Share

Awal Kedekatan Dengan Jennie

“Hei, kau! Yang disana!” bentak seseorang di belakang Ari.

Salah, bukan Ari yang saat itu dimaksud.

Terlihat seorang lelaki datang menghampiri Biru yang saat itu berada di belakangnya agak jauh.

“Bagaimana kabarmu, kawan?”

“Jangan membentak ...!” jawab Biru sambil menepuk pundak temannya itu.

Terdengar mereka berdua yang saling bercanda juga berbicara, mungkin itu dikarenakan lamanya waktu sampai akhirnya dapat bertemu kembali.

Ari tersadar, untuk apa dirinya tetap berdiri terpaku di sana, ada hal yang lebih penting dari ini untuk segera ia lakukan.

Sama seperti hari-hari biasanya, Ari melakukan setiap jadwal padatnya di kampus, lalu pulang kembali ke rumahnya dengan damai.

Hari ini Ari memiliki jadwal untuk pulang lebih awal karena harus mengirim beberapa paket yang akan ia kirimkan kepada Kira. Sahabat baiknya dari negeri kincir angin.

Tidak seperti para remaja pada umumnya, Ari lebih suka membagikan perasaannya terhadap seseorang yang jelas jauh di seberang sana. Akan lebih menyenangkan baginya, mengutarakan sesuatu melalui sebuah teks dalam lembar demi lembar buku. Suka menulis lebih tepatnya.

***

Jadwal hari ini sudah berakhir, tepat jam 15.25 masih sempat bagi Ari untuk sekadar mengantarkan paket yang akan ia kirim ke Belanda.

Sampai dirinya melihat sesuatu yang menganggu hati saat perjalanan pulang.

‘Bukankah itu Jennie?’ batin Ari bertanya.

Ada satu orang lelaki, begitu juga dengan lima lainnya yang menunggu agak jauh, menarik paksa Jennie memasuki gedung tua yang kabarnya akan segera dirobohkan.

Tempat itu sepi, untuk apa mereka memaksa Jennie ke sana? Perasaan Ari menjadi tidak nyaman, bagaimanapun juga gadis itu mungkin belum bisa banyak berbuat di negara yang baru ia datangi. Jangan sampai dugaan buruk Ari adalah kebenaran.

Dengan cepat Ari turun dari motor kesayangannya, melepaskan helm dan membawanya.

Mengejar dengan langkah perlahan ke arah laki-laki itu membawa Jennie paksa.

Terlihat kali ini Jennie di coba untuk di bius, akan tetapi gagal karena dia menolak. Dengan bahasanya yang masih campuran membuatnya tidak bisa berteriak maupun meminta bantuan.

Seseorang di hadapannya mencoba membuka kancing bajunya, memperlihatkan bagian dalam yang masih tertutupi oleh dalaman berwarna merah.

Tidak menunggu lama, satu persatu dari mereka mencoba menyentuh bagian sensitif itu secara bergantian, membuat Jennie ketakutan dan mendesah. Tangannya diikat pada tiang besi, dalam keadaan berdiri, para lelaki itu bergantian menciumi bibir ranum Jennie yang berwarna kemerahan.

Ari tiba dan berteriak, “Dasar orang-orang gila! Jadi kalian masih berniat melakukan hal kotor di siang hari? Benar-benar menantang maut.”

Jennie sadar pernah melihat sosok itu, sosok yang diam-diam juga sering dia perhatikan. Walaupun pernah terbesit rasa aneh akibat Ari memang seseorang yang pendiam dan dingin.

“Siapa kau!?”

Hahahaha

Mereka semua tertawa terbahak-bahak, melihat seorang gadis yang memberanikan diri menantang mereka semua bersamaan.

“Bos, aku rasa di salah satu anggota geng motor Z Scorpio. Untuk apa dia di sini?”

“Mungkin gadis blasteran ini adalah temannya,” jawab laki-laki yang dipanggil bos oleh salah satu rekannya.

Ari mengerutkan keningnya, menggeleng-gelengkan kepalanya melihat para lelaki itu lebih sibuk dengan urusan diskusinya.

