“Reyhan, dimana Mama?” terlihat Syahnaz sudah berada didalam rumah Tuan Harizon. Wanita Pelakor itu berpura-pura cemas dengan keadaan mamanya.“Mama berada didalam kamar tidur” ujar Reyhan singkat.Syahnaz melirik suami dan menyuruhnya untuk membawakan buah-buahan yang sudah dibungkus plastik yang masih berada di jok mobil. Suaminya pun keluar ke menuju ke arah parkir. Sembari menunggu, Syahnaz mulai menanyakan mengapa namanya bisa jatuh pingsan kepada Reyhan.“Apa ini gara-gara kamu ya?” tanya Syahnaz.Reyhan menunduk seakan tengah merasa bersalah. Syahnaz kembali memancing-mancing adiknya itu agar semakin merasa bersalah.“Reyhan, kakak itu enggak bisa ngebayangin kalau Mama meninggal”DEGReyhan terkejut namun Syahnaz sebaliknya. Bertepatan dengan keheningan, suami Syahnaz pun telah kembali sambil tangannya sibuk membawa bingkisan buah segar.“Ayo Mas Bram, kita masuk ke dalam sana!” ajak Syahnaz pada suaminya. Mereka pun melewati Reyhan yang masih terpaku dengan pikirannya sendiri.
Baru kenal beberapa menit rupanya Putri Gaulya dan Syahnaz bisa sedekat itu. Mereka dengan mudahnya bisa bercerita mengenai kehidupan masing-masing. Syahnaz menceritakan sewaktu dirinya dijodohkan dengan Bram. Waktu itu, Syahnaz hanya bisa menuruti apapun yang diinginkan dari kedua orang tuanya hingga kini Syahnaz telah menjadi istri dari Bram.“Perjodohan itu penting apalagi sama-sama sederajat dan kaya. Apalagi kini Reyhan adalah anak satu-satunya laki-laki di keluarga kami yang sepantasnya bisa mencari istri selevel dengannya dan kini dia telah hadir menjadi dirimu yang sangat cantik bak princess kerajaan” puji Syahnaz dengan omong kosong.Kata-kata pujian Syahnaz membuat putri Gaulya tersipu malu namun hatinya juga tidak luput membayangkan sebanyak apa harta kekayaan dari keluarga Reyhan yang dipandang nomor satu orang terkaya di jagat raya.“Kak Syahnaz apa aku sangat cocok bila bersanding bersama Reyhan?” tanya Putri Gaulya.Syahnaz mengangguk dan memuji kecantikan Putri Gaulya y
“Aduh... Terpaksa nih aku naik ojek online! Ah, sudah gerah banget!!!” seru Shanaz. Pemuda yang mengantar Syahnaz hanya bisa menggelengkan kepalanya karena sepanjang perjalanan selalu mendengar ocehan Syahnaz. “Mas, bisa lebih cepat tidak ngegas motor buntutnya?” tanya Syahnaz ketus dengan melontarkan kata mengejek.“Baik, bisa mbak” ujar tukang ojek.Setelah kepanasan akhirnya Syahnaz bisa pulang juga. Lalu ia segera membayar uang kepada ojek tersebut. Setelah itu, Syahnaz berjalan ke pagar rumahnya namun sayangnya pintu pagar tersebut digembok dan berisi tempelan kertas dengan tulisan “Rumah di sita” “Ah... Apa-apaan ini? Kenapa malah di gembok segala!” gerutu Syahnaz. “Aku harus menghubungi Mas Bram!” saat Syahnaz ingin meraih ponsel tiba-tiba ponselnya tidak ada didalam tasnya. Ia mencoba mengingat-ingat kembali saat terakhir kali bermain ponsel.“Sial! Ponselku ketinggalan di rumah Putri Gaulya!!!” Syahnaz merasa kebingungan harus bagaimana? Saat ini pikirannya begitu kacau dan
Syahnaz dan Bram datang ke rumah Tua Harizon. Mereka menangis sesenggukan karena masalah tersebut. Orang tua mana yang tidak sakit bila anak mereka mengalami masalah? Nyonya Fitrya dengan cepat mentransfer uang miliaran ke ATM Bram. Sebenarnya Bram merasa bersalah lantaran ia harus membohongi kedua mertuanya yang sudah baik kepadanya. Uang yang ia minta melebihi hutangnya sendiri. Hal ini ia lakukan demi menyenangkan hati Syahnaz.Setelah berhasil mendapatkan uang mereka pun segera menuju ke bank dan melunasinya dengan sekejap. Syahnaz yang tengah bahagia itu pun berkata, “Akhirnya kita dapat uang empat kali lipat dari hutang bank!!!”Bram hanya diam saja seperti tidak suka dengan kebahagiaan Syahnaz yang korupsi uang dari hasil menipu kedua orang tuanya sendiri. Namun apa daya, Bram hanyalah suami yang takut pada istri sehingga tidak bisa mendidik istrinya ke arah yang benar.Sementara itu di bank yang sama, Wilona maupun Reyhan juga saat ini berada di area bank yang sama. Reyhan meng
