Ikhsan dan Amanda akhirnya keluar untuk makan bersama di restoran tak jauh dari kantor mereka. "Terima kasih, Pak. Udah mau nemanin saya makan siang." ucap Amanda. "Iya sama-sama. Oh iya, ini ulang tahun kamu yang keberapa?" tanya Ikhsan basa-basi. "ke-21, Mas eh Pak" Amanda salah tingkah. "Santai aja sih. Sebenarnya usia kita beda tipis. Cuma mengingat aku atasan kamu di kantor jadi kamu mesti manggil aku Pak. Kecuali di luar kantor bebas kamu mau panggil apa saja," jelas Ikhsan. Kedua sejoli itu terlibat obrolan seru setelahnya. Sosok Amanda ternyata sangat menyenangkan di mata Ikhsan. Amanda juga gadis yang luwes dan mudah berbaur dengan siapa saja. Tak terasa waktu berjalan dengan cepat. Setelah melihat jam di tangannya, Ikhsan mengajak Amanda untuk segera balik ke kantor. "Manda, bentar lagi udah masuk jam kantor. Balik yuk," ajak Ikhsan. "Cepet banget ya, Pak. Yaudah ayo ntar keburu masuk," jawab Amanda.**** "
Tak lama terdengar suara mobil memasuki halaman. Dan Naila yakin itu pasti suaminya. Dia bergegas ke depan untuk membukakan pintu. "Belum tidur kamu, Nai?" tanya Ikhsan. "Nungguin kamu pulang. Lagian ada acara kenapa gak bilang-bilang sih, Mas. Gak biasanya kamu seperti ini," "Iya aku lupa, tadi itu acaranya Pak Manager jadi dadakan gitu," ucap Ikhsan. "Berarti kamu udah makan ya, Mas?" tanya Naila. "Udah barusan," jawab Ikhsan. "Ehm .... " Naila ingin menanyakan suatu hal tapi dia merasa ragu menyampaikan "Kenapa lagi, Nai. Ada yang mau kamu tanyakan?" tanya Ikhsan. "Mas, siapa gadis yang duduk dekat sama kamu di statusmu itu?" tanya Naila. "Oh dia Amanda anak magang baru 3 minggu ini, kenapa cantik ya?" tanya Ikhsan sembari menggoda Naila. "Bukan gitu, Mas. Harusnya kamu bisa menjaga perasaanku. Kamu pria beristri harus tahu batasan dalam pergaulan. "Cuma teman aja, Nai. Lagian hal itu udah biasa k
Tiba di hotel, Naila langsung menuju ke resepsionis untuk check in. Setelah mendapatkan kuncinya, mereka menuju kamar masing-masing. Naila sengaja memesan dua kamar sekaligus agar merasa nyaman saat beristirahat. Dia juga memikirkan privasi saudara sepupunya itu. Setelah membersihkan diri, Naila menuju kamar Rani,"Ran, udah siap belum? Kita mau menghadiri pameran karya seni sekarang juga," ujar Naila. "Iya udah siap, Mbak. Tadi kan udah diingetin sama Mbak Naila," sahut Rani. Acara pameran yang digelar sangat ramai sekali. Dihadiri banyak pengusaha dari seluruh Indonesia. Beberapa turis mancanegara juga terlihat di sana. Maklum kota Yogyakarta juga salah satu kota yang bertaraf Internasional. Produk yang Naila hasilkan juga terpampang di sana. Pameran ini bertujuan untuk mendobrak semangat para pengusaha lokal agar lebih bersemangat lagi. "Senang bisa langsung bertemu dengan Bu Naila?" ucap salah satu pengunjung pameran. "Saya j
ANAKKU JUGA CUCUMU, BU# PART22(27) Klontang!! "Maaf, Pak, Bu sudah mengganggu," ucap seorang Roomboy yang baru saja menjatuhkan besi yang dipegangnya. Naila yang merasa malu kedapatan berpelukan segera menjauh dari Rendi. Rendi lebih bisa menguasai suasana mempersilakan pria itu pergi. "Terima kasih, Nai," ucap Rendi yang kemudian segera berlalu dengan senyum manisnya. Sungguh malam ini hati Rendi bahagia. Dia telah mengatakan beban yang selama ini menghimpit dadanya. Dan serasa mimpi dia bisa memeluk seorang Naila. Sementara Naila merutuki kebodohannya. Dia merasa tak seharusnya melakukan hal bodoh semacam itu. Dia menyesal sungguh-sungguh menyesal. Untuk menghilangkan perasaan bersalahnya, dia mencoba mengirim pesan pada Sang Suami. Naila membuka aplikasi berwarna hijau lalu melihat kontak suaminya. Ternyata suaminya sedang online."Mas, Ikhsan kenapa tak menghubungiku sama sekali?" batin Naila. [Mas, udah tidurkah?]" Na
