Bab 19PoV IrwanAku menatap Serena. Walau ia terlihat cuek dan bersikap biasa, karena perlakuan keluargaku yang seakan tidak menganggap dirinya. Pasti Serena menyimpan rasa kekecewaan di hatinya.Sejak Tania gencar untuk mendekatiku dan mengirim pesan untuk merayu, agar aku mau kembali padanya. Justru rasa cinta ini semakin dalam pada istriku, aku tidak mau mengkhianatinya.Terlebih di saat aku melihat raut wajah ketakutan Serena. Ketika aku memaksanya untuk meminta uang, dia sangat ketakutan melihatku. Seakan aku ini adalah psikopat yang akan menyakiti dirinya. Semengerikan itukah diriku. Aku merasa menjadi suami yang gagal, dan tak bisa menepati ucapanku ketika mengucapkan ijab kabul. Istri yang harusnya aku sayangi, dan aku harus tanggung jawab untuk menafkahi dan memenuhi semua kebutuhan Serena. Dengan tidak tahu diri, aku justru terhasut oleh Ibu dan saudaraku untuk memanfaatkan Serena. Apalagi aku melihat temanku Sandy. Yang sekarang hidupnya luntang lantung tidak jelas, kar
PoV (3)Puspa terisak dan memasang raut wajah memelas, yang ia tunjukkan pada putranya. Semalam ia dan putri-putrinya sudah menghitung uang hasil resepsi, dan hasilnya tidak sampai separuh dari modal yang ia keluarkan.Hampir 100 juta lebih Puspa mengeluarkan modal, dari acara lamaran, hingga resepsi pernikahan. Dari sebanyak itu, sebagian ia baru membayar uang muka. Dan berjanji akan melunasi usai resepsi.Puspa di sarankan oleh menantunya untuk meminjam uang pada rentenir. Perempuan paro baya itu mengikuti saran Gunawan. Di tambah lagi dengan bujukan Iza yang mendukung untuk mendapatkan uang itu. "Berapa uang yang Ibu, pinjam?" tanya Irwan dan menatap Puspa seketika terdiam dan mengusap air matanya."Seratus lima puluh juta, Ir.""Sebanyak itu?" Irwan cukup kaget mendengar nominal yang di sebutkan Ibunya. Baginya uang sejumlah itu sangatlah banyak, dan Puspa meminjam pada rentenir. Berapa besar nominal yang akan ia bayarkan beserta bunganya."Bagaimana lagi, resepsi butuh modal be
PoV (3)"Dek, cepat masuk!" titah Irwan ketika melihat Serena justru mematung, melihat kedatangan Tania bersama orang tuanya.Serena menoleh menyadari ucapan suaminya. Ia mengulas senyum."Bakal seru ini, Mas!" ujarnya.Irwan mengerutkan dahinya karena Serena seperti akan melihat pertandingan saja."Kita pulang sekarang, jangan ikut campur!" Serena menuruti perkataan Irwan dan masuk ke dalam mobil. "Aku penasaran, apa mereka bakal cakar-cakaran? Atau menarik tangan Rizki, seperti berebut mainan!" gumam Serena dan tertawa kecil.Serena menoleh pada suaminya yang tampak geleng-geleng karena perkataannya."Harusnya, kita tidak pulang secepat ini, Mas. Kita lihat dulu itu adikmu dan Tania. Pasti seru!" seloroh Serena. "Sudahlah kamu ini, masih saja memikirkan mereka. Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi, Kamu mau Ibu meminta uang?" ucap Irwan. "Tidak Mas, aku hanya bercanda. Lebih baik emang kita secepatnya pergi dari rumah ibumu, kamu harus berjanji padaku, untuk bersikap tegas j
Bab 22PoV (3)Amira menarik sisi bibirnya, ketika Darmawan meminta Tania tak membesarkan masalah ini. Tania merasa heran kenapa papanya seperti enggan, melaporkan perbuatan Amira yang jelas telah melukai dirinya.Padahal ini kesempatannya, untuk menyingkirkan Amira. Tania seakan mempunyai dendam pada Amira dan berusaha membalas. "Papa cepat hubungi koneksi Papa, yang bisa segera membantu melaporkan perbuatan dia. Aku mau dia di penjara!" tunjuk Tania seakan berkuasa karena Papanya seorang Lurah. "Tania! Sudahlah kamu tidak usah terlalu berlebihan, ini hanya masalah biasa!" "Lihat putri kita itu terluka karena perbuatan perempuan itu, Mama setuju jika dia dilaporkan, biar dia mendekam di penjara! Papa kenapa lembek begini, tegas dong!" ucap Chyntia dan mendelik pada suaminya. Karena Darmawan tak mau bersikap tegas.Amira menghampiri Darmawan. "Laporkan aku, maka keluargamu juga akan hancur Om!" ucapnya berbisik.Darmawan mengusap dagunya dan tak berani menatap Amira. Membuat Chy
