Bu Hana datang saat Sandrina mengatakan jika Bastian sakit. Ia terburu-buru datang karena panik. Untung saja Ferdi bisa mengantarnya hingga ke rumah sang kakak. Bu Hana langsung menghampiri Bastian yang sudah bisa duduk di sofa.
“Nak, kamu baru sehari ditinggal Sandrina saja sudah sakit. Bagaimana dia tinggal lama dengan ibu. Bisa kelaparan setiap hari kamu,” oceh sang ibu.
“Aku bukan anak kecil lagi, Bu. Bisa pesan online juga,” jawab Bastian.
Sandrina terlihat membawakan teh untuk ibu dan Ferdi. Wanita itu duduk di samping sang suami. Walau belum menandatangani kontrak perjanjian mereka, Bastian mencoba belajar berlama-lama duduk di samping sang istri.
Terlebih, jika melihat Ferdi yang menatap tidak biasa pada sang istri. Tidak tahu perasaan apa, ingin sekali tangannya memukul dan mencongkel matanya.
“Bu, teh ibu yang ini. Itu buat Ferdi karena gulanya sedikit lebih banyak. Punya tidak memakai gula, kan?” Sandr
Dimas tertawa melihat Ferdi yang tak hentinya menggalau. Apalagi saat ini live band di kafe sedang mengalunkan lagu melow. Sepulang mengantar ibu dan Sandrina, Ferdi kembali melajukan mobil menuju tempat di mana ia bisa menemukan teman ngobrol.Dimas kembali terkekeh melihat sahabatnya datang dengan wajah sangat kusut. Dimas pun bisa menduga jika semua ini ada hubungannya dengan mantan kekasih jadi ipar.“Minum ini, dijamin langsung segar.” Dimas memberikan segelas hot coffie pada Ferdi.Ferdi mengambil gelasnya dan langsung meneguknya. Sekilas kenangan muncul saat terdengar lagi yang pernah menjadi jargon Sandrina dan dirinya.“Bisa gila gua ini. Baru aja mengantar ibu dan dia, lu pikir enak bertemu setiap hari sama dia. Gila kepala ini,” ujar Ferdi sembari mengoceh.“Dia siapa yang lu maksud?” Dimas bertanya seolah-olah tidak mengerti walau ia menduga sepertinya adalah mantan kekasih Ferdi.“Sandri
“Aku malah tahu kamu sakit dari Dimas dan ia memberikan alamat rumahmu.” Ferdi duduk di halaman rumah Alika.Dimas memberi tahukan jika Alika baru saja pulang dari rumah sakit. Gegas ia mengunjungi wanita yang baru saja ia kenal itu. Pria itu menyesal rokok dengan santai, sedangkan Alika merasa tidak nyaman.“Bastian tidak akan pernah menghisap rokok di depanku,” ujar Alika.“Apa kamu tahu, dia pun menghisap rokok di depan Sandrina, tapi aku pun tidak merokok di depan wanita yang aku cintai.” Ferdi tersenyum sembari mematikan putung rokok.Alika menatap heran, mengapa bisa Ferdi sangat berbeda dengan Bastian padahal mereka saudara kandung. Kenapa juga Ferdi datang mengunjungi rumahnya.“Katakan langsung ada apa kau ke sini?” tanya Alika.Tubuhnya masih sangat lemas, padahal besok ia sudah mulai praktik. Ia memilih untuk pulang karena merasa tidak nyaman di rumah sakit.“Sebagai pac
Ferdi terlihat malas saat sang ibu memanggilnya untuk makan pagi. Semalam saat memarkirkan mobil ia melihat kendaraan milik Bastian. Ia pikir pria itu sudah membawa istrinya pulang. Namun, ternyata keduanya malah menginap.Bastian dan Sandrina sudah menunggu untuk sarapan. Bu Hana pun baru saja turun dari kamar atas. Sementara, Ferdi yang tak berselera makan terpaksa duduk melihat dua pasangan di hadapannya dengan perasaan tidak karuan.“Kalian menginap, aku pikir sudah pulang. Bukannya, kau bilang akan menjemput istrimu untuk pulang?” Ferdi mengambil piring lalu memasukkan nasi goreng.“Sudah malam, lagi pula Sandrina masih mau menginap di rumah Ibu, ya, kan Sayang?” Bastian menoleh ke arah Sandrina yang terkesiap mendengar Bastian memanggilnya dengan sebutan Sayang.Ferdi pun menghentikan makannya, tidak biasanya Bastian bersikap manis pada Sandrina. Lalu, kakak iparnya itu pun terlihat sangat kikuk. Ferdi curiga jika mereka seda
Sesuai janjinya, Bastian menjemput Sandrina di rumah sang ibu. Hari ini ia ada janji makan malam sembari mengenalkan istrinya pada kedua sahabatnya. Sebelum pulang, Indah berpesan untuk mengajak Sandrina makam malam dengan mereka di rumah.Sandrina terlihat anggun dengan dress hitam, rambut di keriting gantung membuat ia semakin cantik. Bastian langsung memalingkan wajah karena takut sang istri tahu ia tereposa melihatnya.Dalam perjalanan, keduanya tak tegur sapa, hanya lagi lawas yang menemani perjalanan mereka. Sementara, Sandrina pun sibuk menatap jalan ibu kota dari kaca mobil. Sesekali ia melirik ke arah sang suami, lalu kembali menatap jalan.“Mau mampir ke swalayan dulu nggak? Beli apa gitu buat tentengan, nggak enak tangan kosong ke sana,” tutur Bastian memecahkan keheningan.“Iya, aku terserah kamu saja.” Sandrina menjawab pelan.“Perempuan kalau di tanya terserah. Nanti salah, nyalahin,” keluhnya kesal
