Share

Mertuaku Racun Rumah Tanggaku
Mertuaku Racun Rumah Tanggaku
Author: Pena Arsy

1. Ibu Mertua Membenciku

Author: Pena Arsy
last update Last Updated: 2023-02-01 12:26:13

"Duh enak banget ya kerjamu. Bersantai di rumah seperti Nyonya besar!" 

Ucap sang ibu mertua. Ia berdiri di depan pintu sambil berkacak pinggang. Suaranya terdengar menggelegar di telinga Arumi.

"Maaf, Bu. Arumi sedang tidak enak badan."  Arumi  yang tengah terbaring di atas sofa memaksakan tubuhnya untuk bangun menyambut sang ibu mertua. Tangannya terulur hendak mencium takzim pada sang ibu mertua.

"Eh, nggak usah salam-salaman. Ibu jijik kalau harus bersentuhan dengan tanganmu!" Belum sempat Arumi meraih tangan sang ibu mertua, wanita paruh baya itu sudah menepis tangannya. Hati Arumi mencelos karenanya. Semenjijikan itukah dia hingga sang mertua tidak mau bersentuhan dengannya.

Arumi mengepalkan tangannya seraya mengikuti Ibu mertuanya masuk ke dalam rumah. Santi, adik Ardi berjalan mengekor di belakangnya. Langkah mereka terhenti ketika melihat Dinda duduk di lantai dengan plastik bungkus makanan yang berserakan.

"Heh, apa-apaan ini! Kenapa kamu mainan bungkus makanan begini?" ujar ibu mertuanya sambil langsung membentak Dinda. Ia geram melihat ruangan yang berantakan dengan bungkus makanan yang berserakan.

Dinda langsung mengkerut, saat melihat neneknya berdiri di depannya. Gadis kecil itu ketakutan karena neneknya itu menatapnya tajam seperti singa kelaparan yang telah menemukan hewan buruannya. Ia segera berlari dan bersembunyi di balik punggung Arumi.

"Ibu kenapa sih, baru datang langsung membentak Dinda seperti itu?" Arumi mengelus rambut panjang bocah itu dengan lembut. Sentuhannya membuat Dinda merasa sedikit aman.

"Kamu tu ya, ga bisa ngajarin anak!" ujar wanita paruh baya itu sambil  mendengus kesal, sebelum kembali berkata, "Rumah sampai berantakan seperti kapal pecah!" 

Arumi hanya bisa menarik nafas panjang. Apapun yang dilakukannya dan Dinda selalu terlihat salah di mata ibu mertuanya. Padahal Dinda tidak sedang bermain. Ia sedang membantunya mengerjakan pekerjaan borongan dari pabrik. Dulu Arumi selalu mengambil banyak pekerjaan. Namun sekarang ia tidak bisa melakukannya lagi. Ia juga harus menjaga kesehatannya. Koriokarsinoma yang dideritanya, membuatnya tidak bisa melakukan banyak hal. Ia tidak boleh bekerja terlalu keras, jika tidak ingin penyakitnya itu semakin parah.

Sekarang Arumi tetap mengambil pekerjaan, tapi tidak sebanyak dulu. Uangnya pun hanya habis untuk menambal uang bulanan dari Ardi, yang jauh dari kata cukup.

"Kerjaan apaan kaya begini? Jadi perempuan itu kreatif dikit, bantuin cari uang suami yang bener, jangan kerjanya hanya merongrong suami!" cibir wanita paruh baya itu.

Arumi tak menanggapi perkataan Ibu mertuanya. Mertuanya tidak pernah tahu jika uang hasil kerja borongannya itulah yang biasa digunakan Arumi untuk belanja sayur setiap harinya. Ardi hanya memberinya nafkah sebesar Rp.700.000,-. Uang itu hanya habis untuk membayar air, listrik dan SPP sekolah Dinda. Arumi harus bekerja keras, di tengah penyakit yang menggerogoti tubuhnya agar mereka tetap bisa makan.

"Pekerjaan apapun yang penting halal, dan bisa membantu perekonomian keluarga, Bu" ucap Arumi datar. Ia memang harus banyak bersabar menghadapi ibu mertuanya. Sejak lama mertuanya itu tidak menyukainya. Bu Hilda memang sudah memilihkan jodoh sendiri untuk Ardi. Tentu saja gadis itu pintar dan kaya, tidak seperti dirinya yang tidak jelas asal-usulnya.

"Halah, kerjaan ga ada duitnya saja bangga," jawab perempuan paru baya itu dengan bersungut-sungut.

