Alka berlari menyusuri lorong rumah sakit ditemani oleh Mira yang ada di belakangnya. Mereka tidak hanya berdua. Ada Nur juga yang ikut serta. Alka begitu panik ketika mendengar kabar dari Kelvin bahwa Jeremy tertembak. Tak membutuhkan waktu lama, Alka memaksa Mira untuk mengantarkannya ke rumah sakit."Kak Kelvin! Di mana suamiku?" tanya Alka setelah bertemu dengan Kelvin. Kelvin tengah duduk di depan ruangan rawat Jeremy."Dia ada di dalam. Masih di tangani dokter. Tunggu sebentar, ya." Kelvin meminta Alka untuk bersabar.Alka merasakan jantungnya berdebar. Ia tak tahu kondisi sang suami mengalami luka yang parah atau tidak. Tapi ia berharap Jeremy baik-baik saja. "Jangan khawatir suamimu nggak apa-apa. Cuma luka kecil," kata Kelvin.Kelvin dapat melihat sorot mata Alka yang begitu khawatir. Setelah Rangga meletuskan senjata apinya, Jeremy terkapar di samping mobilnya. Rangga pergi begitu saja setelah menembak Jeremy. Kelvin membawa sahabatnya ke rumah sakit dengan bantuan dari or
"Kemana larinya Iqbal Wirawan? Cepat jawab sebelum saya tembak kepalamu!" jeremy menatap tajam asisten iqbal. Gavin menampilkan senyuman mengejek. "Tembak saja. Saya tidak akan mungkin mau menunjukkan di mana beliau."Jeremy memukul kepala pria itu menggunakan pistolnya. Kesabarannya diuji oleh Gavin. Kelvin pun ikut geram pada pria yang ia tahan menggunakan lengannya. Dalam situasi yang menegangkan dan membuat emosi tersulut, tiba-tiba ponsel yang ada di dalam saku Gavin bergetar. Gavin memberontak melepaskan belenggu yang ada di lehernya. Kelvin mengunci lengannya dan Jeremy mengambil ponsel Gavin. Setelah ponsel milik Gavin diambil oleh jeremy, tertera nama Iqbal di sana. Jeremy kemudian menekan tombol hijau untuk mendengarkan suara dari pria tersebut. ["2 jam lagi, saya sampai ke Batam. Saya minta kamu hubungi Hanif. Saya pikir perlu melakukan sebuah rencana kepada pria itu."]Netra jeremy menyorot tajam. Hanif adalah pria yang dijadikan kambing hitam dalam kasus pembunuhan ya
"Mertua mantan suami kamu kabur tuh!" Sari mengarahkan jari telunjuknya ke sebuah televisi yang menyiarkan acara berita. Kabar mengenai kaburnya Iqbal Wirawan, segera disebarluaskan oleh Jeremy kepada media yang memiliki koneksi dengannya. Alka yang sedang memakan bubur buatan Mira, memperhatikan layar televisi tersebut. Terlihat Jeremy tengah di mintai wawancara oleh media. Akan tetapi, suaminya menolak dengan halus."Sebenarnya apa yang dicari?" Nur menatap Sari dengan heran. "Mereka sudah kaya raya. Tetapi tidak puas dengan apa yang mereka miliki."Sari mengangkat kedua bahunya acuh. Wanita itu masih memiliki kekerabatan dengan keluarga Arthur. Namun ia sama sekali tak menginginkan untuk berkomentar mengenai keluarga wirawan yang merupakan mantan besan keluarga Arthur."Yang namanya orang serakah, seberapapun banyak yang dia dapatkan, tidak akan membuat dia puas. Karena ia ingin memiliki segalanya termasuk dunia dan seluruh isinya," celetuk Alka.Sari menumpukan kedua tangannya d
"Apa yang Mama lakukan?" Wilda tersentak mendengarkan teriakan Jeremy. Ekspresi Jeremy yang berubah menjadi gelap berjalan mendekati sang ibu."Istriku sedang hamil. Dan Mama bersikap kasar pada istriku?" Wilda merasa gugup, dan bingung mencari alasan. "I-ini ... sebenarnya ... terjadi salah paham." "Salah paham bagaimana maksudnya? aku melihat sendiri apa yang terjadi sebelum mama mendorong istriku," sahut Jeremy.Jeremy kemudian menatap Mira yang berdiri tak jauh dari Alka. "Tolong bawa koper ibu saya keluar!"Mira mengangguk. "Baik, pak.""Tunggu!" sergah Wilda, "kamu tidak bisa---" "Aku minta Mama keluar sekarang," tegas Jeremy."Tapi ..." Wilda menatap alka dan mencoba meminta menantunya untuk berbicara."Aku minta Mama keluar, dan kita bicara. Keluarlah dahulu!"Tak ingin memperpanjang keributan Wilda menuruti putranya untuk keluar. Ia merasa kesal karena Mira telah dengan santai menyeret tiga koper miliknya. "Kamu tidak apa-apa?" Jeremy berlutut dan memegang kedua lengan A
