan mendapatkan informasi tentang perempuan, apalagi kalau sudah merasa nyaman."

"Ih ... Apa sih," Rengganis mengumpat, dan memalingkan wajahnya ke arah jendela. Enggan menanggapi ocehan Harish, padahal awalnya ia yang membuka pertanyaan demi mencari jawaban karena hati yang penasaran.

Harish menepikan mobil Pajero Sport berwarna putih, yang ia kemudikan, "tadi aku ditabrak disana, eh ... salah deh, gini maksudnya, tadi pertama kali kita bertemu disana, walaupun pertemuan kita sebuah kesengajaan karena kamu menabrak aku."

"Ih, pede banget sih, emang apa untungnya aku sengaja nabrak kamu?" Rengganis mulai sewot, tak suka jika terus menerus jadi bahan olok-olok oleh Harish. Apalagi mereka tidak saling kenal. Sementara Harish terus menerus terkekeh melihat tingkah wanita cantik disampingnya.

"Oke ... Oke ... maaf Bu guru Rengganis, sekarang mau saya antar kemana? Maksud saya alamat rumah Anda dimana? Biar saya bisa antarkan Anda sampai tujuan," Harish mencoba serius dengan kata-kata baku yang ia lontarkan, "alamatnya, Bu."

Bukannya menjawab pertanyaan Harish, Rengganis justru tertunduk lesu. Ia tak tau harus kemana saat ini, suara manja Friska disebrang telepon tadi masih terngiang ditelinga Rengganis. Masih terasa sesak dan menyakitkan bagi wanita yang memiliki irish berwarna coklat itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Meraih Cinta Setelah Berpisah   Bab 12 Hati yang Hancur

    "Oh ... Jadi lu jatuh cinta karena ditabrak, bro," Irwan terus mengejek Harish sambil terus terkekeh, tapi Harish tak menanggapi ocehan sahabatnya itu, justru ia fokus kepada sosok lelaki yang baru saja melewatinya dan saat ini sedang duduk tepat dibelakangnya. "Makan nih," Dewa menyodorkan sekotak bekal makanan yang ia bawa dari dalam mobilnya, dan diberikan begitu saja kehadapan kedua temannya. Dan ia yang tak menyadari telah memilih tempat duduk persis tepat dibelakang Harish, lelaki yang baru saja membuat panas sanubarinya. "Gila ya, Rengganis masih mau bikinin bekal buat lu, walaupun lu udah gugat cerai dia," ujar salah seorang teman Dewa yang berkacamata, sambil menunjuk kotak bekal yang kini sudah ada di atas meja. "Iya gue juga ngga ngerti sama perasaan Rengganis, kemarin dia terima surat sidang perceraian perdana, dan mukanya datar aja, ngga ada tuh sedih-sedihnya. Malah tadi pagi sempat-sempatnya dia bikinin gue sarapan, bawain bekal segala, gue ngga ngerti terbuat dari a

  • Meraih Cinta Setelah Berpisah   Bab 11 Pesan yang Tak Kunjung Dibalas

    Di lain tempat, di lantai tiga rumah sakit, seorang lelaki berpakaian casual terlihat gelisah, ia menghentak-hentakkan satu kakinya di kolong meja kerja yang diatas mejanya terdapat tulisan HARISH OMAR - DIREKTUR.Terlihat ia sedang menantikan sesuatu yang tak kunjung tiba, dipandanginya benda pipih yang ada dalam genggaman.[Bertahanlah, aku janji akan selalu membuatmu tersenyum] seperti itu bunyi pesannya, hatinya yang gelisah berbisik, "sudah ku kirimkan pesan, tapi mengapa tak kunjung ada balasan?""Atau ... lebih baik aku telpon saja?" bisiknya lagi, saat ini hatinya benar-benar sedang terusik, "tapi sepertinya Rengganis bukan tipe wanita yang senang dengan lelaki yang terlalu banyak bicara, nyatanya tadi saja ia tak merespon dengan baik saat aku banyak bicara padanya."Saat hati Harish sedang merasakan keresahan karena ponselnya tak kunjung memberikan notifikasi, tiba-tiba ponselnya berdering, gegas lelaki bertubuh atletis itu menyambar

