Sebuah tamparan keras kini tengah dirasakan Reyhan. Tuan Harizon benar-benar keras terhadap putranya itu namun Nyonya Fitrya merasa tidak tega. Dia meminta agar suaminya tidak memarahi putranya lagi. Reyhan sendiri hanya bisa diam, seakan tidak merasakan sakit. Nyonya Fitrya menghampiri putranya dengan khawatir.“Apa pipi kamu terasa sakit?” tanya Nyonya Fitrya.“Tidak, Bu” ujar Reyhan.Tuan Harizon kembali memperingati putranya bahwa Reyhan tidak boleh asal mendekati seorang wanita. Apalagi, wanita itu tidak sederajat dengan dirinya. Nyonya Fitrya sendiri meminta Reyhan agar masuk ke dalam kamar tidurnya. “Baik, Reyhan pergi” setelah Reyhan keluar dari ruangan itu, tuan Harizon dan Nyonya Fitrya terlihat seperti tidak memiliki hubungan harmonis. Sama-sama menjaga harga diri dan tidak mau mengalah satu sama lain.Namun, untuk urusan Reyhan, tuan Harizon meminta istrinya agar lebih tegas lagi terhadap putranya mereka. Nyonya Fitrya mengangguk seakan setuju dengan perintah suaminya. Kar
Malam ini Reyhan terlihat begitu rapih karena ia baru saja selesai mandi di rumah Wilona. Di saat Reyhan tengah berganti pakaian di kamar tidurnya, Wilona berpikir ingin bertanya pada Reyhan dengan pertanyaan yang cukup sederhana yakni apakah sekarang dia akan pulang? Namun rasanya Wilona sedikit canggung setiap kali harus menatap kedua bola mata Reyhan yang terlihat menarik.Saat ini Wilona tengah menunggu Reyhan di ruang tamu dengan diselimuti kegelisahan dan kebimbangan. Reyhan pun keluar dari kamar tidur dengan bau khas shampo dan sabun cair milik Wilona yang dipakai sedikit oleh Rayhan.“Wilona, apakah ada sisir rambut?” seketika Reyhan bertanya kepada Wilona. Wilona langsung menyahut, “Ada. Tunggu sebentar!” Wilona meraih sisir miliknya di kamar tidur lalu dengan cepat memberikan sisir itu kepada Reyhan.Reyhan meraih sisir tersebut dan segera menyisir rambutnya sendiri. Saat Reyhan menyisir rambut beberapa kali tetesan air di rambut basahnya mengenai wajah Wilona, sontak Wilona
Kedatangan putri Gaulya bersama kedua orang tuanya ke rumah Tuan Harizon adalah untuk mempertegas hubungan kedua putra putrinya. Nyonya Ratu dan Tuan Airlangga ingin Putri sematang wayangnya mendapatkan kepastian dari pihak lelaki. Saat sampai di rumah Tuan Harizon, mereka sangat disambut baik oleh Tuan Harizon dan Nyonya Fitrya.“Astaga... Cantik sekali kamu Sayang” puji Nyonya Fitrya kepada calon menantunya.“Terimakasih Tante Fitrya” ujar Putri Gaulya.Ibu putri Gaulya melihat calon menantunya tidak datang menyambut mereka. Lalu dengan cepat ia bertanya kepada Tuan Harizon dan Nyonya Fitrya. “Saya ingin sekali melihat calon suami Putri saya. Dimanakah dia sekarang, Tuan Harizon, Nyonya Fitrya?” Dengan wajah tanpa kebohongan Nyonya Fitrya pun mengatakan bahwa putranya sedang sibuk melaksanakan kegiatan rutin. Sedangkan Tuan Harizon menyuruh mereka untuk duduk dan mengatakan bahwa putranya akan segera pulang.Pembantu di rumah itu pun membawa beberapa makanan dan minuman lalu menar
Hari ini Wilona harus menghadiri pengadilan sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh surat cerai tersebut. Wilona mencoba untuk menenangkan dirinya ke cermin. Seakan bercermin mampu membuatnya kuat sebelum menghadapi Aris. Wilona juga sudah pasrah saat Siska telah mengetahuinya. Bahkan, Siska sangat mendukung Wilona untuk bisa bangkit dan lepas dari bajingan itu. Wilona melirik jam sudah menunjukkan pukul 10:00 dan saat ini hanya menunggu kedatangan tantenya saja.DRETTTWilona melirik ponselnya dan melihat siapa yang saat ini sedang meneleponnya. Tidak lain dan tidak bukan, Siska telah menelepon Wilona dan dengan cepat Wilona mengangkat telepon tantenya.“Hallo, Wilona! Kamu ada dimana sekarang? Tante sudah ada didepan pintu pagar rumah kamu” ujar Siska. Wilona meminta tantenya untuk bersabar karena saat ini dirinya tengah sibuk mengunci kamar tidur hingga pintu depan rumahnya. Setelah itu, Wilona mulai membukakan pintu pagar rumah dan melihat ada mobil Avanza didepan. Siska turun
