Share

Meski Cinta Telah Pudar, Bintang Tetap Bersinar
Meski Cinta Telah Pudar, Bintang Tetap Bersinar
Author: Blessy

Bab 1

Author: Blessy
"Kontraknya akan berakhir dalam setengah bulan. Aku rencana mau cerai sama Leonard."

Saat berkata begitu, Liana menonton video di tabletnya yang telah diputar ratusan kali. Dalam video itu, suaminya menatap kekasih masa kecilnya dan berkata dengan penuh perasaan, "Emily, aku masih belum bisa lupakan kamu. Kembali ke sisiku, ya?"

Kemudian, Leonard Hadinata mencium bibir merah Emily.

Sementara itu, Kai Hadinata, putra yang telah dikandung Liana selama sembilan bulan dan dilahirkannya dengan mempertaruhkan nyawanya, berseru lantang, "Papa, aku mau Bibi Emily jadi mamaku!"

Tekad Liana untuk pergi pun menjadi makin kuat.

Di ujung telepon, Melisa, ibunya Leonard terdiam sejenak. Kemudian, dia menasihati Liana untuk berpikir matang-matang, "Kamu harus pertimbangkan baik-baik. Kalau cerai, kamu bukan cuma harus tinggalkan pekerjaanmu saat ini. Karena ada kontrak itu, kamu bahkan nggak akan kebagian banyak harta."

Liana menjawab tanpa ragu, "Emm. Berhubung akta nikah itu palsu, aku pasti akan pergi tanpa ambil sepeser pun. Jangan khawatir."

Melisa mencoba membujuknya untuk tetap tinggal, "Kalau bersikeras mau cerai, kamu pasti nggak akan dapatkan hak asuh anak. Kamu rela untuk pisah sama anakmu? Aku tahu kamu mencintai Leonard. Dengan adanya anak kalian, cepat atau lambat, dia akan alihkan perhatiannya padamu."

Bahkan Melisa yang jarang bertemu dengan mereka juga tahu betapa dalam cinta Liana terhadap Leonard. Namun, Leonard malah menganggapnya sebagai wanita licik yang hanya menginginkan keglamoran istri orang kaya.

Rasa pahit muncul di hati Liana, tetapi dia tetap teguh pada pendiriannya. "Kai itu keturunan Keluarga Hadinata. Aku percaya kamu dan Leonard akan memperlakukannya dengan baik. Jadi, aku nggak berniat untuk kembali lagi."

"Baiklah, aku akan aturkan kepergianmu sesuai kesepakatan."

Setelah menerima jawaban positif, Liana akhirnya menghela napas lega. Akan tetapi, kepahitan di hatinya tidak dapat ditekan lagi. Hubungannya dengan Leonard adalah ikatan tragis yang terjalin lima tahun lalu, semata-mata karena dorongan kepentingan.

Saat itu, Leonard dan Emily sedang berada di masa-masa pacaran paling indah. Namun, Emily malah menikah kilat dengan seorang konglomerat di Negara Talvera. Leonard tidak percaya Emily akan mencampakkannya. Dalam perjalanan mengejar Emily yang akan pergi ke luar negeri, dia mengalami kecelakaan mobil dan baru sadar setelah perawatan intensif selama sebulan.

Melisa melarang Leonard untuk bertemu dengan Emily lagi, juga menunjukkan kepadanya video pernikahan Emily.

Leonard tenggelam dalam keputusasaan yang menyakitkan. Dia kecanduan alkohol, suka mengemudi secara ugal-ugalan, dan kehilangan berat badan secara drastis. Intinya, dia seolah-olah tidak menghargai hidupnya.

Berhubung khawatir akan keselamatan putranya, Melisa pun menemukan Liana yang memiliki sedikit kemiripan dengan Emily. Dia secara pribadi menemui Liana dan memintanya untuk menandatangani kontrak.

Tugas Liana adalah mencari cara untuk membuat Leonard berada di sisinya, dengan masa kontrak lima tahun. Dalam lima tahun itu, bukan hanya kariernya yang akan terjamin, tetapi ada juga tim medis terbaik yang akan menangani transplantasi hatinya.

Liana mengidap penyakit hati turunan, tetapi dibesarkan di panti asuhan sejak kecil. Hidupnya yang sulit membuatnya memiliki keinginan kuat untuk bertahan hidup. Jadi, dia setuju.