  • Meraih Cinta Setelah Berpisah   10 Pesan Misterius

    Dewa kembali ke dalam rumah, ia mencari Rengganis yang ternyata sudah duduk di sofa dan melihat Harish--lelaki asing--yang sedang membantu mengangkat kaki kiri Rengganis, yang sampai saat ini masih sah menjadi istrinya."Hei, apa-apaan kamu, seenaknya menyentuh dia!" Bentak Dewa dengan tangan yang menunjuk ke arah Rengganis, ia tak terima melihat Rengganis disentuh lelaki lain, ada rasa panas di dalam sanubarinya."Sabar bro, saya hanya membantu," jawab Harish tenang, sambil menepuk pundak Dewa dan berlalu meninggalkan rumah yang lebih terasa seperti neraka bagi Rengganis, "jaga adikmu baik-baik, jika kamu tidak bisa menjaga adikmu dengan baik. Jangan salahkan jika saya merebut paksa dia untuk saya jaga."Mendengar perkataan Harish, Rengganis merasakan pipinya menghangat. Baru pertama kali ia merasakan ada yang menyentuh hatinya, setelah dua tahun terakhir ini hatinya terasa mati.Dewa mematung mendengar kata-kata Har

  • Meraih Cinta Setelah Berpisah   Bab 9 Salah Paham

    Wangi parfum yang menguar dari seseorang yang menopang tubuh Rengganis saat ia hampir terjatuh karena didorong oleh wanita yang merajai hati suaminya. Wangi parfum itu menerobos hingga ke memorinya. Ia ingat betul siapa pemilik wangi itu dan tangan atletis yang menopangnya, karena baru saja ia bertemu dengan pemiliknya, Harish. "Kamu ... Kok bisa?" ucapnya terputus, tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Ternyata tanpa sepengetahuan Rengganis, Harish membuntutinya hingga ke rumah, dan melihat semua yang telah terjadi pada Rengganis. Untungnya dengan sigap Harish menopangnya, terlambat sedikit saja, Rengganis akan jatuh ke lantai yang keras karena hilang keseimbangan. "Rengganis! Sini kamu, perempuan macam apa kamu ada didekapan lelaki yang tak kamu kenal. Hah!" Dewa menarik tangan wanita yang berstatus sebagai istri sahnya, dan seketika Rengganis tersadar bahwa ia masih berada di dekapan Harish. Namun dengan sigap Ha

  • Meraih Cinta Setelah Berpisah   Bab 8 Pertolongan Disaat yang Tepat

    "Maaf ibu guru, saya minta alamatnya untuk memastikan tujuan kita tidak salah," gurauan Harish membuyarkan lamunan Rengganis. "Aku turun disini saja, Mas." jawab Rengganis, sambil jemarinya bermain diatas layar datar untuk memesan taksi online, "nanti aku naik taksi online saja. Mas Harish bisa melanjutkan kegiatan hari ini. Sekali lagi, maaf atas kejadian tadi." "Serius? Hey, aku beneran mau antar kamu, kok," Harish memastikan, "aku ngga mau kamu nanti kenapa-kenapa." "Aku ngga apa-apa," Rengganis tersenyum, sambil menunjuk mobil yang berhenti tepat didepan mobil Pajero Sport yang milik Harish, "taksi aku sudah sampai, Mas. Terima kasih, maaf sudah merepotkan." Harish hanya menganggukkan kepalanya perlahan. Sebenarnya tak sampai hati melihat wanita cantik yang menabraknya tadi berjalan perlahan dan tertatih-tatih menuju taksi online didepannya. Namun, akan percuma saja jika ia terus memaksa, karena menurut Harish, seperti

  • Meraih Cinta Setelah Berpisah   Bab 7 Tawa dalam Luka

    Harish membantu Rengganis untuk berjalan dengan memapahnya hingga keluar ruangan IGD. Langkahnya pelan, mengimbangi kaki Rengganis yang masih terasa nyeri akibat kecelakaan itu. Di depan lobby rumah sakit, Pajero Sport putih milik Harish sudah terparkir rapi. Dengan sigap, Harish membuka pintu mobil untuk Rengganis, kemudian membantu memapahnya kembali. Saat itu ingin rasanya menolak, tapi Rengganis tak kuasa, karena memang saat itu ia membutuhkan bantuan untuk berjalan. "Ini kamu sendiri yang akan nyetir, Mas?" tanya Rengganis. "Iya atuh saya kan supir, ya nyupir sendirilah, masa kamu yang nyetir," jawab Harish dengan nada bergurau. "Maksudnya kan kamu habis kecelakaan, itu juga tadi kata dokter kakinya dapat tujuh jahitan," "Kecelakaan?" sambil mengemudikan mobilnya melaju ke luar area rumah sakit, Harish menggoda Rengganis, "aku ngga kecelakaan, tapi lebih tepatnya ditabrak?"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status