Naila mencoba menelpon suaminya untuk mengabarkan bahwa dia akan pulang. Tiket pesawat sudah dipesannya. Setelah beberapa kali mencoba menghubungi namun tak tersambung juga. Naila akhirnya memilih mengirim pesan pada suaminya itu, [Mas, mungkin nanti malam aku udah pulang] namun ternyata ponsel suaminya tak aktif. Hari- hari Ikhsan semakin berwarna, kali ini pria itu benar-benar jatuh cinta. Begitu juga dengan Amanda, dia seakan mabuk kepayang dengan pesona yang dimiliki oleh atasannya itu. Malam ini Ikhsan berniat menyatakan secara resmi perasaannya pada gadis yang menjadi idaman lain di hatinya. Dia telah menyiapkan kado spesial untuk Amanda. Bahkan dia juga sudah memesan tempat di restoran yang akan menjadi tempat spesial dia dan Amanda nanti malam. Seolah lupa statusnya, Ikhsan sama sekali tidak memikirkan perasaan Naila. Dia takut jika terlambat menyatakan hatinya, maka Amanda akan menjadi milik orang lain. Siapa yang tak suka dengan gadis secantik Amanda. Muda, cantik dan
Esok harinya, Ibu mertua Naila datang ke rumah. Dia ingin bertemu dan berbicara degan Naila secara langsung. Sementara Naila sedang menjaga Raka yang bermain di halaman rumah. Bocah kecil itu aktif sekali tak berhenti bergerak kesana kemari. "Naila, kata Ikhsan kamu baru dari luar kota?" tanya Bu Sukma. "Iya, Bu. Dari Yogyakarta." sahut Naila. "Pasti dapat oleh-oleh dong kalau dari sana. Mana bagian Ibu sama saudara iparmu?" tanya Bu Sukma. "Aku gak sempat beli oleh-oleh. Jadwal di sana kemarin padat banget, Bu." balas Naila. "Alasan aja kamu itu. Masa sama keluarga sendiri perhitungan." ketus Bu Sukma. "Yaudah, Naila kasih duitnya aja ya. Nanti Ibu bisa belanja sendiri sama Irda," sahut Naila. Bu Sukma tersenyum sumringah mendengar penuturan Naila. Setelah mendapatkan uang itu, Bu Sukma pamit dengan alasan Bagas nanti mencarinya. Ia bahkan tak menggendong Raka-cucunya-sama sekali. Naila tak ingin berurusan terlalu
ANAKKU JUGA CUCUMU, BU# PART24A(30) Amanda melihat-lihat foto di galeri ponselnya, gadis itu tersenyum sendiri melihat kemesraannya dengan sang kekasih. Dia selalu mengabadikan momen saat bersama dengan Ikhsan, saat di mobil, bergandengan mesra di mall, bahkan ada beberapa foto vulgar di sana. "Ehem." Seseorang di belakang Amanda berdehem membuatnya terkejut. "Eh kamu, Rik. Selau bikin kaget orang," gerutu Amanda. "Akan lebih kaget lagi kalau Naila yang ada di belakangmu saat ini," ketus Rika. "Ngapain tiba-tiba bahas soal Naila," sahut Amanda. "Manda, aku sudah pernah bilang padamu. Aku gak mau punya teman pe-la-kor!" Rika mengingatkan Amanda. "Apa hubungannya, Rik. Ak-aku gak ngambil suami orang kok,"elak Amanda. "Masa? By the way, foto-foto kamu sama Pak Ikhsan barusan bagus ya. Lebih bagus lagi kalau dibikin viral," Rika tertawa sinis dengan candaannya sendiri. "Apaan sih, Rik. Jadi serem gitu ngomongnya," gerut
Permainan panas Ikhsan dan Amanda tak hanya berlangsung sekali saja. Seolah ingin melampiaskan hasrat liarnya, mereka melakukan untuk yang kedua kalinya. "Aku sayang banget sama kamu, Manda," bisik Ikhsan ditengah pergumulannya. "Aku juga, Mas," sahut Amanda. Ting ... ting ... ting! Ponsel Ikhsan berbunyi tanda ada panggilan masuk. Pria itu tak mempedulikannya, dia lebih memilih memadu kasih bersama wanita idaman lainnya. Setelah selesai menuntaskan hasratnya, Ikhsan mengucapkan kata-kata mesra pada Sang Kekasih. Manda beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementara Ikhsan masih duduk bersandar di ranjang. Pria itu meraih ponsel yang berada di atas nakas. Dilihatnya ada panggilan masuk dari Rani dan Bapak Mertuanya. Merasa penasaran kenapa mereka berdua kompak menelponnya, Ikhsan pun menghubungi Rani. "Halo, Ran. Tadi kamu menelponku?" tanya Ikhsan. "Iya, Mas. Mbak Naila tadi pingsan." jawab Rani.