Setelah menandatangani kontrak dengan Melisa, Liana mulai meniru gaya berpakaian Emily, menciptakan berbagai kesempatan untuk pertemuan tak terduga, bahkan mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi Leonard dari kecelakaan mobil.

Leonard sebenarnya adalah orang yang sangat setia.

Awalnya, Liana berpikir dirinya tidak akan dapat memenuhi permintaan Melisa. Namun, setelah dia melindungi Leonard dari kecelakaan mobil, lalu memulihkan diri di rumah sakit karena mengalami patah tulang, Leonard tiba-tiba setuju untuk bersamanya.

Saat itu, Liana tidak terlalu memikirkannya. Dia hanya merasa bahwa kegigihannya akhirnya berhasil meluluhkan hati Leonard. Dengan pengaturan Melisa, akta nikah mereka memang palsu, tetapi Liana juga merasa bahwa dirinya bahagia.

Sebulan setelah pernikahan mereka, Liana mengetahui bahwa Leonard setuju untuk bersamanya bukan karena merasa terharu atas kegigihannya, melainkan karena Emily telah mengumumkan kehamilannya di media sosial hari itu.

Liana mengingatkan dirinya untuk tidak menaruh harapan dan hanya perlu memenuhi kesepakatannya. Namun, ketika dia hamil, Leonard sangat gembira, juga menemaninya berhari-hari. Kebahagiaan dan rencana Leonard untuk masa depan anak itu terasa begitu tulus.

Selain itu, Melisa juga mengabarkan bahwa donor hati yang cocok untuk Liana telah ditemukan. Jadi, Liana pun melahirkan anak tersebut.

Awalnya, Liana berpikir bahwa menjalani hidup datar bersama Leonard seperti ini juga cukup baik. Namun, semua itu hancur tiga bulan lalu.

Emily kembali setelah bercerai. Bukan hanya cinta Leonard yang bersemi kembali, tetapi bahkan putra kandungnya juga dengan cepat tertarik pada Emily dan membencinya.

Awalnya, Liana tidak mengerti kenapa lima tahun kebersamaan mereka tidak berarti apa-apa bagi Leonard. Begitu Emily kembali, keberadaannya langsung menjadi sebuah kesalahan.

Liana pernah mempertanyakannya dan meributkannya, tetapi semuanya sia-sia. Perlahan, hatinya pun tenggelam makin dalam dan bagaikan direndam dalam air asin. Sekarang, yang tersisa hanyalah kekecewaan.

"Apa yang kamu lihat?" Tiba-tiba, terdengar suara dingin seorang pria.

Pada saat ini, Liana baru menyadari bahwa ayah dan anak itu telah pulang. Dia menyingkirkan semua pikirannya, lalu mematikan layar tablet dan menjawab dengan santai, "Produk yang direkomendasikan asisten penjualan. Kamu dari mana? Kenapa pulang selarut ini?"

Ketika Leonard berjalan mendekat, Liana segera mencium aroma parfum samar yang sangat lembut. Itu adalah aroma parfum favorit Emily.

"Acara bisnis," jawab Leonard dengan singkat sambil melonggarkan dasinya.

Melihat Leonard yang berbohong dengan santai, Liana juga tidak mempermasalahkannya. Sebaliknya, dia menatap putranya. "Kai, acara minum-minum nggak cocok untuk anak-anak. Kalau Papa ada acara seperti itu lagi, telepon saja aku. Aku akan jemput kamu pulang. Oke?"

Kai mengikuti ayahnya dengan sikap sok dewasa. Dia masih terlalu muda untuk menyembunyikan emosinya. Saat ini, dia memasang tampang tidak sabar terhadap ibunya.

"Aku mau ikut Papa. Ma, bisa nggak kamu jangan terlalu banyak ikut campur?"

Bibir Liana berkedut. Hatinya terasa makin perih. Dia tidak memiliki orang tua. Setelah Kai lahir, dia pun mencurahkan seluruh energinya untuk Kai. Dia bukan hanya menyayangi Kai, tetapi juga mengawasinya dengan sangat ketat dengan harapan Kai bisa tumbuh dengan baik.

Liana melarang Kai makan ayam goreng dan bermain game sampai larut malam, juga menyuruhnya membaca buku di luar pelajaran dan berlatih kaligrafi. Namun, di bawah hasutan Emily dan ketidakpedulian Leonard, semua itu menjadi kesalahan Liana.

Liana mencoba memperbaiki pemikiran Kai. Namun, setiap kali, hasil yang didapatkannya justru bertolak belakang.

