Beranda / Romansa / Milik Sang CEO / Nyata vs Palsu

Share

Nyata vs Palsu

Penulis: nsr.andini
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-04 15:58:37

Menurutku kalau bukan Bara atau kedua perempuan itu yang mentraktir seharusnya bayar masing-masing, tapi kenapa Rhino yang membayarnya?

"Kita gak minta pajak jadian kok, Pak." Si rambut keriting gantung yang bicara dengan tersenyum ramah.

"Nikmati saja," balas Rhino dengan wajah datar.

Aku merasa Rhino mentraktir seolah untuk berbagi kebahagiaan. Tapi, lelaki itu sedang tidak baik-baik saja. Rhino akan baik-baik saja jika Luna kembali ke dalam dekapannya.

"Seharusnya Bapak gak melakukan ini." Rasanya aku tidak ingin semua ini semakin jauh.

Dari pada mencintai dalam diam lebih menyakitikan berpura-pura menjadi seseorang yang spesial dalam hidup orang yang kita cinta.

Tanpa diduga Rhino yang duduk di sampingku, menyentuh salah satu tanganku yang berada di meja. Perlakuan Rhino sungguh ingin membuatku cepat mengakhiri masa jabatan sebagai Sekretaris ini. Lupakan bahwa setiap perlakukan manis Rhino sesungguhnya mampu meluluh lantakan ruang hati.

"Ingin dicintai secara ugal-ugalan seperti Bu Elea," kata si perempuan berambut keriting gantung lagi.

Dalam hati aku berkata "bagaimana kalau kita bertukar" walau akan sesedih itu melihat Rhino bersama perempuan lain, tapi untuk bagian pura-pura ini aku rela bergantian posisi. Aku ingin menjadi nyata, bukan palsu.

Ketika kami sedang menyantap makanan lagi-lagi ada hal tak terduga. Sepertinya hidup ini suka sekali memunculkan adegan yang tidak bisa diprediksi. Dari sekian banyaknya Restaurant kami bertemu Luna. Tentu saja Rhino tidak akan melewatkan momen itu dengan mengajak Luna makan bersama karena kebetulan Luna akan makan.

Mengingat meja yang sudah penuh Rhino mengajak Luna ke meja lain. Luna sempat menolak ditemani tapi Rhino berkata tidak apa. Seolah aku sebagai "kekasih palsu" ini baik-baik saja dengan mereka makan bersama tepat di depan mata.

I'm not number one, tapi aku juga bukan nomor dua. Aku bukan siapa-siapa. Orang lain bisa melihat mana yang nyata dan palsu, bukan?

"Apa kamu selalu seperti ini?" Tiba-tiba Bara bertanya seperti itu.

"Maksud Pak Bara? Saya gak ngerti."

"Jangan diam saja. Kalau kamu gak baik-baik saja, katakan. Gak semua orang dapat mengerti apa yang kamu rasakan kalau kamu hanya diam."

Bara benar jika aku tidak baik-baik saja. Bukan perihal  aku hanya si "palsu" melainkan bahwa aku tidak bisa menjadi si "nyata" sampai kapan pun. Seberusaha apa pun aku menjadi Sekretaris yang hebat aku hanya akan berakhir sebagai Sekretaris Rhino.

"Siapa yang baik-baik saja saat kekasih kita lebih memilih makan bersama perempuan lain dari pada kita, terlebih tepat di depan mata seperti ini." Perempuan dengan rambut diikat setengah itu akhirnya kembali bersuara.

Dapat kulihat sorot mata Rhino yang terlihat happy. Bahkan senyum manis itu tanpa diminta, terus terlihat. Seolah Rhino lupa bahwa ia sempat mabuk berat malam itu karena perkataan Luna.

Drrrtt drrrtt drrrtt

Kulihat layar handphone yang berada di atas meja menampilkan panggilan masuk dari nomor tak dikenal. Segera aku langsung menerimanya dan perempuan di seberang sana memberitahu bahwa ia ingin melamar sebagai Sekretaris.

Belum ada makanan habis, aku segera pergi dari sana. Melupakan Rhino yang pasti kondisi hatinya sedang baik. Sengaja tidak memberitahu Rhino karena aku tidak ingin mengganggu waktu mereka.

.

.

.

Selesai melakukan sesi wawancara secara online, kusandarkan kepala ke sandara sofa. Belum ada 5 detik, bel berbunyi. Kulangkahkan kaki menuju pintu dan berdiri Rhino di depan sana.

"Kenapa tiba-tiba pergi duluan?"

"Saya ada sesi wawancara dengan pelamar yang akan melamar sebagai Sekretaris baru, Bapak."

"Sekretaris baru?! Bukankah saya bilang kalau saya gak akan melepas kamu? Saya gak butuh Sekretaris baru, Eleanor!"

"Saya boleh jujur?"

"Saya gak melarang kamu buat bicara."

