Plak ... "Dasar anak kurang ajar!" amuk Hasan menampar dengan keras wajah putranya. "Apa yang ada di pikiranmu hingga kamu tega menyuruh seorang jaksa untuk menangkap ayahmu sendiri?" Hasan mengepalkan tangan dengan erat dan menatap tajam Jeremy. Jeremy menatap dingin sang ayah. "Bukankah setiap orang yang bersalah di negara ini, perlu diproses secara hukum?""Tetapi aku sama sekali tidak bersalah." Hasan mengangkat jari telunjuknya ke wajah Jeremy. "Kamu tidak bisa seenaknya menuntutku seperti ini?"Hari ini, adalah hari di mana eksekusi penangkapan Hasan untuk di bawa ke Jakarta. Pengusaha kaya raya dari Makassar itu akan mengikuti proses hukum mengenai korupsi yang dilakukan olehnya bersama dengan Iqbal Wirawan. Jeremy membantu Jaksa bernama Fendi untuk memudahkan menangkap ayah nya. "Di mana hakim Margono? Aku dan dia bersahabat. Aku ingin berbicara dengannya terlebih dahulu," kata Hasan dengan penuh percaya diri.Hasan mengambil ponsel miliknya, dan mencari kontak milik ha
"Apa yang terjadi? Kenapa aku dipanggil oleh pihak kejaksaan untuk pemeriksaan?" tanya Iqbal dengan heran. Hari ini, Iqbal mendapatkan surat pemanggilan untuk melakukan pemeriksaan terkait kasus korupsi pembangunan semester. Iqbal juga sudah mendapatkan pesan jika dirinya mangkir dari pemanggilan, pihak kejaksaan akan melakukan penjemputan paksa. "Saya kurang tahu, Pak. Kemungkinan yang mengatakannya, juga bukan pak Hasan. Karena menurut orang yang berada di sana, pak Hasan juga tidak mengatakan siapa saja yang membantunya dalam melakukan pencucian uang tersebut," jelas Imran, asisten Iqbal. Iqbal menoleh ke arah asistennya, dengan mengerutkan kening. "Lalu ... siapa yang mengatakan kalau bukan Hasan? Hasan selalu melindungiku." Iqbal merasa heran mendengar penuturan asistennya. Jika Hasan tidak mungkin mengatakan. Karena ia tahu sahabatnya itu sangat melindunginya. Meskipun hubungan mereka renggang setelah perceraian antara Jeremy dan Diana, tidak ada permusuhan secara kompleks
"Maaf. Bukan karena aku ingin jadi menantu yang durhaka. Tapi aku tidak bisa mengambil keputusan tanpa memberitahu suamiku, Ma," ucap Alka pada Wilda. Setelah Hasan ditangkap, rumah yang ditempati oleh Wilda di Makassar, resmi disita oleh pihak dari Hermin. Bukan hanya rumah yang disita paksa. Tetapi juga aset-aset milik Hasan dan Wilda lainnya juga ikut diambil oleh Hermin. Sebab, perusahaan yang dijalankan oleh keluarga Arthur selama puluhan tahun, berhasil diakuisisi oleh Hermin. Dengan keadaannya yang sekarang ini, Wilda memilih untuk tinggal di rumah putranya yang berada di Jakarta. Dan saat ini, Wilda berhadapan dengan Alka mengatakan maksud kedatangannya untuk tinggal di rumah ini. Wilda bahkan telah membawa beberapa koper besar berisi pakaiannya."Begitukah?" wilda menatap Alka dengan sinis. "Apa karena kamu bukan Nyonya, sehingga kamu tidak bisa sembarangan mengambil keputusan?"Alka menghela napas mendengar cibiran ibu mertua. "Rumah ini dibeli oleh suamiku. Dan segala apa
