Dengan segera lelaki itu menyambar ponsel milik istrinya dan membawanya keluar ruangan. Hatinya diliputi rasa cemas kala akan melewati tempat di mana staf perempuan duduk. Karena sepertinya di sana sedang terdengar kasak-kusuk oleh beberapa orang yang sengaja membicarakan tentang Lena.
"Aktingmu bagus banget, Say. Pak Khair sampai lebih belain kamu loh dibanding istrinya," ungkap seorang staff.
"Haha, siapa dulu dong. Duhh, senang banget rasanya melihat seorang pela*ur kaya dia dipermalukan di depan umum sama suaminya sendiri pula. Lagipun siapa suruh dia mengambil Pak Khair dari saya. Rasain deh akibatnya," timpal gadis yang menjadi pemeran utama tadi pagi.
"Kamu nggak kasihan apa lihat wajahnya yang kecewa gitu?" tanya yang lain.
"Kenapa harus kasihan? Yang harus dikasihani di sini itu saya. Karena ulah dia cinta saya dengan Pak Khair bertepuk sebelah tangan," imbuhnya.
"Dihh,
Kadang seseorang mengulang kegiatan di masa lalu bukan sebab dia ingin kembali pada masa itu, tetapi lebih kepada mencari cara untuk kuat setidaknya seperti dulu.***Khair hampir saja frustasi saat panas matahari sudah terasa berada tepat di atas kepalanya. Meskipun menggunakan mobil untuk mencari Lena, tapi tetap saja kegiatan seperti ini cukup menguras tenaganya.Bahkan Khair rela meninggalkan pekerjaan kantor demi menemukan keberadaan perempuan yang sangat dia cintai itu. Namun, hati Khair langsung berdenyar saat mendapat kabar kalau perempuan itu pergi bersama lelaki lain. Meskipun dia sendiri ragu kalau Lena telah menduakan hatinya.Sebagai manusia biasa dengan status yang bergelar suami wajar kalau dia cemburu. Saat ini dadanya sedang diliputi rasa gelisah juga kecewa yang hadir secara bersamaan.Setelah sekian lama berpikir akhirnya Khair memutuskan pulang ke rumah untuk membersihkan diri dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim
Khair reflek memukul pria paruh baya itu hingga tubuhnya tersungkur ke lantai."Jangan coba-coba menyentuh istri saya atau Anda akan merasakan yang lebih parah dari ini," geram Khair.Pria paruh baya itu bukannya takut, tapi malah menaikkan sedikit sudut bibirnya lalu mulai bangkit. "Jangan berlagak layaknya suami yang baik kalau kamu sendiri belum mampu mencegah istrimu datang ke tempat ini!"Khair merasa tertampar dengan kata-kata yang baru saja lelaki itu lontarkan padanya. "Jangan ikut campur! Anda tidak tahu apa-apa!" balas Khair kesal."Ya, tentu saja. Kalau tadi kamu tidak datang ke sini. Saya pasti sudah menikmati tubuhnya!""Pergi dari sini atau saya akan membunuhmu!" ujar Khair dengan berapi-api. Bahkan orang-orang di ruangan itu sampai bergidik ngeri. Saat ini kondisi hati Khair sedang tidak stabil hingga dia sulit mengendalikan amarahnya."Astaghf
Sesampainya di rumah, Khair segera membaringkan Lena ke tempat tidur. Beruntung Mama Reta dan Bik Inah sudah beristirahat di kamar, sehingga tidak ada pertanyaan-pertanyaan yang akan membuat lelaki itu terpaksa membuka aib istrinya. Karena bagi Khair aib Lena adalah aibnya. Dia tidak sedikitpun punya niat untuk menyalahkan Lena atas kejadian hari ini. Khair justru menyesal, sebagai suami dia merasa telah gagal membahagiakan perempuan yang dicintainya. "Sayang, Maafkan Mas, ya," ujar Khair sambil melepas kaos kaki Lena setelah melonggarkan pakaian perempuan itu. Sementara Lena yang tak sadarkan diri itu hanya bergeming. Khair merasa bersalah sebab Lena masih mau menaatinya meski hatinya sudah terluka parah. Lelaki itu membalut tubuh istrinya dengan selimut sebatas dada. Kemudian, dia membiarkan perempuan itu beristirahat. *** Azzam duduk termenung di lantai paling atas rumahnya. Dia tidak pernah menyangka kalau Lena akan melupak
