Bastian mengantar Alika ke halaman rumah, Bu Hana sudah menyuruh wanita tak tahu malu itu pulang karena sudah malam. Alika begitu manja hingga meminta sang kekasih mengantarnya ke mobil.“Kamu hati-hati,” ujar Bastian.Pria itu berdiri tidak jauh dari Alika, perempuan itu berharap ada ciuman perpisahan. Akan tetapi, ia bingung kenapa bisa Bastian hanya berdiri dan tak menghampirinya. Merasa penasaran, Alika menghampiri dan mencium pipinya.Wajah Bastian tak seperti biasanya, ia merasa aneh saat Alika me ciumnya. Perasannya ingin mendorong tubuh itu menjauh darinya.“Nite, Yang.”“Nite, to.”Alika masih berharap Bastian membalas ciumannya. Akan tetapi, pria itu bergeming di tempatnya. Wajahnya masam, lalu melangkah masuk mobil dan langsung melaju dengan kencang.Bastian terkesiap melihat Alika seperti kesetanan. Sementara, dari balik jendela Sandrina menatap penuh emosi sang suami di cium perempuan iblis. Tangannya mengepal keras dan mencoba menahannya.“Sampai kapan aku harus seperti
Alika terkejut saat ia turun dari mobilnya, Dimas sudah berdiri di hadapannya. Rasa cemas pun selalu menghampiri saat bertemu dengan pria itu. Alika mencoba menghindar, tapi Dimas mencegahnya.“Aku mau bicara, sebentar saja,” pinta Dimas. “Tidak ada yang harus kita bicarakan lagi,” tutur Alika. Alika berusaha menghindar, tapi Dimas kembali mengejarnya. Pria itu ingin mengatakan sesuatu sebelum ia pergi dari Jakarta. Ia memutuskan bertemu dengan Alika pun karena mendengar cerita Ferdi. Ia merasa hal yang di lakukan wanita itu tidak benar. “Apa tidak sebaiknya kamu berhenti memanfaatkan amnesianya Bastian?” Dimas langsung bertanya perihal kebenaran yang ungkapkan Ferdi. Alika menoleh, ia keberatan dengan apa yang dikatakan Dimas. Ia bukan memanfaatkan, tapi hanya keberuntungan kembali merebut hati kekasihnya. “Alu tidak memanfaatkannya, tapi memang Bastian seharusnya kembali sama aku. Jangan pernah mengatakan aku mengambil kesempatan karena Tuhan tahu kalau aku yang berhak atas Bas
Sandrina melihat Seno kesusahan membawa beberapa pesanan. Ia memanggil pria itu dan berniat menantunya. Seno pun menghampiri Sandrina dan meminta tolong memberikan teh hangat untuk Pak Bastian.Wajah Sandrina semringah saat ada kesempatan untuk masuk ke ruangan sang suami. Ia bisa melihat wajah pria itu karena sejak tadi ia tidak melihatnya. Sandrina gegas masuk dan membawakan teh hangat itu.Setelah perintah masuk dari dalam terdengar, Sandrina langsung bergegas masuk dan memberikan teh hangat itu. Bastian mengernyitkan dahi melihat kedatangan Sandrina di ruang kerjanya.“Kamu sedang apa di sini?” tanya Bastian.“Kamu enggak lihat aku sedang memberikan minuman padamu? Kenapa?”“Ini tugas OB, bukan kamu.” Sedikit marah, ia tidak suka jika karyawannya malah bermain di jam yang seharusnya ia bekerja.Sandrina tidak peduli, ia malah tersenyum melihat kemarahan sang suami. Lalu, kembali ke luar walau ia masih ingin melihat pria itu. Sandrina di panggil keruangan marketing untuk membahas p
Alika menggandeng Bastian sepanjang mal, tapi pria itu bersikap dingin. Sampai perempuan itu mulai jenuh dan bosan. Padahal sejak tadi ia aktif berbicara, tapi sang kekasih malah diam saja. Alika mulai jenuh dengan hal itu, memang sejak kecelakaan itu yang diingat adalah dirinya, tapi sikap pria itu angkat berubah.Bastian pun menyadari bagaimana bisa ia merasa aneh dengan Alika. Jalan bersama kekasihnya malah tak ada sedikit pun rasa. Hanya perasaan malas dan entah malah pikirannya tertuju pada Sandrina.Benar saja, ia melihat Sandrina di sebuah restoran bersama tim barunya, marketing juga ada Anjas si pria buaya. Memang tadi Sandrina izin kalau ingin pergi makan sepulang kerja, tapi malah ia ingin mengikuti ke mana wanita itu. Maka dari itu dia mengajak Alika ke mal untuk mencari Sandrina.“Lik, itu tim marketing di kantor aku. Kita ke sana sebentar,” pinta Bastian.Alika mengerucutkan bibir, ia melihat ada Sandrina juga. Tangan perempuan itu menarik Bastian untuk tidak pergi mengha