"Mas! Apa sebaiknya kita tunda saja pertemuan dengan kedua orang tua Mas. Aku belum siap," ucap Alka ketika tengah berdiri tepat di depan rumah Jeremy."Tapi kita sudah terlanjur sampai di sini. Kemarin kamu bilang sanggup bertemu dengan kedua orang tua Mas. Kenapa sekarang berubah pikiran?" Jeremy bingung dengan sikap wanitanya. Jeremy sudah berada di Yogyakarta selama 3 hari sebelum mengajak Alka menemui kedua orang tuanya. Jeremy mengutarakan niatnya ingin mempersunting Alka setelah mereka menjalin hubungan selama 2 tahun lamanya. Maka dari itu, Jeremy ingin mengajak Alka untuk terbang ke Makassar.Awalnya Alka menolak berulang kali karena takut bila orang tua Jeremy tidak merestui. Namun Jeremy tak mau menyerah membujuk wanitanya. Dan akhirnya, Alka menuruti ajakan Jeremy."Buang pikiran negatifmu jauh-jauh. Percayalah kepadaku. Mereka tidak seperti yang kamu pikirkan."Alka mengangguk mendengar ucapan Jeremy. Dalam hati ia berharap, semoga apa yang ia duga tidak terjadi. Jeremy
Jeremy mengemasi barang-barang beserta pakaiannya ke dalam koper. Ia marah kepada kedua orang tuanya mengenai hubungan bersama Alka tidak direstui. Kemarin, Jeremy diberikan pilihan oleh sang ayah. Tetap memilih menikah dengan Alka tapi putus hubungan antara orang tua dan anak, atau merelakan Alka tapi mendapatkan kepercayaan mengelola perusahaan keluarga. Ia memilih untuk pergi dari rumah itu demi memperjuangkan cinta Alka."Mau ke mana kamu Jeremy?" tanya sang ibu saat memasuki kamar."Aku mau pergi, Ma," jawab Jeremy."Pergi ke mana?" tanya Wilda panik."Aku ingin menemui Alka. Walaupun Mama dan Papa tidak mau merestui kami, aku akan tetap memperjuangkanmu cintaku untuk Alka.""Nak! tolong jangan pergi ...," mohon Wilda."Apa jika aku tidak pergi, Mama dan Papa akan merestuiku dengan Alka? Aku rasa tidak."Wilda menangis melihat sang putra yang akan pergi meninggalkannya. Bagaimana tidak. Seorang anak semata wayang yang ia besarkan memilih pergi hanya untuk memperjuangkan cinta kep
Setelah Alka dan Jeremy resmi menikah, keduanya lalu pindah ke Jakarta. Mereka menyewa sebuah kontrakan yang lumayan kecil. Sebelum mereka berangkat ke Jakarta, Alka dan Jeremy terlebih dahulu bekerja ikut panen cabai selama satu minggu. Sebelum memutuskan untuk pindah ke Jakarta, Jeremy dan Alka terlibat pertengkaran kecil terlebih dahulu. Sebabnya, Alka tidak mau diajak pindah ke Jakarta. Biaya hidup di Jakarta sangatlah mahal. Tidak seperti di Yogyakarta terutama tinggal di pedesaan.Menurut data statistik pemerintah, biaya hidup di Yogyakarta adalah yang paling termurah sekitar 2,9 juta per bulan. Biaya sebesar itu, untuk mahasiswa dan pekerja yang menyewa tempat tinggal. Jika tinggal di desa, pengeluaran keuangan akan lebih murah lagi. Keputusan untuk pindah ke Jakarta, bukanlah perkara yang mudah bagi Alka. Ia sendiri tidak tahu apakah bisa mengatur keuangan di Jakarta. Terlebih lagi Jeremy saat ini belum mendapatkan pekerjaan."Maaf ya, Sayang. Kita hanya bisa menyewa rumah s
"Lantas, jika kamu wanita pilihan kedua orang tua Jeremy, kenapa? Toh saat ini aku yang menjadi istri Jeremy." Alka berbicara santai namun menusuk hati Diana.Diana tersenyum getir dan menahan kesal. "Aku pikir kamu tidak bisa berbicara.""Kamu pikir aku patung tidak bisa bicara?""Percaya diri sekali kamu dengan statusmu sebagai istri seorang Jeremy," cibir Diana, "tanpa kamu sadari siapa dirimu.""Kenapa aku tidak boleh percaya diri? Aku menikah dengannya sah menurut hukum dan agama. Bukan menikah siri apalagi sebagai simpanan. Seperti kamu," ucap Alka dengan lantang.Alka tahu sedikit mengenai Diana Rosita, wanita pilihan kedua orang tua Jeremy yang akan dijodohkan kepada pria yang saat ini sudah menjadi suami Alka. Diana adalah anak seorang pengusaha dan pejabat, namun kerap menjadi simpanan pria beristri. Itulah sebabnya Jeremy tidak mau dijodohkan dengan Diana. Sindiran yang dilemparkan oleh Alka tadi, membuat Diana naik pitam."Berani kamu menghina aku seperti itu!" hardik Dian
