Beranda / Rumah Tangga / Mertuaku Adalah Maut / Bab 62 - Malah Jadi Ribut Di Kampung

Share

Bab 62 - Malah Jadi Ribut Di Kampung

Penulis: Siez
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-07 20:33:15

"Maaf, Bu. Saya harus konfirmasi dulu ke atasan soal permohonan Ibu untuk menitipkan KTP saja. Ini tidak sesuai prosedur." tukas petugas administrasi itu. Ia tak bisa memutuskan sepihak.

Laila menggigit bibir. Tangannya gemetar memegang tangannya yang satu lagi.

"Tolong, Bu... Saya benar-benar tidak punya uang. Anak saya butuh perawatan sekarang. Saya janji akan melunasi semuanya nanti..." tukas Laila dengan suara parau, hampir berbisik.

Air matanya menetes, tapi ia cepat menyekanya. Rasa malu membara di dadanya, tapi ia tak punya pilihan.

"Saya mengerti, Bu, tapi aturan..."

"Saya mohon... Saya sudah tidak tahu harus minta tolong ke siapa lagi."

Suasana hening sejenak. Petugas itu menghela napas, lalu mengambil berkas dan berbalik.

"Baik, saya coba bicarakan. Tapi tidak bisa janji."

"Terima kasih, Bu." Laila mengangguk cepat, berusaha menahan isak.

*

Bu Mayan sangat kesal dengan apa yang diberitahukan Laila tadi, tentang Dimas yang menceraikan Laila secara sepihak. Wantia itu berge
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 75 - Deg-Degan Pacaran H+1

    Suara bel apartemen berbunyi berulang kali, bersemangat. Hesti, yang baru saja bangun dengan rambut sedikit acak-acakan, bergegas membuka pintu. "Arga? Pagi-pagi sudah di sini?" Hesti tersenyum lebar dan mata berbinar. "Aku bawakan sarapan! Aku masak sarapan sehat untuk kita berdua." ucap Arga dengan gugup tapi bersemangat. Lalu ia mengangkat box berisi sarapan untuk mereka berdua. Hesti tertawa geli dan mengizinkan Arga masuk ke dalam unit apartemennya. Mereka duduk di meja makan kecil, menikmati sarapan hangat bersama. Hesti memperhatikan mata Arga yang agak hitam lalu tersenyum. "Kok matamu hitam gini? Kayak habis begadang seminggu." Arga menggaruk kepala yang tak gatal dan ekspresinya sangat malu-malu. "Aku… nggak bisa tidur semalam. Terlalu senang. Masih nggak percaya kamu akhirnya mau jadi pacarku." ujar Arga yang begitu jujur dan spontan. Hesti tertawa terbahak-bahak, lalu menunduk, pipinya memerah. "Aku juga… semalam bolak-balik di kasur. Deg-degan terus mikirin hubunga

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 74 - Penyesalan Nani

    Setelah mendapatkan kabar dari Arga, Hesti pun segera menghubungi Dimas. Ia harus memberitahu kabar baik ini kepada Dimas. "Halo, Dimas.""I-iya, Hes. Ada apa?""Dimas, ada kabar baik! Steven, temannya Arga mau pesan motor sebanyak 20 unit!" tukas Hesti yang sangat bersemangat. "Serius?! Wah, itu kabar bagus banget! Terima kasih banyak, Hesti! Kamu benar-benar membantuku!" ucap Dimas yang sangat bahagia karena akhirnya ada yang mau membeli motornya sebanyak itu. "Bukan aku, kok. Arga yang bantu ngurus ini. Aku cuma ngasih tahu aja ke kamu. Nanti Steven akan menghubungi kamu untuk lebih lanjutnya" "Oh, Arga ya? Kalau gitu, tolong sampaikan terima kasihku padanya. Aku sangat berhutang budi padanya.""Siap, nanti aku bilang ke Arga."Hesti pun segera menutup sambungan teleponnya dengan Dimas. *Rumah sakit"Dimas… ada apa? Kenapa kamu tadi tersenyum bahagia?" tanya Nani lemah sekaligus penasaran karena anaknya tersenyum sangat lebar. Padahal sebelumnya, Dimas seperti sudah bermuram