"3 tahun bukan hal yang mudah untuk saya. Setelah melewati ribuan rasa lelah, saya hanya ingin lebih menikmati hidup. Saya diam dan terus melakukan apa yang Bapak suruh bukan berarti saya baik-baik saja. Tolong, izinkan saya untuk sedikit saja melepas apa yang selama ini membebani saya."

Bagaimana respon Rhino? Lelaki itu hanya diam dengan wajah yang lebih sering terlihat datar. Aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya saat ini. Berlalu tanpa mengatakan sepatah kata pun. Aku berharap kali ini Rhino dapat mengerti.

Setelah berkata jujur pada Rhino aku tidak bisa tidur hingga hari sudah mau tengah malam. Yang kulakukan hanya merebahkan tubuh di atas ranjang  menatap langit-langit Kamar. Ada sedikit rasa bersalah, padahal seharusnya yang merasa bersalah itu Rhino.

Drrrtt drrrtt drrrtt

Siapa sih yang menelepon malam-malam seperti ini! Dengan malasnya aku mendudukkan diri, mengambil handphone yang berada di atas nakas. Terdapat panggilan masuk dari nomor tak dikenal.

"Hallo, apa benar ini dengan Sekretaris-nya saudara Rhino?"

"Iya. Dengan siapa saya bicara?"

"Saya dari pihak Rumah Sakit citra harapan ingin memberitahu jika saudara Rhino mengalami kecelakaan dan sekarang sedang diperiksa di IGD."

Rasanya seperti waktu tiba-tiba terhenti. Aku memang ingin menjauh dari Rhino tetapi bukan dengan Rhino terluka. Setelah panggilan itu berakhir segera aku memakai sweater tanpa berganti pakaian tidur yang sudah aku kenakan.

Naik taksi online yang untungnya langsung dapat. Sepanjang perjalanan pikiranku tidak bisa sedikit pun tenang. Aku takut jika terjadi hal buruk pada Rhino. Tuhan, bukan seperti ini yang aku inginkan...

Sampai di depan Rumah Sakit, aku langsung masuk di mana hanya ada beberapa orang yang sedang bertugas. Menanyakan keberadaan Rhino yang katanya masih di IGD. Segera aku bergegas menuju IGD.

Tiba di IGD aku bertanya pada salah satu perawat perempuan yang mengajakku ke tempat Rhino berada. Kulihat Dokter dan satu perawat perempuan yang baru saja selesai memeriksa.

"Bagaimana keadaan Pak Rhino, Dok?"

"Kondisinya normal, tapi untuk memastikan tidak ada luka dalam kami perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut."

"Kalau gitu, Dokter bisa melanjutkannya. Saya yang akan bertanggung jawab atas Pak Rhino."

"Baik. Nanti untuk detailnya akan dijelaskan oleh suster."

Sepeninggalkan Dokter dan perawat, aku yang berdiri di samping Rhino, menatapnya lekat. Terdapat lebam pada daerah dahi. Kenapa bisa seperti ini, Rhi? Apa yang sedang kamu pikirkan?

Dapat kulihat mata itu yang perlahan mulai terbuka. "Elea," ucap Rhino dengan suara lemah.

"Iya, Pak?"

"Saya minta maaf atas ketidak mengertian saya. Sekarang saya mengerti kenapa sebelum bertemu kamu gak ada yang cocok dengan saya, karena bukan mereka yang gak sesuai dengan apa yang saya mau tapi saya yang keterlaluan dalam membuat standar untuk menjadi Sekretaris saya."

Sorot mata itu, menusuk tepat di hati. Sorot mata yang terlihat merasa bersalah dan terdapat kesedihan di sana. Sepertinya kali ini bukan Rhino yang menyakitiku, tapi aku yang menyakitinya.

"Jadi, Pak Rhino akan melepas saya?"

"Saya benar-benar minta maaf, El. Saya harus bersikap egois dengan gak bisa melepas kamu. Saya gak mau orang lain."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Milik Sang CEO   Cinta yang Tak Pernah Usai (END S2)

    "Kita jarang sarapan bareng, jadi biar saya suapin kamu," katanya santai.Aku melirik ke arah di mana Bara bisa tiba-tiba muncul. Takut Bara tiba-tiba muncul lagi dan meledek kami. Tapi melihat ekspresi Rhino yang serius, aku akhirnya membuka mulut dan menerima suapannya.Rhino tersenyum puas. "Gitu dong."Aku mendelik pelan. "Jangan manja, Kak.""Saya kan memang manja sama kamu."Aku menghela napas, tetapi tak bisa menyembunyikan senyum kecil di wajahku. Makan pagi ini terasa berbeda-lebih hangat, lebih berarti. Aku menyadari bahwa sejak Rhino mengingat semuanya, aku semakin menikmati setiap momen bersamanya.Tiba-tiba, Evelyn muncul dengan wajah mengantuk, mengucek matanya. "Mama ... Om Rhino ... lagi ngapain?"Rhino tersenyum lebar, lalu membuka tangannya. "Sini, sayang." Sayang? Apa itu efek Rhino ingin kembali padaku? Dia sampai membuka hati secepat itu untuk anak yang orang asing tahunya anak Bara.Evelyn berjalan mendekat, lalu duduk di pangkuan Rhino tanpa ragu. Aku mengangkat