Jeremy pulang ke rumah dengan wajah yang berbinar cerah. Ia tidak sabar segera memberikan kejutan untuk sang istri. Sebuah hadiah yang telah ia siapkan beberapa hari lalu, kini saatnya ia persembahkan kepada wanita belahan jiwanya."Sayang!" seru Jeremy."Iya, Mas. Sudah pulang?" Alka meletakkan selang dan mematikan kran air. Istri kesayangan Jeremy itu sedang menyiram tanaman bunga dan sayurannya."Aku punya hadiah untuk kamu," beritahu Jeremy sambil tersenyum lebar."Hadiah apa, Mas?" Alka penasaran."Coba tutup dulu matanya!" interupsi Jeremy.Alka mengerutkan kening. "Kenapa harus tutup mata segala, sih? Nggak usah aneh-aneh deh.""Bukan aneh-aneh kok, Sayang.""Benar?" tanya Alka tidak percaya.Jeremy mencubit gemas pipi Alka. "Iya. Coba tutup mata dulu. Kalau nggak tutup mata, nggak surprise dong."Akhirnya Alka menuruti Jeremy yang memintanya untuk menutupi mata. Alka merasa penasaran sekaligus cemas dengan kejutan yang akan diberikan oleh Jeremy. Disaat mata Alka tertutup, Jer
"Maaf. Bukan karena aku ingin jadi menantu yang durhaka. Tapi aku tidak bisa mengambil keputusan tanpa memberitahu suamiku, Ma," ucap Alka pada Wilda. Setelah Hasan ditangkap, rumah yang ditempati oleh Wilda di Makassar, resmi disita oleh pihak dari Hermin. Bukan hanya rumah yang disita paksa. Tetapi juga aset-aset milik Hasan dan Wilda lainnya juga ikut diambil oleh Hermin. Sebab, perusahaan yang dijalankan oleh keluarga Arthur selama puluhan tahun, berhasil diakuisisi oleh Hermin. Dengan keadaannya yang sekarang ini, Wilda memilih untuk tinggal di rumah putranya yang berada di Jakarta. Dan saat ini, Wilda berhadapan dengan Alka mengatakan maksud kedatangannya untuk tinggal di rumah ini. Wilda bahkan telah membawa beberapa koper besar berisi pakaiannya."Begitukah?" wilda menatap Alka dengan sinis. "Apa karena kamu bukan Nyonya, sehingga kamu tidak bisa sembarangan mengambil keputusan?"Alka menghela napas mendengar cibiran ibu mertua. "Rumah ini dibeli oleh suamiku. Dan segala apa
"Apa yang terjadi? Kenapa aku dipanggil oleh pihak kejaksaan untuk pemeriksaan?" tanya Iqbal dengan heran. Hari ini, Iqbal mendapatkan surat pemanggilan untuk melakukan pemeriksaan terkait kasus korupsi pembangunan semester. Iqbal juga sudah mendapatkan pesan jika dirinya mangkir dari pemanggilan, pihak kejaksaan akan melakukan penjemputan paksa. "Saya kurang tahu, Pak. Kemungkinan yang mengatakannya, juga bukan pak Hasan. Karena menurut orang yang berada di sana, pak Hasan juga tidak mengatakan siapa saja yang membantunya dalam melakukan pencucian uang tersebut," jelas Imran, asisten Iqbal. Iqbal menoleh ke arah asistennya, dengan mengerutkan kening. "Lalu ... siapa yang mengatakan kalau bukan Hasan? Hasan selalu melindungiku." Iqbal merasa heran mendengar penuturan asistennya. Jika Hasan tidak mungkin mengatakan. Karena ia tahu sahabatnya itu sangat melindunginya. Meskipun hubungan mereka renggang setelah perceraian antara Jeremy dan Diana, tidak ada permusuhan secara kompleks