"Maaf. Bukan karena aku ingin jadi menantu yang durhaka. Tapi aku tidak bisa mengambil keputusan tanpa memberitahu suamiku, Ma," ucap Alka pada Wilda. Setelah Hasan ditangkap, rumah yang ditempati oleh Wilda di Makassar, resmi disita oleh pihak dari Hermin. Bukan hanya rumah yang disita paksa. Tetapi juga aset-aset milik Hasan dan Wilda lainnya juga ikut diambil oleh Hermin. Sebab, perusahaan yang dijalankan oleh keluarga Arthur selama puluhan tahun, berhasil diakuisisi oleh Hermin. Dengan keadaannya yang sekarang ini, Wilda memilih untuk tinggal di rumah putranya yang berada di Jakarta. Dan saat ini, Wilda berhadapan dengan Alka mengatakan maksud kedatangannya untuk tinggal di rumah ini. Wilda bahkan telah membawa beberapa koper besar berisi pakaiannya."Begitukah?" wilda menatap Alka dengan sinis. "Apa karena kamu bukan Nyonya, sehingga kamu tidak bisa sembarangan mengambil keputusan?"Alka menghela napas mendengar cibiran ibu mertua. "Rumah ini dibeli oleh suamiku. Dan segala apa
"Apa yang terjadi? Kenapa aku dipanggil oleh pihak kejaksaan untuk pemeriksaan?" tanya Iqbal dengan heran. Hari ini, Iqbal mendapatkan surat pemanggilan untuk melakukan pemeriksaan terkait kasus korupsi pembangunan semester. Iqbal juga sudah mendapatkan pesan jika dirinya mangkir dari pemanggilan, pihak kejaksaan akan melakukan penjemputan paksa. "Saya kurang tahu, Pak. Kemungkinan yang mengatakannya, juga bukan pak Hasan. Karena menurut orang yang berada di sana, pak Hasan juga tidak mengatakan siapa saja yang membantunya dalam melakukan pencucian uang tersebut," jelas Imran, asisten Iqbal. Iqbal menoleh ke arah asistennya, dengan mengerutkan kening. "Lalu ... siapa yang mengatakan kalau bukan Hasan? Hasan selalu melindungiku." Iqbal merasa heran mendengar penuturan asistennya. Jika Hasan tidak mungkin mengatakan. Karena ia tahu sahabatnya itu sangat melindunginya. Meskipun hubungan mereka renggang setelah perceraian antara Jeremy dan Diana, tidak ada permusuhan secara kompleks
Plak ... "Dasar anak kurang ajar!" amuk Hasan menampar dengan keras wajah putranya. "Apa yang ada di pikiranmu hingga kamu tega menyuruh seorang jaksa untuk menangkap ayahmu sendiri?" Hasan mengepalkan tangan dengan erat dan menatap tajam Jeremy. Jeremy menatap dingin sang ayah. "Bukankah setiap orang yang bersalah di negara ini, perlu diproses secara hukum?""Tetapi aku sama sekali tidak bersalah." Hasan mengangkat jari telunjuknya ke wajah Jeremy. "Kamu tidak bisa seenaknya menuntutku seperti ini?"Hari ini, adalah hari di mana eksekusi penangkapan Hasan untuk di bawa ke Jakarta. Pengusaha kaya raya dari Makassar itu akan mengikuti proses hukum mengenai korupsi yang dilakukan olehnya bersama dengan Iqbal Wirawan. Jeremy membantu Jaksa bernama Fendi untuk memudahkan menangkap ayah nya. "Di mana hakim Margono? Aku dan dia bersahabat. Aku ingin berbicara dengannya terlebih dahulu," kata Hasan dengan penuh percaya diri.Hasan mengambil ponsel miliknya, dan mencari kontak milik ha
Alka muntah-muntah di kamar mandi. Jeremy yang berada di sampingnya, membantu memijat leher sang istri. Tangan jeremy Jeremy yang kanan mengurut leher, sedangkan tangan yang kiri ia gunakan untuk mengucur rambut Alka agar tidak menghalangi wajah. Jeremy pulang ke rumah lebih awal, dan mendapati sang istri tidak berada di rumah. Ketika ia bertanya kepada Mira, ART itu mengatakan bahwa pergi untuk sebuah urusan penting. Alka pulang setelah hari gelap dalam keadaan lemas dan hampir pingsan. Jeremy terkejut dengan kondisi sang istri. Ia berinisiatif untuk membawa Alka ke rumah sakit, namun di tolak oleh wanita itu. Hingga akhirnya Alka muntah-muntah dan digendong oleh Jeremy menuju kamar mandi. "Kita ke rumah sakit ya, Sayang," bujuk Jeremy sambil menuntun istrinya keluar dari kamar mandi. Alka menggeleng. "Aku istirahat saja. Ini kehamilan semester pertama. Kondisiku memang seperti ini waktu hamil Naufal dulu.""Apa waktu hamil Naufal, kondisi kamu begini juga?" tanya Jeremy. "Lebih
"Apa tujuanmu ingin meminta pertolongan kepada saya?" tanya Alka dengan ekspresi dingin.Alda menghela napas berat sebelum menjawab pertanyaan Alka. Ia mengangkat wajahnya perlahan, dan menatap wanita yang kehilangan putranya karena perbuatan jahatnya. Alda menggigit bibirnya dengan dalam. Ada rasa berat ingin ia sampaikan."Sebelumnya, saya ingin mengajukan permohonan maaf kepada anda. Ibu Alka," kata Alda Alka mengalihkan pandangan ke arah lain dan enggan menatap Alda. "Permohonan maaf atas dasar apa?"Alda mencoba bangkit dari duduknya, dan berjalan mendekati Alka. Ia sedikit kesulitan untuk berdiri karena kedua tangannya diborgol. Setelah berada di hadapan Alka, ia menjatuhkan lututnya dan bersimpuh."Mohon ampuni saya, Bu! Saya menyesal telah membuat anak ibu meninggal. Dan kini Saya merasakan karmanya. Bukan hanya di penjara, tetapi anak saya juga sakit keras. Saya benar-benar meminta maaf," ucapnya sambil berurai airmata.Alka menatap nanar wanita yang bersimpuh di hadapanny