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 73 - Godaan Dan Meyakinkan

    Arga tersenyum nakal kepada Hesti yang terlihat penasaran akan syaratnya."Kenapa kamu senyum aneh begitu sih, Ar?" protes Hesti."Uhmm ... syaratnya tuh kamu nikah sama aku. Setidaknya ... pacaran dulu.""Gila aja. Masa Steven mencampuri urusan pribadi orang lain sih?" protes Hesti."Dih ... beneran koq. Dia bilang ... Kalau kamu mau pacaran sama aku, Steven langsung beli 20 unit motor itu. Murah banget ‘kan syaratnya?" jawab Arga yang terlihat tak ada keraguan sama sekali.Hesti memandang Arga dengan sangat serius dan membuat Arga grogi sendiri. Lalu tiba-tiba wanita itu tertawa terbahak-bahak, sampai matanya berkaca-kaca."Arga, kamu ini… selalu saja ada akal-akalannya! Kacau banget sih!"Arga mengerutkan kening, wajahnya serius."Aku nggak bercanda, Hes. Aku serius. Aku mau kamu jadi istriku. Setidaknya pacaran dulu sampai kamu siap untuk menikah dengan aku. Memang wajahku gak keliatan serius banget ya sama kamu?"Tawa Hesti perlahan mereda. Dia menatap Arga, mencari tanda-tanda

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 72 - Dibantu Arga

    Setelah pertemuannya dengan Dimas, Hesti masih memikirkan masalah yang dihadapi mantan suaminya itu. Meski hubungan mereka sudah berakhir, ia tidak tega membiarkan Dimas berjuang sendirian—apalagi untuk sesuatu yang penting seperti pengobatan ibu yang tak bisa ditunda atau dibiarkan sama sekali."HES!" panggil Arga di depan lift apartemen yang membuat Hesti kaget saja."Arga." "Koq jalan sambil melamun?" tanya Arga heran. "Ada yang kamu pikirkan?""Hmm ... naik ke atas dulu. Aku mau bicara.""Serius amat.""Yaps.""Ok lah."Mereka berdua pun naik ke dalam lift dan masuk ke ruangan apartemen Arga. Dua orang itu pun segera duduk di sofa. "Ada apa, Hes?""Kamu kan punya banyak teman pengusaha. Apa ada yang mungkin butuh motor untuk sales atau karyawan mereka?" tanya Hesti ragu.Arga mengerenyitkan dahinya. "Motor? Kenapa tiba-tiba ..." Tiba-tiba ia menyadari sesuatu. "Ini untuk Dimas, ya?"Hesti menghela napas. Ia tahu ekspresi Arga itu berarti pertanyaan yang lebih besar: 'Kenapa kamu

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 71 - Order Fiktif

    Siang itu, Dimas buru-buru menuju kantornya dengan langkah cepat. Ada pekerjaan penting yang harus diselesaikan: mengurus Purchase Order (PO) untuk penjualan seratus unit motor. Perusahaannya baru saja mendapat pesanan besar dari sebuah perusahaan distributor makanan.Begitu tiba di meja kerjanya, Dimas segera membuka sistem dan mulai mempersiapkan dokumen. Jarinya menari cepat di atas keyboard, matanya fokus pada layar monitor.Tiba-tiba, seseorang berdiri di sampingnya."Sedang apa, Dimas?" suara itu membuatnya menoleh."Oh, Pak Redana," Dimas tersenyum. "Saya sedang mengurus PO untuk penjualan motor. Ada order seratus unit dari perusahaan distributor makanan."Redana, supervisor Dimas, mengerutkan kening. "Seratus unit? Kamu yakin ini bukan order fiktif?"Dimas terdiam sejenak. "Mereka yang telepon saya tadi pagi, Pak. Katanya butuh cepat."Redana menghela napas. "Kamu sudah verifikasi kebenarannya? Jangan sampai kita terjebak order palsu. Kamu loh yang akan dirugikan."Dimas mulai

  • Mertuaku Adalah Maut   Bab 71 - Resmi Bercerai

    Pengadilan Agama, JakartaUdara di ruang sidang terasa berat ketika hakim membacakan putusannya: "Perceraian antara Dimas dan Hesti dinyatakan sah."Hesti menghela napas lega. Di sampingnya, Arga memegang bahunya dengan lembut, memberinya kekuatan. Sementara itu, dari seberang ruangan, Dimas berdiri dengan bahu yang lesu, matanya merah oleh penyesalan.Dimas merasa telah membuang berlian untuk sebuah batu kerikil yang akhirnya menyusahkan hidupnya sendiri. Andaikan waktu bisa diputar kembali, ia tak akan pernah berselingkuh dengan Laila. Ia akan menjadi suami yang terbaik untuk Hesti.Sayangnya, waktu tak bisa diputar dan semua ini sudah menjadi kenyataan pahit yang harus Dimas telan atas semua kebodohan yang ia telah lakukan.Setelah sidang usai, Hesti berbalik hendak pergi, tapi Dimas tiba-tiba memanggilnya."Hes, tunggu sebentar..."Arga memandang Hesti, seakan bertanya. Hesti mengangguk halus, memberi isyarat agar Arga memberinya waktu."Aku tunggu di luar," bisik Arga sebelum per

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status