Plak ... "Dasar anak kurang ajar!" amuk Hasan menampar dengan keras wajah putranya. "Apa yang ada di pikiranmu hingga kamu tega menyuruh seorang jaksa untuk menangkap ayahmu sendiri?" Hasan mengepalkan tangan dengan erat dan menatap tajam Jeremy. Jeremy menatap dingin sang ayah. "Bukankah setiap orang yang bersalah di negara ini, perlu diproses secara hukum?""Tetapi aku sama sekali tidak bersalah." Hasan mengangkat jari telunjuknya ke wajah Jeremy. "Kamu tidak bisa seenaknya menuntutku seperti ini?"Hari ini, adalah hari di mana eksekusi penangkapan Hasan untuk di bawa ke Jakarta. Pengusaha kaya raya dari Makassar itu akan mengikuti proses hukum mengenai korupsi yang dilakukan olehnya bersama dengan Iqbal Wirawan. Jeremy membantu Jaksa bernama Fendi untuk memudahkan menangkap ayah nya. "Di mana hakim Margono? Aku dan dia bersahabat. Aku ingin berbicara dengannya terlebih dahulu," kata Hasan dengan penuh percaya diri.Hasan mengambil ponsel miliknya, dan mencari kontak milik ha
Alka muntah-muntah di kamar mandi. Jeremy yang berada di sampingnya, membantu memijat leher sang istri. Tangan jeremy Jeremy yang kanan mengurut leher, sedangkan tangan yang kiri ia gunakan untuk mengucur rambut Alka agar tidak menghalangi wajah. Jeremy pulang ke rumah lebih awal, dan mendapati sang istri tidak berada di rumah. Ketika ia bertanya kepada Mira, ART itu mengatakan bahwa pergi untuk sebuah urusan penting. Alka pulang setelah hari gelap dalam keadaan lemas dan hampir pingsan. Jeremy terkejut dengan kondisi sang istri. Ia berinisiatif untuk membawa Alka ke rumah sakit, namun di tolak oleh wanita itu. Hingga akhirnya Alka muntah-muntah dan digendong oleh Jeremy menuju kamar mandi. "Kita ke rumah sakit ya, Sayang," bujuk Jeremy sambil menuntun istrinya keluar dari kamar mandi. Alka menggeleng. "Aku istirahat saja. Ini kehamilan semester pertama. Kondisiku memang seperti ini waktu hamil Naufal dulu.""Apa waktu hamil Naufal, kondisi kamu begini juga?" tanya Jeremy. "Lebih
"Apa tujuanmu ingin meminta pertolongan kepada saya?" tanya Alka dengan ekspresi dingin.Alda menghela napas berat sebelum menjawab pertanyaan Alka. Ia mengangkat wajahnya perlahan, dan menatap wanita yang kehilangan putranya karena perbuatan jahatnya. Alda menggigit bibirnya dengan dalam. Ada rasa berat ingin ia sampaikan."Sebelumnya, saya ingin mengajukan permohonan maaf kepada anda. Ibu Alka," kata Alda Alka mengalihkan pandangan ke arah lain dan enggan menatap Alda. "Permohonan maaf atas dasar apa?"Alda mencoba bangkit dari duduknya, dan berjalan mendekati Alka. Ia sedikit kesulitan untuk berdiri karena kedua tangannya diborgol. Setelah berada di hadapan Alka, ia menjatuhkan lututnya dan bersimpuh."Mohon ampuni saya, Bu! Saya menyesal telah membuat anak ibu meninggal. Dan kini Saya merasakan karmanya. Bukan hanya di penjara, tetapi anak saya juga sakit keras. Saya benar-benar meminta maaf," ucapnya sambil berurai airmata.Alka menatap nanar wanita yang bersimpuh di hadapanny
"Jadi, apa yang kamu inginkan dengan mengajak saya bertemu?" tanya Hermin yang kini duduk berhadapan dengan Diana disebuah kafe.Diana menggenggam erat cangkir teh yang ia pegang. Ia menghela napas terlebih dahulu sebelum menjawab Hermin."Saya tahu anda tengah berusaha mengambil kembali perusahaan keluarga Arthur. Karena dulunya, perusahaan itu adalah milik keluarga anda. Dan anda ingin merebutnya dari mereka bukan?" Diana tersenyum miring.Hermin mengangkat kedua alisnya. "Itu benar. Lalu apa tujuanmu datang kepada saya, dan membahas hal ini?"Sebelum Diana memutuskan untuk menemui Hermin, wanita itu terlebih dahulu mencari tahu tentang hubungan Hermin dan Hasan di masa lalu. Dengan adanya ketegangan Hermin dan Wilda hingga saat ini, ia manfaatkan itu sebagai celah untuk mengadu domba keduanya. Apalagi Diana tahu bahwa, Jeremy tengah bekerjasama dengan ibu tirinya."Saya ingin, anda menjadikan Jeremy sebagai kambing hitam ketika lengsernya perusahaan itu saat anda ambil," ucap Dian
