Reyhan menatap fotonya saat bersama Wilona yang berhasil ia dapatkan dari ribuan foto di ponselnya. Di foto tersebut, mereka terlihat bahagia dan selaras. Reyhan merasa sangat merindukan Wilona yang kini rak tahu ada dimana. Kabar terbaru, Nayla mengatakan bahwa Wilona telah tinggal di luar negeri itu pun sewaktu bertahun-tahun lamanya. Reyhan yang duduk sendirian di dalam kamar tidur tidur sudah mengunci pintu hingga tidak seorang pun bisa masuk ke dalam kamarnya.Di luar pintu, terlihat ada Tuan Harizon dan Nyonya Fitrya tengah mengetuk pintu kamar Reyhan. Mereka seperti sedang membujuk putranya agar mau membukakan pintu. Mereka ingin menemui Reyhan dikarenakan ada hal penting yang harus mereka sampaikan. Mereka sudah beberapa tahun menjadi mertua Nayla, namun sampai detik ini pun Nayla belum juga memberikannya keturunan.Terlebih lagi penyesalan Nyonya Fitrya terhadap Wilona, juga ia simpan dalam-dalam. Seandainya waktu bisa ia putar, mungkin dirinya tidak akan mudah terhasut oleh o
“Hari ini Mama aku akan pulang dari Singapura” ujar Reyna yang berbicara kepada beberapa temannya yang bermain ke rumah Reyna. “Yeay, Tante Wilona akan membagikan kita hadiah!” Salah satu teman Reyna terlihat begitu kegirangan. Hal ini memang sangat dinanti-nantikan oleh mereka, karena mamanya Reyna sangatlah kaya raya dan juga loyal. Setiap pulang dari luar negeri, pasti selalu membawa oleh-oleh. Jadi tidak heran bila banyak yang ingin meminta hadiah kepada mamanya Reyna termasuk teman-teman Reyna.“Tante Wilo itu sangat baik sekali. Sudah cantik terus kaya raya lagi” puji Arlan.“Sudah-sudah... Kita harus bersikap manis agar pas Tante Wilo sudah sampai pasti memuji kita” usul Sisil.Sementara itu, orang-orang dewasa tengah bersiap menyambut kedatangan Wilona, semuanya berasal dari kalangan bawah. Dengan maksud ingin mendapatkan bantuan kecil yang diberikan oleh Wilona seperti sebelum-sebelumnya. Memang, semenjak Wilona bekerja di luar negeri, kehidupannya jauh lebih membaik dan bah
Kedatangan Wilona yang cukup fenomenal, membuat banyak media pun berdatangan. Mereka tertarik ketika melihat banyak orang berkumpul di salah satu rumah yang tidak lain adalah rumah Wilona. Hampir seluruh masyarakat di tempat Wilona dapat mengenali Wilona dan mereka secara serentak mengatakan bahwa Wilona adalah malaikat penolong orang miskin seperti mereka.Wilona memerintahkan supirnya untuk membagikan sembako pada mereka secara merata. Supir itu juga di bantu oleh Sofia dan anggota keluarganya yang lain. Kali ini, keluarga Wilona dari saudara jauh juga turut hadir. Mereka secara serentak bahagia karena bisa membantu membagikan sembako. Sementara Wilona yang baru pulang meminta izin untuk masuk ke dalam rumah. Wilona ingin menemui putrinya yang sudah cukup lama tidak bertemu. Ingin rasanya Wilona memeluk erat tubuh putrinya karena saking kangennya. Wilona membuka pintu kamar tidur putrinya dan mendapati Reyna sedang bersama teman-temannya. Wilona memberikan hadiah kepada mereka dan m
Hari ini adalah jadwal operasi jantung Vino. Sebelumnya, Anisa yang telah berjanji akan mengurusi semuanya termasuk menjemput Vino ke rumah Bram.“Anisa, kamu mau kemana? Bukanya hari ini hari libur kamu bekerja” ujar Dira, orang tua Anisa. “Iya, Ma. Aku ada urusan penting dan sepertinya liburan hari ini aku tidak bisa jalan-jalan sama Mas Andi” ujar Anisa. “Loh... Kok begitu? Mama malu sama Andi. Padahal, kalian sudah merencanakan liburan ini seminggu lalu” ujar Dira.Anisa tidak bisa menjawab lalu ia pun memutuskan untuk pergi. Dira menatap mobil tersebut hingga pergi. “Aduh... Dasar kamu Anisa, untung saja kamu seorang dokter dapat gajih besar. Kalau tidak, aku sudah tidak ingin menganggap kamu anak aku! Toh... Kamu hanya anak pungut saja!!!” seru Dira geram lalu masuk ke dalam ruangan.Anisa yang mengemudi mobil kini telah sampai di rumah Bram. Dengan merapihkan sedikit rambutnya, ia pun bergegas menuju ke arah pintu dan mulai mengetuk pintu. Tidak lama kemudian, Bram membukakan