Bukan syahnaz namanya kalau tidak suka nyari keributan dan masalah. Syahnaz sudah melaporkan apa yang terjadi kepada Reyhan terhadap kedua orang tuanya itu. Hingga Reyhan pun pulang namun Syahnaz sudah tidak ada di rumah kedua orang tuanya. Saat Reyhan pulang, Tuan Harizon dan Nyonya Fitrya sudah menunggunya di ruang tamu dengan wajah penuh kemarahan. “Reyhan pulang” ujar Reyhan ketika masuk ke dalam rumah.Ketika di ruang tamu, Tuan Harizon mulai menanyakan kemana saja Reyhan pergi selama ini? Dengan jujur Reyhan pun mengatakan bahwa ia ingin bebas kemanapun ia mau. Tuan Harizon semakin geram dan hendak menampar wajah putranya namun Reyhan dengan cepat menghalangi tangan papanya tersebut.“Papa tidak usah ngatur Reyhan lagi. Kalau Papa ingin Reyhan tetap berada dalam ketiak kalian, lebih baik Reyhan angkat kaki dari sini!” “Bagus! Sana nikmati saja hidupmu menjadi gelandangan... Biar kamu tahu rasa gimana rasanya menjadi rakyat jelata yang tak ada harganya itu!!!” bentak tuan Harizo
Setelah Tuan Airlangga sudah menghubungi Tuan Harizon dan telah membahasnya maka Tuan Harizon pun menerima tawaran tersebut. Padahal sebelumnya Reyhan telah angkat kaki dari rumahnya sendiri. Namun, untuk menjaga nama baik dan ketegasannya, Tuan Harizon pun mengumpulkan beberapa ajudan di ruangan besar namun begitu tertutup. Hanya bisa digunakan saat acara rapat saja. Setelah para ajudan telah berkumpul Tuan Harizon pun memerintahkan mereka untuk menculik Tuan muda Reyhan agar segera membawanya ke rumah.Beberapa diantara ajudan tersebut merasa heran dengan perintah bosnya namun mereka hanyalah bawahan yang setiap saat harus siap bila diperintah. Mereka pun langsung mencari keberadaan Reyhan yang masih misteri. Tuan Harizon percaya bahwa putranya tidak mungkin pergi jauh-jauh tanpa dibekali oleh uang. Sebelumnya Tuan Harizon mengiyakan tawaran Tuan Airlangga agar pernikahan diadakan nanti adalah bentuk tuntutan dari Putrinya putri Gaulya agar dipercepat proses pernikahan tanpa resepsi.
“Permisi, apa anda keluarga dari pasien?” tanya pria paruh baya yang berpakaian rapih dengan memakai jas putih ditambah stetoskop yang digantungkan ke leher pria paruh baya tersebut.“Iya, saya keponakannya. Bagaimana dokter apa Tante saya tidak apa-apa?” tanya Wilona dengan cemas.Dokter tersebut mengangguk dan mengatakan bahwa pasien tidak apa-apa namun dokter tersebut mengatakan bahwa ia tidak bisa menyelamatkan janin yang dikandung oleh pasien. Wilona benar-benar terkejut saat mengetahui Tante Siska ternyata sedang hamil! Tante Siska sendiri sudah lama menikah dan belum juga memiliki momongan dan saat ini telah berhasil hamil namun harus hilang dengan sekejap gara-gara ajudan tersebut! “Saat ini pasien sedang sangat lemah. Jadi, biarkan dulu dia beristirahat saya permisi” Dokter tersebut pun pergi setelah memberitahukan kabar pasien.Wilona mencoba untuk masuk ke ruangan itu dan berjalan menghampiri Tante Siska. Wilona menghela nafas dengan panjang dan Wilona hembusan dari mulut.
Di part sebelumnya hampir saja terjadi pernikahan dengan kedua kubu konglomerat. Namun sayangnya ada pria misterius yang membuat keonaran pada acara tersebut. Kini, pria tersebut tengah melepaskan amarahnya yang sepertinya sudah ia pendam sedari dulu.Para ajudan mulai bergerak dan hendak menyingkirkan pria tersebut akan tetapi Reyhan berteriak dan menyuruh para ajudan agar melepaskan pria itu. Reyhan merasa penasaran mengapa pria tersebut datang ke rumahnya? Selain itu juga, hal ini merupakan kesempatan Reyhan untuk membatalkan secara mentah-mentah pernikahan yang hampir dilaksanakan.“Terimakasih sudah memberikanku kesempatan hai pemuda muda” ujarnya dengan tersenyum puas. Lalu matanya melirik kearah Putri Gaulya. Ia mulai menyapa Putri Gaulya dengan ramah, “Hai Putri Gaulya... Apa kamu masih ingat terhadapku? Ah! Aku yakin memorimu masih sangat aktif dan tidak mungkin melupakan kejadian dulu yang enak itu” ujarnya sambil tersenyum sinis.“Ada apa ini sebenarnya ini? Nyonya Ratu, Tua