Jika itu dulu, Liana pasti akan menceramahi Kai sebentar. Namun, setelah mendengar Kai mengatakan dirinya menginginkan Emily menjadi ibunya hari ini, Liana tidak ingin peduli lagi.

Setelah berganti pakaian, Kai marah lagi. "Mama, apa yang kamu lakukan seharian? Kamu bahkan belum rapikan mainanku!"

Kai mungkin lupa bahwa sebelum pergi bersama Leonard pagi ini, dia yang secara khusus menyuruh Liana untuk jangan menyentuh mainan-mainan itu. Liana meliriknya dan langsung memanggil pembantu untuk merapikan mainan itu. Dia tidak ingin lagi melakukan segala sesuatu secara pribadi.

"Kerjaannya cuma kasih perintah ke pembantu, sama sekali nggak kayak seorang mama, juga nggak selembut dan sebaik Bibi Emily! Andai saja Bibi Emily itu mamaku!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Meski Cinta Telah Pudar, Bintang Tetap Bersinar   Bab 24 

    Setelah memastikan bahwa luka Alice tidak serius, Liana menyerahkannya kepada Kian dan langsung pergi ke ruang kerja. Dia baru keluar setelah tengah malam.Dari tadi, Kian telah menunggu Liana di luar. Melihat Liana masih marah, dia berkata dengan khawatir, "Liana, biarkanlah aku melakukan sesuatu.""Kamu sudah membantuku dengan menjaga Alice. Ini adalah sesuatu yang harus kulakukan sendiri." Liana tidak ingin melibatkan Kian.Kian pun memeluk Liana dalam diam.Tidak ada perusahaan yang benar-benar bersih. Dalam lima tahun terakhir, Liana telah membantu menangani banyak urusan perusahaan. Terutama setelah Emily kembali, waktu yang dihabiskan Leonard di kantor tidak sampai dua jam sehari. Dia selalu menangani semua dokumen yang diperlukan dari jarak jauh. Jadi, sangat mudah baginya untuk menimbulkan sedikit masalah bagi Leonard.Kian meliburkan Liana dari pekerjaan perusahaan, juga mencoba menyelesaikan pekerjaan dengan cepat setiap hari agar bisa pulang untuk menemaninya. Dia memindahk

  • Meski Cinta Telah Pudar, Bintang Tetap Bersinar   Bab 23 

    Sesampainya di rumah, Liana sudah lumayan sadar dari mabuknya. Dia memperhatikan Kian menidurkan Alice, lalu duduk di depannya."Kalau sedih, nangis saja." Kian membuatkan air madu untuk Liana, lalu dengan penuh perhatian membuka sebungkus tisu baru.Liana tidak ingin menangis. Tidak ada yang perlu ditangisi. Dia hanya ingin bertanya, "Kamu yang suruh Alice panggil kamu papa?" Kian mengangguk. "Emm. Aku nggak tahan lagi lihat orang itu, tapi kamu melarangku ikut campur. Jadi, aku cuma kepikiran solusi itu. Kalau kamu nggak senang, aku akan suruh Alice jangan panggil aku begitu lagi." Solusi apanya! Itu jelas-jelas adalah pukulan psikologis.Kata-kata Alice mengenai "Papa nggak pernah buat Mama sedih" terus berputar di pikiran Liana. Dia menatap Kian yang lembut dan penuh perhatian, lalu berujar, "Kamu suka dipanggil begitu, sedangkan dia juga bersedia panggil begitu. Ya biarkan saja dia lanjut panggil begitu."Untuk sesaat, Kian masih belum tersadar. Setelah beberapa detik, dia terli

  • Meski Cinta Telah Pudar, Bintang Tetap Bersinar   Bab 22 

    Liana yang tadinya bersandar pada Kian sambil tersenyum tiba-tiba bersikap dingin dan menjaga jarak ketika melihat Leonard. Melihat hal ini, hati Leonard dipenuhi perasaan campur aduk, seperti bumbu yang tidak sengaja ditumpahkan. Dia masih tidak percaya bahwa Liana benar-benar mampu merelakan hubungan yang telah mereka jalin selama lima tahun."Liana, kamu benar-benar sudah yakin? Kamu mau kita jadi orang asing?" tanya Leonard."Leonard, kalau otakmu bermasalah, pergilah ke rumah sakit. Apa aku terlihat seperti orang yang ingin melanjutkan hubungan ini?" Nada Liana dipenuhi dengan rasa jijik yang tak tersembunyi. Apakah dia belum menunjukkannya dengan cukup jelas, sehingga Leonard masih tidak percaya bahwa dia ingin memutuskan semua hubungan dengan Leonard?Leonard merasa hatinya bagai disayat pisau. "Lalu, apa arti kebersamaan kita selama lima tahun terakhir? Kamu bilang kamu menyukaiku dan mau bersamaku. Kamu selamatkan aku dari kecelakaan, juga merawatku waktu aku sakit.""Selain i