"Yang penting saya bisa mengurangi beban Mas Ardi. Tidak merongrong seperti Ibu dan Santi." Entah apa yang membuat Arumi memiliki keberanian untuk melawan kata- kata mertuanya. Dahulu Arumi selalu diam dan menerima apapun perlakuan ibu mertuanya. Tapi lama-lama Arumi muak juga dengan perlakuan keluarga Ardi.

"Eh, kamu bilang apa, tadi? Ibu merongrong suamimu?" ucapnya sambil reflek menarik ujung kerudung Arumi hingga kepala Arumi ikut tertarik ke belakang.

"Sakit, Bu." rintih Arumi.

Namun wanita tersebut seolah tak peduli. Ia justru menariknya semakin kasar. Kenyataannya selama ini gaji Ardi lebih banyak yang diberikan kepada mertuanya dan Santi, daripada untuk menafkahi ia dan Dinda. Arumi selalu diam, namun perlakuan mertuanya semakin lama justru semakin keterlaluan.  

Bu Hilda selalu memegang dalil yang mengatakan jika anak lelaki itu milik ibunya. Namun ia tak menyadari jika seorang suami juga harus bertanggung jawab pada istri dan anaknya.

"Mas Ardi juga punya kewajiban menafkahi aku dan Dinda, karena dia sudah berjanji di hadapan Allah SWT," ucap Arumi lirih. Hatinya hancur setiap kali mengingat pernikahannya dengan Ardi. Pria itu yang dulu telah berjanji untuk membahagiakannya. Namun kenyataannya pria itu lebih memprioritaskan keluarganya dibanding dengan dirinya dan Dinda.

"Sebentar lagi, Ardi akan menceraikanmu!" ucap perempuan paruh baya itu sambil menyeringai. Ia melepaskan cengkeramannya pada kerudung Arumi, lalu mendorong tubuhnya.Tubuh Arumi limbung dan hampir terjatuh. Untungnya tangan mungil Dinda berhasil menahannya.

Arumi menggeleng lemah. Ia tak percaya jika Ardi rela menceraikan dirinya, setelah pernikahan yang sudah mereka lalui selama bertahun - tahun ini.

"Sudahlah, Bu. Tidak ada gunanya meladeni Mbak Arumi." Santi meraih lengan Ibunya, mengajaknya pulang. "Nanti aku hubungi  Mas Ardi biar pulang kerja langsung ke rumah Ibu," ucapnya lagi.

Wanita itu mengangguk setuju karena tidak ada gunanya ia ribut dengan Arumi. Toh cepat atau lambat Ardi pasti menceraikan Arumi. Hasutan yang ia lontarkan sedikit- sedikit mulai meracuni pikiran Ardi. Bu Hilda dan Santi melangkah meninggalkan rumah Arumi.

Arumi menatap nanar kepergian mereka sembari memegangi perutnya yang terasa semakin nyeri. Melihat sang mama meringis kesakitan, Dinda terlihat begitu khawatir.

"Mama kenapa?" ucap Dinda.

"Mama ga apa-apa kok, Sayang." Arumi mencoba menyembunyikan rasa sakitnya dari Dinda. Tapi anak itu begitu kritis. Meski usianya baru delapan tahun, ia bisa mengerti dengan apa yang dialami oleh mamanya.

"Kita ke dokter ya, Ma," ucap Dinda sambil menatap mata sang mama.

"Ga perlu, Sayang. Nanti Mama beli obat pereda nyeri saja, pasti perut Mama langsung sembuh," ucap Arumi sambil tersenyum ke arah Dinda.

"Kalau begitu Dinda beliin ya, Ma."

Bocah polos itu mengerjapkan matanya. Arumi menatap bocah itu dengan perasaan haru. Ia tahu Dinda begitu mengkhawatirkan dirinya. Hanya Dinda yang tahu jika Arumi menderita Koriokarsinoma. Bahkan Ardi tidak pernah tahu jika istrinya tengah sakit.

"Ga usah, Sayang. Apotiknya kan lewat jalan besar. Biar Mama beli sendiri," tolak Arumi.

"Ya udah, ayo beli obatnya sekarang. Dinda temani Mama beli obat," ucap anak itu, keras kepala. Akhirnya  Arumi setuju pergi ke apotik bersama Dinda. Ia segera mengambil uang di dalam dompetnya yang tinggal selembar. 