Sebulan KemudianSemakin hari Bastian merasa bingung dengan keadaan. Alika yang terus saja mengejarnya, tapi dia malah tidak ada perasaan sama seperti dulu. Bastian mengacak-acak rambutnya, ia merasa sangat kacau apalagi saat melihat Sandrina ada di dapur dengan baju tidur tipis yang membuat ia merasa bergetar.“Kamu sedang apa di sana? Mau makan lagi?” tanya Sandrina.“Enggak, hanya haus.” Bastian gegas mengambil air.Sandrina merasa aneh dengan Bastian, ia gegas pergi ke kamarnya. Sedikit ia mengintip dari daun pintu saat pria itu kembali memerhatikan dirinya. Ia merasa ada hal yang aneh dengan sang suami.Bastian kembali ke kamarnya, ia membuka pesan masuk dari Alika. Wanita itu mengatakan sedang sakit dan meminta besok Bastian menengoknya. Ia menatap layar pipij itu, apa yang ia rasa tak sama. Malah, lebih cemas saat Sandrina kepleset dari pada mendengar Alika sakit.“Aku ini kenapa?” Bastian bergumam sendiri.Bastian mencoba mengingat hal pertanya yang ikatan Sandrina saat ia sad
Suasana semakin tegang, akhirnya Sandrina memutuskan izin bekerja dan sama halnya dengan Bastian yang tak datang ke kantor. Masalah yang diberikan Alika sangat besar, pasalnya ia memegang teguh jika tak akan menyentuh Alika sebelum mereka resmi menikah.Ferdi dan Anita pun datang untuk membantu menyelesaikan masalah itu. Anita berpikir rasanya tidak mungkin jika Bastian melakukan ha itu.“Kamu bilang, Bastian itu enggak pernah menyentuh kamu kecuali berciuman. Kayanya kamu salah, apa kamu pura-pura lupa siapa yang meniduri kamu.” Kalimat menohok membuat Alika tak berkutik.Selama ini memang Alika sering curhat pada Anita. Apalagi tentang Bastian yang terlalu baik menjaganya hingga tidak pernah menyentuhnya.“Jangan sok tahu, masa sih aku menceritakan pada orang lain bagaimana aku pacaran. Kamu jangan memfitnah aku, mentang-mentang kamu sudah menikah dengan Ferdi dan aku tahu sebenarnya karena harta, kan?” Wajah angkuh Alika membuat Anita geram.“Jaga bicara kamu, Alika. Dia istriku da
“Apa kamu cemas melihat Sandrina seperti itu?” Anita bertanya pada Ferdi yang sejak tadi tak diam di tempat.Pria itu baru sadar jika rasa cemasnya berlebihan sebagai seorang adik ipar. Bahkan, ia melupakan jika harus ada wanita yang harus di jaga hatinya. Anita masih menatap menunggu jawaban sang suami. Hatinya terasa terbakar melihat kecemasan Ferdi pada mantan kekasihnya itu. Namun, ia baru sekarang bertanya hal itu karena sudah tak tahan menahan apa yang ia pikirkan. Kali ini ia benar-benar cemburu dengan kakak iparnya. “Kalau aku yang seperti itu, apa kau akan secemas ini?” Belum juga Ferdi menjawab, Anita kembali bertanya hal yang membaut pria itu tak berkutik. Anita sadar, jika ia hanya sebagai pelampiasan. Tepatnya, hanya orang yang dibutuhkan untuk membuatnya lupa jika Ferdi mencintai Sandrina. “Pertanyaan apaan itu, sama dengan apa yang akan aku lakukan untuk Sandrina. Aku juga akan secemas ini, apalagi kamu istri aku.”“Tepatnya istri bayaran?”“Bukan, stop mengatakan h
Ruangan itu terasa sangat menegangkan. Apa yang di katakan Bastian membuat Sandrina tak tahan jika pria itu akan menikahi Alika. Ia tak mau berbagi hati dengan wanita lain, apalagi Kebahagiaan yang bagus saja ia dapat harus begitu saja terenggut.Bastian duduk dan memperhatikan Sandrina, ia pun ingin sekali memeluknya tanpa tahu alasannya apa. Setelah kecelakaan itu, ia merasa bingung dengan keadaan. Apalagi saat ia merasa dirinya sudah tak merasa ada yang spesial dengan Alika.Pria itu bangkit dan menuju kamarnya. Ia menahan semua gejolak di jiwa saat melihat Sandrina. Ia pun kembali ke kamar Sandrina dan langsung memeluknya. Sandrina merasa aneh dengan sikap Bastian, begitu juga Bu Hana.“Aku enggak tahu, mendengar kamu hamil perasan aku beda dengan saat aku mendengar Alika hamil. Bahkan, sejak tadi aku menahan untuk tidak memeluk kamu, tapi aku tak kuat dan kembali ke kamar ini,” ujar Bastian.Sandrina terharu dan ia menangis saat sang suami lupa dengannya, tapi hatinya tidak perna