“Dasar banyak omong!!”

Buk buk buk.

Dengan keras dan tanpa kesulitan apapun, Ari menghajar tujuh orang di hadapannya tanpa ampun. Sebagai salah satu senior besar di kalangan atlet judo terbaik kota ini, tidak menutup kemungkinan Ari tidak mampu mengatasi mereka semua dengan mudah.

Gerakan cepat dilakukan, tinju bahkan tendangan terkuat dilancarkan. Satu-persatu berteriak ketika rasa sakit membuat bibir mereka mengeluarkan darah. Begitu juga rasa sakit di perut atas pukulan kasar yang coba Ari lancarkan.

Mereka ketakutan, sadar jika gadis yang saat ini berdiri di hadapan mereka adalah K, monster penguasa yang paling ditakuti para pelajar terutama para geng motor.

“Ampun, ampunilah kami!” mohon mereka semua.

“Akan kuampuni kalian, asal ada jaminan kalian bisa menutupi identitasku, mengerti! Bocor sedikit saja, Z sendiri yang akan memotong lidah kalian.”

Selesai kalimat itu dilontarkan oleh Ari, mereka langsung memberikan hormat dan pergi dengan kecepatan lari tunggang langgang. Hari ini adalah hati paling sial dalam kehidupan mereka, bertemu dengan K adalah bagian dari mimpi buruk.

Dengan perlahan, Ari melepaskan ikatan yang melilit tanga Jennie dengan kuat, gadis itu tersenyum, beberapa bulir air mata menggenang di pelupuk matanya, dia menangis juga bersyukur ada yang membantu dirinya. Segera bersyukur kepada Tuhannya _Yesus_

“Oh, aku benar-benar tidak tahu lagi harus bagaimana menunjukkan rasa berterima kasih kepadamu, ini! Ambillah beberapa uang ini!” ucap Jennie sambil menyodorkan beberapa lembaran uang pecahan seratus ribu kepada Ari.

“Sama-sama!” terang Ari, kemudian membalikkan badan tanpa melihat ke belakang lagi. Melenggang pergi meninggalkan Jennie yang mungkin merasa trauma, atau biasa saja.

Lagi pula bagi Ari, mungkin kebiasaan seperti bisa saja sering terjadi di peradaban barat.

Hingga Jennie berteriak, memanggil nama Ari. “Tunggu! Tunggu aku, Ari!”

Tepat di depan motornya yang kebetulan terparkir tidak jauh, di jalanan yang kebetulan sedang sepi, Ari menghentikan langkahnya tiba-tiba karena panggilan itu.

Jennie datang dan langsung mendekap erat tubuh Ari, kemudian menangis dan membenamkan wajahnya ke dalam dada Ari saat itu.

Ari kelabakan, ada apa dengan gadis di hadapannya itu kali ini. Tetapi melihatnya menangis seperti itu membuat rasa iba dalam hati Ari muncul, membalas pelukan itu dengan usapan lembut di punggung Jennie.

“Tenanglah, mereka semua sudah pergi,” lirih Ari agar gadis itu terdiam dari tangisnya.

Jennie yang mendengar ucapan itu segera melepaskan pelukannya dan menatap mata Ari, Ari memang lebih tinggi dari Jennie saat itu, lain dari Jennie yang bertubuh mungil. Ari lebih tinggi dan berpostur tegap layaknya atlet pada umumnya.

“Kenapa?” tanya Ari saat mengetahui Jennie menatapnya lekat-lekat.

Dibalas dengan gelengan cepat dari Jennie.

Kemudian Ari sadar jika kancing baju Jennie masih terbuka, membantu dengan lembut dan memasangnya kembali.

“Sebaiknya tutupi bajumu, kota ini berbeda dari kota kelahiranmu, karena kau seorang perempuan, jaga dirimu baik-baik, tidak setiap waktu ada seseorang yang bisa membantu dirimu ketika hal buruk seperti tadi menimpamu!” terang Ari.

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status