Mereka berdua menyusuri jalan setapak kecil menuju jalan besar yang ada di ujung jalan. Apotik itu berada di seberang jalan besar. Baru saja Arumi memijakkan kakinya di jalan besar, tiba- tiba penglihatannya menjadi gelap. Tubuh Arumi luruh ke atas tanah dan Dinda tak mampu menahannya lagi.

"Mama! Mama kenapa? Mama bangun, Ma!" ucap Dinda sambil menggoyang- goyangkan badan mamanya yang tergeletak di atas tanah. Gadis kecil itu berharap agar mata sang mama segera terbuka. Namun mata Arumi tetap terpejam, sehingga membuat Dinda semakin histeris. Gadis itu berteriak memanggil mamanya sambil menangis di pinggir jalan itu.

Sebuah mobil berwarna putih berhenti di samping Dinda. Beberapa detik kemudian seorang laki-laki muda yang memakai jas putih keluar dari dalam mobil. Ia berlari kecil menghampiri Dinda.

"Ada apa ini?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Inthary
kejam itu nenek²
goodnovel comment avatar
Al Vieandra
kasihannya Arumi
goodnovel comment avatar
Nur Cahaya
kasihan Arumi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mertuaku Racun Rumah Tanggaku   54

    Dokter Andrean buru- buru keluar dari rumah sakit begitu mendengar kabar Dinda diculik. Begitu pedulinya ia pada Dinda. Meskipun ia tak mmiliki hubungan apapun dengan Dinda, tapi anak itu berhasil mengisi salah satu bilik di hatinya. Keceriaan dan keberaniannya berhasil membuat dokter Andrean merasa tersentuh. Terlebih Dinda adalah anak Arumi, gadis yang pernah singgah di dalam hatinya, meski rasa itu hanya bertepuk sebelah tangan."Dokter, tolong saya. Dinda diculik dan penculiknya meminta uang tebusan seratus juta!" Kata- kata Arumi di seberang telepon tadi terus terngiang di kepalanya. Ia tak bisa membayangkan seperti apa perasaan Arumi sekarang. Sepertinya ia sedang panik dan kebingungan saat ini.Dokter Andrean sudah sampai di mobilnya. Tangannya hendak meraih pintu mobil, tapi tiba- tiba seseorang menghentikannya."Dokter Andrean!" Nyonya Tiara dan Tuan Hanggoro saling bergandengan berjalan ke arahnya.Dokter Andrean menajamkan penglihatannya menatap sepasang suami istri yang ta

  • Mertuaku Racun Rumah Tanggaku   53.

    Ardi menggamit lengan Arumi dan Dinda, memasuki sebuah restoran mewah di kota itu. Kehadiran mereka menarik perhatian beberapa pengunjung lain. Wajah cantik Arumi yang disorot oleh lampu temaram memiliki daya pikat tersendiri. Kecantikannya mampu menarik perhatian orang- orang yang tengah duduk, menikmati makan malamnya di restoran itu.Arumi memang selalu terlihat menarik di mata laki- laki. Mungkin karena hal itulah rasa cemburu Ardi begitu besar. Meskipun Arumi selalu bisa menjaga hati dan pandangannya tapi Ardi justru selalu mencurigainya. Bodohnya ia sampai termakan hasutan ibunya.Ardi semakin mengeratkan tangannya ke lengan Arumi. Sungguh ia merasa sangat beruntung memiliki istri secantik Arumi. Entah selama ini apa yang membuatnya buta sampai menyia- nyiakan istri seperti Arumi.Ardi terus melangkah sampai ketika pandangannya tertuju pada seorang lelaki yang melambaikan tangan ke arahnya.Ardi mempercepat langkahnya menuju ke meja lelaki yang tak lain adalah kliennya itu.Lela

  • Mertuaku Racun Rumah Tanggaku   52

    "Bu, lihatlah si Babu ini sudah berpakaian rapi, mau kemana dia?" Aurel berteriak ketika melihat Arumi dan Dinda berpakaian rapi. Arumi mengenakan gaun berwarna hitam yang dibelikan oleh Ardi beberapa hari yang lalu. Tubuhnya yang kurus nampak cantik berbalut gaun hitam yang nampak mewah dan elegan itu. Polesan make up tipis di wajahnya, tampak membuatnya semakin cantik. Tentu saja hal.itu membuat Aurel yang selalu iri dengan Arumi naik pitam.Arumi dekil dan penyakitan saja, Aurel iri karena Ardi tetap selalu mencintainya. Apalagi sekarang, Aurel tampak cantik dengan gaun yang dibelikan oleh Ardi. Ardi memang pintar memilih gaun. Gaun hitam itu pas sekali di tubuh Arumi. Aurel sempat melontarkan protes, karena suaminya tak pernah memilihkannya gaun seperti itu. Namun Ardi selalu berkilah. Selera fashion Aurel sangat tinggi, ia takut jika pilihannya tidak cocok untuk Aurel. Namun tentu saja semua itu hanyalah alasan Ardi. Ia memang tidak pernah mencintai Aurel. Perhatian dan kasih say

  • Mertuaku Racun Rumah Tanggaku   51.

