Share

Sosok Tsundere dan Cinta Pertamanya

“Ari!” sapa Jennie dari belakang.

“Dari mana kamu tahu tentang Arya dan apa yang telah dia lakukan?” desak Ari tiba-tiba.

Aneh jika murid baru bisa mengetahui sesuatu yang bahkan belum pernah sekalipun Ari ceritakan kepada orang lain.

“I-itu, dari ...”

Mampus Jennie terpojok, bagaimana caranya menjelaskan semua ini kepada Ari, apalagi dirinya sudah berjanji kepada lelaki itu untuk tidak memberi tahu Ari apa pun yang terjadi.

“Sudahlah, lupakan! Apa pun itu, aku hanya ingin kamu merahasiakan semuanya, sekarang pergilah!”

“Kau mengusirku?” keluh Jennie.

“Mungkin,”

‘Ish, dingin sekali dia!’ batin Jennie kesal.

Jennie merajuk dan melangkah perlahan, tentu dengan raut wajah kesal, berharap tiba-tiba Ari akan memanggil dan menghentikan dirinya, sungguh Jennie ingin sekali mendapatkan perhatian lebih dari sosok itu.

Perlahan menolehkan wajahnya, dan Ari masih tetap fokus dengan bukunya, “Hah, apa ini? Bahkan dia tidak berusaha menghentikan diriku?” keluh Jennie lagi.

Tin! Tin! Tin!

“Hah, aaaaaa!!!”

Dengan gerakan cepat lengan Jennie ditarik dan langsung masuk ke dalam pelukan Ari. Napasnya menderu, dia ketakutan dan masih belum memberanikan diri membuka matanya.

“Apa kau gila! Bagaimana bisa kau berjalan tanpa memperhatikan sekeliling! Terlambat sedikit saja maka_”

“Maaf ... Terima kasih, Ari.”

Jennie semakin mengeratkan pelukannya, dia ketakutan, hampir saja menjadi korban kecelakaan. Untung saja Ari menariknya dengan cepat. Dalam batinnya, Jennie kembali merutuki dirinya yang bodoh karena berjalan tidak fokus.

“Kau sudah selesai?” ucap Ari membuyarkan lamunan Jennie dari rasa yang selalu membahagiakan jika dapat merasakan kehangatan dari seseorang di pelukannya kali ini.

“Ah, iya! Maaf, aku lupa!”

“Lupa apa?”

Jennie hanya diam, menundukkan kepalanya lalu sadar jika dirinya lupa memastikan apa Ari baik-baik saja.

“Kamu baik-baik saja kan? Tidak ada yang terluka?”

Karena terlalu fokus dengan pertanyaannya, dan tatapan yang enggan diarahkan langsung kepada empunya, Jennie terkejut saat tahu ternyata Ari sudah tidak ada di hadapannya.

‘Hah, Ari di mana?’ batin Jennie mencari-cari keberadaan Ari yang menghilang bagai angin.

Hingga Jennie berteriak, memastikan keberadaan Ari, melihat dan berputar ke sekeliling, tapi tetap saja tidak menemukan sosok itu hingga ...,

“Ada apa?”

“Aaaaa, maaf pak! Maaf ... Tadi seharusnya aku berjalan dengan melihat ke kanan dan kiri, maaf ...!” tutur Jennie kemudian membalikkan badan ke arah seseorang yang ia sangka adalah pengemudi yang jalannya terpaksa diganggu akibat ulahnya di tengah jalan.

“Dasar, cewek aneh!”

“Ha? Ish, kukira kau pengemudi tadi!” keluh Jennie yang sadar sudah salah orang.

“Apa bagimu suaraku terdengar seperti laki-laki?” tanya Ari karena mendapatkan respon seperti itu dari Jennie.

Jennie hanya menggeleng, tetapi bagi Jennie, Ari adalah seseorang yang penting, dan semua yang ada dalam dirinya adalah bagian paling spesial yang selalu Jennie kagumi.

“Sudahlah, duduk!”

Jennie masih tidak mengerti dengan maksud Ari memintanya duduk, sampai dengan cepat Ari menekan ke dua pundak Jennie memaksanya untuk duduk tanpa berkata lagi.

Ternyata bagian siku Jennie sedikit tergores, dan itu disebabkan saat Ari menarik lengan Jennie yang sedikit mengenai bagian pelat nomor kendaraan.

Dengan telaten Ari membersihkan luka gores itu dan memasangkan plester di siku Jennie.

Ya, sebenarnya Ari tadi pergi membeli obat merah kapas dan plester untuk luka Jennie, tapi ya, itulah Ari yang tak pernah memberi tahu siapa pun mengenai apa yang ingin dirinya lakukan.

Dari sini Jennie semakin menyadari, jika Ari memang orang terbaik yang pernah ia temui, haruskah meminta orang tuanya mengurus surat pindah sekolah kemari? Karena setiap Jennie mengingat batas waktunya di negara ini, itu adalah kenyataan yang kurang ia sukai. Dengan begitu berarti dirinya tak akan lagi bertemu dengan Ari.

Sosok gadis tsundere yang ia kagumi walau mendadak, inilah awal dari tugas seorang pelindung dimulai. Karena Jennie _reinkarnasi putri Liudra_ sudah mulai mengagumi kembali sosok yang dianggap pernah mengambil bagian terpenting dalam dirinya di masa lalu.

Walau kenyataannya adalah, dialah sosok Dewi yang kehilangan gelarnya demi mewujudkan kisah cinta yang indah dengan pujaan hatinya. Pangeran Aji Saka Dewandaru yang terhormat.

“Terima kasih, Ari!” ucap Jennie sambil menunjukkan senyuman terbaiknya.

Tanpa berpikir kata apa pun lagi, Ari berdiri dari bangku taman itu, bergegas menuju ke ruang kelasnya, dirinya ada janji untuk bertemu kembali dengan dosen saat jam pelajaran berakhir.

“Tunggu, Ari!”

“Aku ada janji hari ini, jangan merecokiku jika kamu saja sadar itu bukan hal yang penting.” Ari berkata sambil melepaskan genggaman tangan Jennie.

“Baiklah, kalau begitu aku akan menunggumu di pintu gerbang, aku ingin meminta pendapat darimu akan sesuatu, boleh?” pinta Jennie sungguh-sungguh.

Ari menarik napas panjang, kemudian berkata, “Apa kamu tidak memiliki teman lain?”

“Memakan waktu lama, ya?”

“Iya! Jadi akan lebih baik bagimu untuk pergi saja!”

Jennie terlihat berpikir kemudian berkata jika tak apa walaupun lama, dirinya akan tetap menunggu, tidak lupa mengatakan jika hal yang ingin ia sampaikan ini adalah sesuatu yang penting.

“Ari! Asdos memanggilmu ...!” teriak seseorang.

Bersambung ...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status