Hampir satu jam Anisa, Bram dan Syahnaz menunggu Vino yang masih dioperasi. Anisa begitu sangat mengkhawatirkan Vino. Dalam doanya selalu memohon kepada tuhan agar operasi pendonoran jantung Vino dilancarkan. Bram juga, selaku orang tua Vino, ia tidak ingin Vino kenapa-kenapa. Bram tahu, dulu ia sangat menginginkan seorang anak hingga bertahun-tahun baru bisa memiliki anak laki-laki yang tidak lain adalah Vino. Jadi, Bram sangat takut kehilangan Vino. Sementara Syahnaz, selama berada di ruang tunggu operasi dia hanya sibuk memainkan hpnya. Entah siapa yang saat ini sedang diajak chattingan oleh Syahnaz. “Mas Bram, aku pergi dulu” ujar Syahnaz. Dalam keheningan ini, Bram dapat mendengar perkataan Syahnaz. Lalu, Bram pun menanyakan kepada istrinya mau pergi kemana? Syahnaz pun mengatakan bahwa ia harus ke rumah salah satu temannya karena sedang mengadakan arisan dan Syahnaz mengikuti arisan tersebut.Anisa heran mendengarnya. Bram menarik tangan Syahnaz agar keluar dari ruang tunggu op
Nayla tengah menyapu dihalaman rumah. Sementara Tuan Harizon dan Nyonya Fitrya tengah membahas mengenai keturunan yang harus ada di keluarga mereka. Melihat umur mereka yang semakin menua dan mereka sangat ingin menimang cucu. “Apa yang harus kita lakukan?” suara Nyonya Fitrya begitu pelan karena ia sudah berputus asa. Mereka belum mengetahui keberadaan Wilona meskipun wajah Wilona sudah berseliweran di televisi. Sebenarnya beberapa orang yang dekat dengan Tuan Harizon mengetahui keberadaan Wilona dan melihat di televisi juga. Hanya saja, mereka merasa Wilona tidak perlu bertemu lagi dengan Tuan Harizon yang dulu begitu tidak menyukai Wilona.Sedangkan Tuan Harizon dan Nyonya Fitrya sangat jarang menonton acara televisi. Sehingga, menyulitkannya untuk mengetahui kabar dari Wilona yang sudah berada di sekitaran mereka. Tuan Harizon duduk dengan gagah. Suara dan ketegasannya tidak pernah luntur oleh waktu. Tuan Harizon menatap wajah sedih Nyonya Fitrya lalu Tuan Harizon Harizon memanggi
Wilona mengajak Reyna jalan-jalan ke sekitar taman bunga. Reyhan begitu sangat menyukai bunga-bunga itu. Terlihat, Reyhan menyentuh dan mencium segala bunga cantik dihadapannya. Wilona cukup duduk di bangku panjang dan mengawasinya dari jarak lumayan jauh. Wilona percaya bahwa Reyna tidak mungkin keluyuran tanpa dirinya.“Mama, bunganya cantik-cantik sekali” ujar Reyhan sambil menoleh ke arah Wilona.“Iya, Sayang... Tapi jangan di cabut ya” ujar Wilona pada Reyna.“Siap, Ma! Reyna akan menyiraminya pakai air ini” Reyhan memang sudah membawa satu botol Aqua besar dengan berisi air banyak dan penuh karena memang penutup botol tersebut masih di segel.Wilona tersenyum melihat putrinya tumbuh menjadi anak yang peduli akan lingkungan dan alam. Karena anak-anak biasanya akan merusak apapun yang ia lihat karena rasa penasaran di usia-usia segitu memang lagi aktif-aktifnya. Untungnya, Reyna aktif namun tidak merusak sesuatu yang dilihat.“Sayang, Mama boleh beli minuman dulu dan kamu tunggu di
Rafatar sangat suka bermain layang-layang dihalaman rumahnya yang sangat luas seperti area lapangan basket. Rafatar juga tidak dibiarkan bermain sendirian oleh Nico dan karena itu Nico memperkejakan pengasuh yang usianya sudah renta dan sakit-sakitan. Dia bernama Nani. “Hati-hati Nak jangan lari nanti jatuh” ujar nenek Nani.Baru saja nenek Nani berkata seperti itu, Rafatar langsung jatuh saat mengejar layangannya yang mulai terbang melayang. Rafatar kesakitan karena kini salah satu lutut kakinya terluka. Nenek Nani berjalan dengan sangat pelan karena ia sudah tidak bisa berjalan cepat. Ia menghampiri Rafatar dan melihat lukanya tersebut.“Kamu butuh di obati. Kamu tunggu disini dulu Nak, nenek mau masuk kedalam rumah disana ada obat luka” ujar nenek Nani.Rafatar pun ditinggalkan olehnya lantaran sedang mengambil obat luka. Sementara itu, Syahnaz datang bersama Nico dan Nico pun terkejut dan sangat khawatir dengan keadaan putranya.“Rafatar, kamu kenapa?” tanya Nico.“Aku barusan jat