Bab 23 PoV (3)"Mbak, kalau mau kesini jika hanya mau menyudutkan Serena. Lebih baik pulang saja!" ucap Irwan menahan kesal. Bahkan tak segan mengusir Kakaknya.Raut wajah Iza seketika geram. Karena di usir oleh Adiknya sendiri. "Kamu usir, Mbak?" "Irwan, kamu juga usir Ibu, berarti? Apa kamu benar-benar sudah tak peduli pada Ibu?" tanya Puspa dan kembali memasang raut wajah sedihnya.Irwan mendesah. Setiap kali yang ia ucapkan salah, mereka selalu saja berusaha playing victim. "Aku tak mengusir Ibu, hanya saja aku mohon sekali, jangan menekan Serena. Dia sedang hamil, aku tidak mau dia stress atau tertekan karena kedatangan kalian!" ujar Irwan dan sekilas melirik pada Iza."Masuklah!" Irwan mempersilahkan mereka untuk masuk.**Serena muncul membawa nampan berisi teh dan juga cake untuk Ibu mertua dan Kakak iparnya. Rasa kesal di hati, masih terasa. Tapi ia tak enak jika tak menjamu mereka.Iza menyapu pandangan dan melihat isi rumah adik iparnya itu. "Ini sofa mahal ya?" bisik
PoV SerenaSepulangnya dari USG aku melihat kedatangan ibu dan juga Mbak Iza ke rumah. Mereka sudah berdiri di depan pagar.Seperti sudah bisa aku tebak, kedatangan mereka pasti ingin membahas tentang uang dan lagi-lagi hanya itu yang mereka inginkan.Bagaimanapun aku tidak bisa cuek pada mereka, aku membawakan teh dan juga cake tapi dengan angkuhnya Mbak Iza menolak dan bilang cake yang aku berikan itu murahan. Dia tidak tahu saja harganya berapa.Jika dia tidak mau, biar aku saja yang makan. Sudah bersikap baik, tak pernah di hargai. Sebelum ketahuan, mereka sangat baik padaku. Kedatangan mereka hanya membuat kegaduhan di rumahku, ingin meminjam sertifikat. Semudah itu mereka ingin memanfaatkan. Apakah ibu lupa dengan jumlah uang gaji putranya, yang tidak akan cukup jika meminjam uang hingga ratusan juta di Bank. Aku tahu mereka itu ingin menjebakku dan juga Mas Irwan dalam hutang riba, dan setelah itu mereka akan lepas tanggung jawab.Aku bukan menantu yang lugu dan mudah di tip
PoV SerenaAku malu karena menjadi pusat perhatian."Ternyata kamu turut mendukung perbuatan adikmu, Irwan! Ternyata kamu masih miskin ya, tak sanggup membiayai biaya hidup keluargamu. Sehingga adikmu harus menjual diri, sebagai istri kedua Papaku!" cerca perempuan bernama Sani itu."Beruntung aku tak menikah dengan dia!" timpal Tania dan menatap sinis pada kami."Aku yang harus bersyukur tidak jadi menikah dengan adikmu, sadar diri! Siapa yang mengacaukan pernikahan Amira, yaitu Tania. Dia memang suka barang bekas!" ucap mas Irwan mencerca Tania. Karena tampak sangat kesal di tuduh oleh Sani. "Jadi kamu mendukung adikmu menikah, dengan suami saya?" cicit Istri Pak Lurah. "Aku tidak tahu dengan pernikahan Amira, dan juga suami anda!" jawab Mas Irwan.Kami memang tidak mengetahui apapun, dan ikut diseret dalam masalah ini."Asal kamu tahu, adikmu ini jalang, perempuan sundal, murahan. Karena telah merebut suami saya, setiap hari menghabiskan uang suami saya!" ucap Istrinya Pak Lurah
PoV Amira"Kakakmu tidak mau peduli dengan hutang itu, Amira. Ibu tidak tahu lagi harus meminjam uang sebanyak itu dari mana! Untuk membayar hutang, tak ada lagi yang bisa Ibu gadaikan!" ujar Ibu padaku kala itu.Saat ia baru saja pulang dari rumah Mas Irwan. Untuk meminta Kakakku , membayar hutang Ibu pada rentenir.Karena Ibu mengeluarkan biaya banyak, ketika acara lamaran dan juga resepsi pernikahanku. Hingga ratusan juga. Akan tetapi pernikahan yang aku harapkan tidak sesuai yang dengan bayanganku selama ini.Aku sudah merancang masa depanku dengan Rizki. Dan sudah merencanakan apa saja yang akan aku lakukan nanti, setelah menjadi istrinya Terlebih Mas Rizki itu berasal dari keluarga orang yang berada. Tapi semuanya hancur karena Tania.Dia menyabotase pernikahanku. Bisa-bisanya dia menikah di hari yang sama dengan calon suamiku, walaupun saat itu dia juga sudah menjadi suamiku. Tapi mirisnya aku menjadi istri kedua, dan dia sudah merebut posisiku. Sebenarnya mas Irwan sudah mem