  • Meski Cinta Telah Pudar, Bintang Tetap Bersinar   Bab 21 

    Rumah Kian tidak jauh dari perusahaan, hanya sekitar sepuluh menit berkendara. Rumah itu tidak terlalu besar, tetapi didekorasi dengan sangat hangat.Alice sangat menyukai sofa besar di ruang tamu. Dia berguling-guling di atasnya dan enggan untuk bangun."Mama, boleh nggak kita tidur di sofa malam ini?" tanya Alice dengan penuh harap."Boleh. Aku akan ambilkan selimut untuk kalian," jawab Kian. Kemudian, dia masuk ke kamar untuk mengambil selimut.Setelah berguling-guling di sofa lagi, Alice berseru dengan sangat kuat, "Terima kasih, Paman Kian! Paman Kian benar-benar baik!" Liana memandang Alice. Ketika baru mengadopsi gadis kecil ini, Alice masih sangat pemalu dan selalu menempel padanya, juga merasa tidak aman tanpa dirinya. Akhir-akhir ini, Alice dirawat dengan sangat baik dan menjadi jauh lebih berani. Kadang-kadang, ketika Liana sibuk, dia akan pergi mencari Kian sendiri."Kamu suka sama Paman Kian?" tanya Liana mencubit pipinya.Alice mengangguk tiada henti. Kemudian, dia berb

  • Meski Cinta Telah Pudar, Bintang Tetap Bersinar   Bab 20

    Liana berbalik dan pergi dengan tegas.Leonard tidak bisa masuk ke gedung perusahaan dan hanya bisa menunggu di lantai bawah.Kian secara khusus menyuruh sopirnya menurunkan Alice dari tempat parkir samping, sekaligus memberi tahu Liana, "Leonard sepertinya lagi cari tempat tinggal di kompleks apartemenmu. Dia sepertinya mau jadi tetanggamu." Alice mengedipkan matanya. Meskipun masih kecil, dia mengingat nama itu. Dia menatap ibunya dan bertanya dengan bingung, "Mama, apa itu Papa?""Bukan, dia cuma orang asing. Waktu ketemu sama dia kelak, jangan percaya pada apa pun yang dia katakan atau ikut dengannya," pesan Liana sambil mengelus kepala Alice.Alice mengangguk patuh, lalu dibujuk untuk pergi bermain di samping. Liana mengerutkan kening. Dia tidak takut pada Leonard, tetapi Leonard yang selalu mengusiknya sangat berpengaruh pada kehidupannya."Mau nginap di tempatku beberapa hari? Kompleksku punya keamanan yang baik," tanya Kian ragu-ragu. Saat Liana menoleh, dia menambahkan, "Aku

  • Meski Cinta Telah Pudar, Bintang Tetap Bersinar   Bab 19

    "Terima kasih," kata Liana kepada Kian.Kian menatapnya. "Liana, barusan ....""Seperti yang kamu lihat. Aku dan Leonard sudah hidup bersama selama lima tahun, juga punya seorang anak. Terima kasih atas perhatianmu selama beberapa hari terakhir. Besok, aku akan sewa pengasuh. Kamu nggak perlu antar jemput Alice lagi," ujar Liana dengan sopan."Liana!" Melihat Liana yang mencoba menjaga jarak dengannya, Kian menarik tangannya dengan agak marah. "Sejak kamu masuk kerja, aku tahu kamu punya keluarga dan anak. Kalau aku peduli tentang itu, aku nggak akan berusaha keras untuk bersikap baik padamu dan Alice."Liana menatapnya dan menyahut dengan nada tanpa emosi, "Tapi, kamu juga sudah melihatnya. Leonard punya dukungan Grup Hadinata. Dia orang yang keras kepala. Kalau dia melampiaskan amarahnya padamu, itu bisa membahayakan perusahaanmu ...." Kian tiba-tiba tertawa dan berkata dengan yakin, "Liana, kamu bukannya sama sekali nggak menaruh perasaan padaku, 'kan? Kamu mengkhawatirkanku." Sor

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status