    "Ardi…!" Bu Hilda berlari tergopoh- gopoh ke kamar Arumi. Arumi dan Ardi yang tengah bercengkrama, sontak mengalihkan perhatiannya pada Bu Hilda."Ada apa, Bu?" ucap Ardi seraya menaikkan alisnya."Aurel… Aurel pingsan!" ucap Bu Hilda sambil menunjukan wajah paniknya.Ardi mengernyitkan alisnya mendengar perkataan Bu Hilda. Tadi Aurel nampak baik- baik saja, kenapa tiba- tiba pingsan.Melihat putranya tak bergeming, Bu Hilda langsung menarik tangannya."Ayo, kita harus segera membawa Aurel ke rumah sakit!" "Tapi —" Ardi enggan meninggalkan Arumi. Saat - saat seperti ini adalah saat yang paling dirindukannya. Namun suasana syahdu itu harus rusak karena teriakan Bu Hilda."Ayo, Ardi! Aurel istrimu juga. Kalau sampai terjadi apa- apa padanya, kau juga harus bertanggung jawab!" Bu Hilda meninggikan suaranya, agar anak lelakinya itu mau mengikutinya. Sejenak Ardi menatap Arumi, seolah ingin meminta izin pada wanita itu. Arumi tersenyum sembari menganggukkan kepala, membuat seluruh keragua

  • Mertuaku Racun Rumah Tanggaku   50.

    Deru suara mobil berhenti di pekarangan rumah Bu Hilda. Beberapa saat kemudian Ardi terlihat turun dari mobil dengan menenteng beberapa kantong plastik dan tas belanja.Bu Hilda, Santi, dan Aurel tersenyum melihat tentengan di tangan Ardi. Sepertinya lelaki itu habis dapat bonus dari kantor sampai belanja sebanyak itu."Wah, kamu habis belanja, Mas?" Aurel mencium takzim telapak tangan suaminya, kemudian bergelayut manja di lengannya."Ya, aku tadi abis dari supermarket, aku juga mampir ke restorant biasa, untuk membeli makanan," sahut Ardi seraya mengangkat kantong plastik yang ditentengnya.Senyum Aurel semakin lebar, melihat logo restorant favoritnya di kantong plastik yang ditunjukkan suaminya itu."Wah, Mas Ardi memang suami idaman. Padahal aku ga minta dibeliin makanan, tapi Mas Ardi sudah pengertian." Aurel hendak meraih kantong plastik dan tas belanja di tangan suaminya itu, tapi belum sempat tangannya menyentuh kantong plastik dan tas belanja itu, Ardi sudah menjauhkannya dar

  • Mertuaku Racun Rumah Tanggaku   49.

    "Mama!" Dinda melepas genggaman tangan Ardi dan berhambur ke arah ranjang Arumi. Baru beberapa hari saja, ia tidak bertemu dengan sang mama, rasa rindunya sudah membuncah. Arumi yang masih lemah, dengan selang- selang infus masih terpasang di tubuhnya mencoba bangun untuk menyambut putrinya itu. Tak bisa dipungkiri, ia juga sangat merindukan Dinda."Sayang, Mama kangen banget sama kamu!" Air matanya meleleh saat tangannya berhasil merengkuh bocah perempuan yang masih memakai seragam SD tersebut."Bagaimana keadaan Mama? Apa perut Mama masih sakit? Biar Dinda obati!" ucap bocah polos itu. Selama ini, yang selalu ia lakukan saat sang mama berguling kesakitan menahan rasa nyeri di perutnya, adalah mengelus- elusnya. Kali ini Dinda pun melakukan hal yang sama, membuat Arumi tersenyum geli."Mama udah ga sakit kok, Sayang," ucap Arumi sembari membelai rambut gadis kecil yang dikuncir dua itu. Semua rasa sakitnya seolah musnah begitu melihat putri kesayangannya itu."Kalau begitu, kapan Mam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status