Kesalahan masa lalu Ferdi adalah seringnya berpaling hati juga bermain api. Menurutnya kesetiaan itu setelah menikah. Sebelumnya, nikmati masa muda. Slogan itu selalu ia sematkan dalam otaknya. Hingga saat Sandrina tahu perselingkuhan pria itu, wanita itu meminta untuk mengakhiri hubungan yang sudah berjalan 3 tahun lamanya.Saat Ferdi tak sengaja melakukan dosa terindah bersama Anita pun dalam keadaan masih berstatus kekasih Sandrina. Esoknya ia tanpa dosa menjemput sang kekasih untuk bertemu karena Sandrina sedang berlibur di Jakarta rumah orang tuanya.Sandrina bekerja di Kota Bandung, sedangkan Ferdi tinggal di Jakarta karena sejak sang ayah sakit-sakitan, ia pun harus ikut mengurus perusahaan bersama Bastian. Sejak ia pindah ke Jakarta, ia merasa bosan dengan hubungan yang sangat sulit di jangkau.Ferdi beranjak dari duduknya, sepertinya ia merasa sangat lapar. Menghadapi Anita yang keras kepala membuatnya tak sabar.Ferdi melewati ruangan Anita, ia
Anita sudah sampai di kontrakan Alika. Ia sudah sampai saat Alika pun sampai. Keduanya langsung masuk dan langsung berbincang.Alika memesankan makanan lewat online untuk keduanya makan.Anita langsung merebahkan tubuh di kasur, pekerjaannya kali ini membuatnya suntuk dan bosan. Apalagi saat mengingat Ferdi, rasanya semakin sumpek.“Kamu bete kayanya, Nit?” Alika bertanya saat sang sahabat terlihat sangat suntuk.“Banyak kerjaan, suntuk jadinya.” Anita tidak mungkin menceritakan masalahnya pada Alika, ia merasa malu.Masa lalu ia simpan rapi dan tak ada yang mengetahuinya. Apalagi kedua orang tuanya. Beruntung ia tak hamil setelah melakukan hubungan dosa itu. Namun, ia takut untuk menikah karena banyak mendengar saat suami tahu kita sudah tak suci, maka akan diceraikan saat itu juga.“Bastian belum ada kabar, sejak tadi aku telepon dan kirim pesan nggak di balas. Kalau sudah begini mikin sebel,” ujar Alika
Sandrina menyiapkan sarapan tanpa kata, Bastian pun duduk dan menyesap kopi dengan santai seolah-olah ia sedang tidak bersalah.Sepulang dari rumah Agam, Sandrina kebingungan mencari sang suami. Tak ada kabar hingga membuatnya panik, tapi setelah ia tahu Bastian baru saja pulang dari rumah sang kekasih, ingin sekali ia meracuni dengan sianida.Rasa keram di perut membuat aktivitasnya melambat. Perlahan ia duduk sembari memegangi perutnya. Suasana hening, hingga akhirnya Bastian beranjak dan pamit untuk pergi.Bastian melangkah, tapi terhenti di ambang pintu. Ia berpikir, mungkin Sandrina masih marah. Jika tidak, ia mungkin sudah menghampirinya dan melihat dirinya hingga ke luar halaman.Pria itu melanjutkan langkahnya, ia langsung menuju mobil. Lagi, ia seperti sedang kehilangan sesuatu. Ia menoleh ke arah rumah, tapi tak ada Sandrina yang berdiri di ambang pintu.Bastian langsung melajukan mobilnya, kali ini ada meeting di kantor cabang yang
“Suamiku sedang di dalam,” ujar Sandrina. Mantan kekasih Ferdi menatap wanita di sampingnya.“Kamu di sini, dia di sana? Memang, nggak punya hati.” Ferdi kembali mengoceh saat melihat Sandrina menunggu suaminya di luar, sedangkan Bastian berada di dalam restoran.“Aku yang terlalu cepat datang, aku tidak mau mengganggu pekerjaannya.” Sandrina mencoba membela Bastian walau sebenarnya cerita ia berada di tempat itu tak sama dengan yang ia ceritakan.Ferdi tidak jadi makan di tempat itu, ia mengajak Anita untuk mengikutinya. Sebelum ia bertatap muka dengan Bastian, Ferdi memilih menjauh dan mencari tempat makan lain.Anita yang mengikutinya merasa lelah, perutnya sudah lapar karena sejak tadi Ferdi tak kunjung menemukan tempat makan.“Kamu pikir aku nggak lapar, tahu gitu aku nggak mau ikut kamu,” ujar Anita kesal.Ferdi menarik Anita masuk ke restoran cepat saji. Lalu, memberikan menu