“Aku ingin segera dinikahi sama pemuda itu!” teriak Putri Gaulya didepan ibunya. Nyonya Ratu tersenyum melihat ketidaksabaran putrinya untuk menikah. “Sayang... Kamu tenang saja, pemuda itu akan menjadi milik kamu seorang. Hanya saja kita perlu menunggu dari pihak sana kapan waktunya diselenggarakan upacara pertunangan kamu sama putra mereka” ujar Nyonya Ratu dengan santai.“Aku hanya takut Reyhan mencintai wanita lain, Bu. Aku tidak ingin kehilangannya dan aku juga tidak mau reputasiku berkurang! Apalagi, ada ribuan pemuda yang mengantri dibelakang untuk mendapatkanku” ujar Putri Gaulya.“Nanti Ibu akan sampaikan keluhanmu itu kepada Ayahmu. Sekarang, beristirahatlah dulu dan jangan banyak berpikir hal yang tidak pasti” Nyonya Ratu pun pergi dari kamar tidur putrinya.Putri Gaulya menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk lalu memejamkan kedua bola matanya. Sambil memejamkan mata, putri Gaulya pun bergumam, “Mengapa dia bisa mengambil hatiku?” Putri Gaulya membuka kedua bola matanya dan
“Reyhan, dimana Mama?” terlihat Syahnaz sudah berada didalam rumah Tuan Harizon. Wanita Pelakor itu berpura-pura cemas dengan keadaan mamanya.“Mama berada didalam kamar tidur” ujar Reyhan singkat.Syahnaz melirik suami dan menyuruhnya untuk membawakan buah-buahan yang sudah dibungkus plastik yang masih berada di jok mobil. Suaminya pun keluar ke menuju ke arah parkir. Sembari menunggu, Syahnaz mulai menanyakan mengapa namanya bisa jatuh pingsan kepada Reyhan.“Apa ini gara-gara kamu ya?” tanya Syahnaz.Reyhan menunduk seakan tengah merasa bersalah. Syahnaz kembali memancing-mancing adiknya itu agar semakin merasa bersalah.“Reyhan, kakak itu enggak bisa ngebayangin kalau Mama meninggal”DEGReyhan terkejut namun Syahnaz sebaliknya. Bertepatan dengan keheningan, suami Syahnaz pun telah kembali sambil tangannya sibuk membawa bingkisan buah segar.“Ayo Mas Bram, kita masuk ke dalam sana!” ajak Syahnaz pada suaminya. Mereka pun melewati Reyhan yang masih terpaku dengan pikirannya sendiri.
Baru kenal beberapa menit rupanya Putri Gaulya dan Syahnaz bisa sedekat itu. Mereka dengan mudahnya bisa bercerita mengenai kehidupan masing-masing. Syahnaz menceritakan sewaktu dirinya dijodohkan dengan Bram. Waktu itu, Syahnaz hanya bisa menuruti apapun yang diinginkan dari kedua orang tuanya hingga kini Syahnaz telah menjadi istri dari Bram.“Perjodohan itu penting apalagi sama-sama sederajat dan kaya. Apalagi kini Reyhan adalah anak satu-satunya laki-laki di keluarga kami yang sepantasnya bisa mencari istri selevel dengannya dan kini dia telah hadir menjadi dirimu yang sangat cantik bak princess kerajaan” puji Syahnaz dengan omong kosong.Kata-kata pujian Syahnaz membuat putri Gaulya tersipu malu namun hatinya juga tidak luput membayangkan sebanyak apa harta kekayaan dari keluarga Reyhan yang dipandang nomor satu orang terkaya di jagat raya.“Kak Syahnaz apa aku sangat cocok bila bersanding bersama Reyhan?” tanya Putri Gaulya.Syahnaz mengangguk dan memuji kecantikan Putri Gaulya y
“Aduh... Terpaksa nih aku naik ojek online! Ah, sudah gerah banget!!!” seru Shanaz. Pemuda yang mengantar Syahnaz hanya bisa menggelengkan kepalanya karena sepanjang perjalanan selalu mendengar ocehan Syahnaz. “Mas, bisa lebih cepat tidak ngegas motor buntutnya?” tanya Syahnaz ketus dengan melontarkan kata mengejek.“Baik, bisa mbak” ujar tukang ojek.Setelah kepanasan akhirnya Syahnaz bisa pulang juga. Lalu ia segera membayar uang kepada ojek tersebut. Setelah itu, Syahnaz berjalan ke pagar rumahnya namun sayangnya pintu pagar tersebut digembok dan berisi tempelan kertas dengan tulisan “Rumah di sita” “Ah... Apa-apaan ini? Kenapa malah di gembok segala!” gerutu Syahnaz. “Aku harus menghubungi Mas Bram!” saat Syahnaz ingin meraih ponsel tiba-tiba ponselnya tidak ada didalam tasnya. Ia mencoba mengingat-ingat kembali saat terakhir kali bermain ponsel.“Sial! Ponselku ketinggalan di rumah Putri Gaulya!!!” Syahnaz merasa kebingungan harus bagaimana? Saat ini pikirannya begitu kacau dan