Alka terbangun ketika merasakan usapan hangat di kepalanya. Saat pertama kali ia membuka mata, wajah tampan sang suami, berada di dekatnya. Jeremy menatapnya dengan tatapan yang sendu, dan juga dalam. "Mas! Apa yang terjadi padaku?" lirih Alka. Jeremy menghela napas, dan menampilkan senyum. Ia kemudian meraih tangan istrinya, dan mengecup dengan lembut. "Ada kabar baik untuk kamu, Sayang," beritahu Jeremy. Alka mengerutkan kening. "Kabar baik apa, Mas?" Jeremy diam cukup lama sambil menatap wajah cantik istri. "Kamu hamil, Sayang." "Ha-hamil?!" Alka terkejut dan membelalakkan matanya. Jeremy mengangguk. "Iya benar. Dokter bilang, kandungan kamu sudah berusia 12 Minggu. Ada malaikat kecil kita di dalam perut kamu." Alka menggigit bibirnya dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Ia bukan tak senang dengan kehamilan ini. Kabar ini mengejutkan, sekaligus membuat ia bimbang. Alka tak menyadari bahwa ia mengalami keterlambatan datang bulan. Namun dengan kondisinya yang sakit,
"Segera lakukan apa yang saya perintahkan sekarang juga!" Jeremy memerintahkan seseorang lewat ponsel terkait dengan misi yang dia laksanakan. "Kamu atur bagaimana caranya dengan rapi dan tidak ketahuan. Setelah selesai laporkan kepada saya!" Tut.Jeremy mengakhiri panggilan tersebut diiringi dengan senyuman menyeringai. Ia menatap ke luar jendela dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Di saat yang bersamaan, pintu ruangan terbuka. Hasan, sang ayah, menghampiri Jeremy dan melayangkan sebuah tinju kepada putranya hingga tersungkur ke sofa. "Dasar anak durhaka!" maki Hasan."Kamu tega mengkhianati ku seperti ini? Apa salahku padamu? tidakkah cukup aku memberi kamu pendidikan dan juga kehidupan yang layak? Bahkan aku dan ibumu melewati jalan yang terjal untuk menjadikanmu pewaris satu-satunya." Hasan mencaci maki sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Jeremy. Setelah ia melayangkan sebuah pukulan kepada putranya, dadanya terlihat kembang kempis naik turun dibarengi dengan
Alka tengah belajar di ruang tamu. Aktivitasnya terus sih ketika mendengar seorang pria masuk ke dalam rumah tanpa permisi dan berteriak-teriak memanggil suaminya. Ketika menyadari siapa yang datang, ternyata itu adalah ayah mertua."Dimana Jeremy?" tanya Hasan dengan marah.Alka menutup laptop dan bangkit dari duduknya. "Suamiku sedang pergi ke Surabaya. Ada apa?"Alka melihat sorot mata, dan raut wajah Ayah mertuanya dipenuhi kemarahan. Kemungkinan ada sesuatu hal yang tidak beres membuat pria itu murka. Dan maksud kedatangannya mencari Jeremy, pasti ada hubungannya dengan sang suami. "Beritahu kepada suamimu untuk membersihkan namaku." Hasan mengangkat jari telunjuknya ke wajah Alka."Apakah dia sudah gila ingin menjerumuskan ayahnya sendiri? Atau mungkin, karena kamu dendam kepada kami jadi kamu meminta suamimu melakukan itu padaku?" Hasan memberondong pertanyaan tak masuk akal kepada Alka yang mengarah ke sebuah tuduhan. "Atas dasar Papa menuduhku?" Alka bertanya sambil mengeru