Share

Selalu Salah

"Nova, mana Johan?" tanya Emak yang tiba-tiba datang ke warung.

"Belum pulang, Mak," jawabku dengan sejenak menghentikan kegiatanku membungkus nasi.

"Kemana?" tanya Emak lagi.

"Tadi katanya mau ke sekolah Dewi, sesudah itu mau pergi bersama temannya. Ada apa, Mak?" Aku balik bertanya.

"Bilangin sama Johan, nanti ponselnya langsung kasihkan sama Dewi. Kasihan Dewi kalau nggak punya ponsel."

"Iya, Mak."

"Nova, ikut arisan ya? Satu juta sebulan."

"Maaf, Mak, saya nggak sanggup terlalu besar. Saya sanggupnya cuma seratus atau dua ratus ribu sebulannya."

"Masa kamu kalah sama Mella. Dia ikut lho. Nggak usah pelit-pelit, itu kan uangnya Johan. Emak yakin, Johan tidak akan keberatan kalau kamu ikut arisan itu." Emak semangat sekali mengompori. Aku mulai jengah dengan ucapan Emak.

"Maaf, Mak."

"Hidup numpang saja, belagu!" gerutu Emak.

Walaupun Emak berkata pelan, tapi aku masih mendengarnya. Hatiku terasa sangat panas. Warti dan Minah hanya diam saja, aku tahu mereka sebenarnya ingin berkome
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status