Maaf, untuk perubahan sebutan tokoh dari kata 'saya' menjadi 'aku.' Tujuan author hanya satu supaya cerita mantap dibaca. Happy Reading! "Untuk apa kamu di sini? Sudah puaskah mempermalukanku di depan umum?" tanya Lena dengan napas tersengal dan menggebu. Khair langsung mendekat lalu mengusap kepala Lena. "Maaf," sesalnya. Lena menepis tangan Khair dengan kasar lalu bergerak merubah posisi membelakangi lelaki itu. "Aku memang bukan istri idaman kamu," balasnya. Nada bicaranya terdengar datar, tapi siapa pun pasti tahu kalau diperlakukan seperti tadi sangatlah sakit. "Astaghfirullah ... tidak, Sayang. Sampai kapan pun kamu adalah istriku yang paling shalihah. Maaf, kalau kemarin kata-kata Mas membuat kamu tersinggung," rayu Khair seraya duduk di samping Lena. Dia tidak akan patah arang untuk membuat Lena bisa mema
Lena buru-buru ingin mengambilnya, tetapi sang mertua telah lebih dulu memegang surat itu. "Dari rumah sakit?" Perempuan paruh baya itu mengerutkan keningnya."Balikin, Ma!" ucap Lena seraya berusaha merebut surat itu."Nggak akan Mama kembalikan sebelum kamu kasih tahu surat apa ini? Oh, jangan-jangan ini hasil cek kesuburan kemarin?" tanya Mama Reta sambil menatap Lena curiga."Kamu sudah tahu, Khair?" tanyanya.Lelaki itu menggeleng perlahan. "Tidak, Ma," ucapnya singkat. "Lena kemarin sudah bilang kalau dia baik-baik saja," sambung lelaki itu seraya mengusap kepala istrinya."Kamu tidak tahu? Hmm, sepertinya ada sesuatu yang tidak beres dengan istrimu ini, Khair," ceplos Mama Reta. "Kamu menyembunyikan sesuatu dari kami?" tuduhnya."Mama ngomong apaan, untuk apa aku menyembunyikan sesuatu dari Mas Khair," sanggah Lena."Ba
Khair segera melepaskan pelukan Lena dan berlari menuju kamarnya. Begitu pun Lena yang juga terkejut mendengar teriakan dari mertua yang selalu membencinya itu."Ma, Mama nggak apa-apa?" tanya Khar seraya menopang tubuh sang Mama yang hampir terjatuh."Kepala Mama sakit," ucap perempuan itu dengan kedua tangan memegangi kepalanya. "Stop! Kamu nggak usah dekat-dekat," teriak perempuan itu dengan jari menuding ke wajah Lena.Lena yang semula begitu antusias untuk membantu mertuanya, seketika langsung diam di tempat. Dia tak menyangka dalam kondisi darurat pun mertuanya itu masih saja tak mau menerima bantuannya."Sudah, Ma, jangan marah-marah lagi. Nanti darah tingginya kumat," ucap Khair sambil mengusap-usap punggung Mama Reta."Ini semua gara-gara istrimu. Kalau aja kamu nggak nikah sama perempuan kaya dia, pasti keluarga kita nggak akan kena sial seperti sekarang," balas perempu
"Apa rencanamu?" Lelaki yang selalu berpenampilan bak aktor papan atas itu menoleh lalu menatap seorang wanita muda berhijab di sampingnya.Sejenak wanita itu menarik punggung dari sandaran kursi lalu menyilangkan kakinya. "Bagaimana kalau kita fitnah saja dia, dan kamu yang akan menjadi pemeran utama dalam mensukseskan permainan ini?" cetusnya.Kerutan di kening Azzam menandakan kalau dirinya masih ragu dengan ide dari lawan bicaranya. Mereka adalah dua orang yang bersatu lantaran alasan ambisi atas rasa cinta yang salah dan enggan pergi dari hati."Tidak, Aida! Aku tidak mau menyakiti hati perempuan yang aku cintai. Bagaimana kalau dia tahu ini rencana kita dan akan semakin membenciku." Lelaki itu menembak kedua bola mata Aida dengan perasaan sedikit cemas."Ck, persetan akan rasa sakit. Bukankah dengan kamu ingin memilikinya saja itu merupakan alasan menyakiti dengan cara yang paling disengaja."
Lena keluar dari ruangan dengan langkah gontai. Sepasang mata tua Mama Reta yang tampak berkaca-kaca membuatnya bimbang untuk mempertahankan keputusan.Ada nyeri sekaligus sesak di dalam sana yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Apakah salahnya kalau dia sulit memiliki keturunan? Bukankah itu diluar kemampuannya sebagai hamba?"Assalamualaikum, gimana kabarnya?" sapaan dari Melody seolah tak memiliki pengaruh apa-apa pada Lena. Perempuan itu sengaja menulikan telinganya seolah indra pendengarannya tak lagi memantulkan bunyi dengan sempurna.Lena tetap berjalan seraya menatap lurus ke depan, menganggap kehadiran Melody hanyalah sebatas angin yang ingin dia hempaskan begitu saja.Lena memasuki kamar dengan perasaan yang sulit digambarkan. Seolah dunia dengan sengaja menghakiminya, membiarkan hatinya dalam keadaan terlunta-lunta dan tak ada yang mampu menenangkannya.Sementar