  • Milik Sang CEO   Aroma Cinta

    Aku dan Rhino sama-sama terkejut mendengar suara Bara yang tiba-tiba muncul. Saat menoleh, Bara sudah berdiri di ambang pintu dengan ekspresi sulit ditebak."Gak bisa," katanya dengan suara datar.Aku langsung tegang. Rhino juga terlihat kaku, kedua tangannya yang tadi memegang pinggangku perlahan-lahan turun. Kami bertiga saling menatap dalam keheningan yang terasa begitu lama.Tapi, tiba-tiba, senyum tipis muncul di wajah Bara. "Gak bisa melihat Evelyn lebih sayang sama Rhino nantinya."Aku mengerutkan kening. "Apa?"Bara terkekeh kecil, lalu melangkah masuk ke Kamar dengan santai. "Kalian tegang banget. Saya cuma bercanda," katanya sambil menepuk bahu Rhino. "Gue senang akhirnya lo bisa ingat semuanya."Rhino menghela napas lega dan tersenyum kecil. "Lo gak marah?"Bara menggeleng. "Marah? Buat apa? Dari awal gue nikahin Elea, gue tahu hati dia bukan buat gue. Gue cuma berharap kalian bisa lebih bahagia dari sebelumnya."Aku merasa hangat mendengar kata-kata Bara. Pria itu memang t

  • Milik Sang CEO   Cinta yang Kembali

    Selesai makan, sebelum meninggalkan Restaurant, kami menyempatkan foto bersama dan itu ide Rhino yang katanya ingin menyimpan kenangan kebersamaan kami saat ingatannya tentangku hilang.Ketika kami semua telah berdiri dari duduk, tiba-tiba Evelyn menyuruh Rhino berjongkok. Rhino yang bingung pun ikut saja. Tidak aku sangka Evelyn akan naik ke punggung Rhino. Ternyata anak itu ingin digendong belakang. Sejak kapan Evelyn begitu dekat dengan Rhino sampai ingin digendong?Dengan wajah tanpa beban justru terlihat senang Rhino menggendong Evelyn. "Mama jangan iri ya," kata Evelyn yang tidak benar-benar mengerti dengan yang diucapkannya."Kalau kamu mau, saya masih kuat untuk menggendong kamu."Sungguh tidak terduga ucapan yang keluar dari mulut Rhino! Aku yang mendengar hal itu sontak memukul lengan Rhino sedikit keras agar dia sadar bahwa di antara kami ada Evelyn. Jangan membuatku malu di depan Evelyn, seperti itulah artinya.Kubiarkan Rhino berjalan di depanku bersama Evelyn, aku mengik

  • Milik Sang CEO   Kenangan yang Terlupa

    Malam semakin larut, dan Rumah mulai terasa lebih sunyi setelah Evelyn akhirnya tertidur. Aku menghela napas lega, memastikan dia nyaman di tempat tidurnya sebelum menutup pintu Kamarnya dengan perlahan.Saat ingin menuju Dapur, aku melihat Bara sudah duduk di meja makan, seperti menungguku dengan tatapan serius. Dia tidak mengatakan apa pun, hanya menatap gelas air di depannya dengan ekspresi yang sulit kuartikan.Aku tahu dia ingin bicara, dan aku juga tahu apa yang ingin dia bicarakan.Dengan langkah pelan, aku berjalan mendekat dan duduk di seberangnya. Sesaat, hanya ada keheningan di antara kami. Bara terlihat seperti sedang memilih kata-kata yang tepat sebelum akhirnya membuka suara."Kamu lihat sendiri tadi, kan?" suaranya terdengar dalam, sedikit lebih pelan dari biasanya.Aku mengangguk. "Iya."Bara menghela napas, jari-jarinya mengetuk ringan permukaan meja. "Rhino ... sepertinya semakin banyak mengingat sesuatu."Aku menggigit bibir. "Dokter bilang itu hal yang wajar.""Say

  • Milik Sang CEO   Mendadak Sakit Kepala

    Setelah mendapatkan boneka kelinci impiannya, Evelyn masih belum puas. Dia menarik tanganku dengan penuh semangat, menunjuk ke area permainan."Mama, Lyn mau main di sana!" katanya, matanya berbinar penuh antusias.Aku menoleh ke arah Bara, yang langsung mengangguk. "Ayo, sekalian kita habiskan waktu bersama."Inna, yang berdiri di sampingku, hanya tersenyum tipis. "Aku gak keberatan, selama Evelyn senang."Aku melirik Rhino yang sejak tadi lebih banyak diam, lalu berkata, "Kalau kamu sibuk atau ada urusan lain, gak apa-apa kalau mau pulang dulu, Kak."Rhino menatapku dengan ekspresi yang sulit kutebak sebelum akhirnya menggeleng. "Saya ikut."Kami pun berjalan menuju area permainan anak-anak. Tempat itu cukup ramai dengan berbagai wahana seru seperti trampolin, perosotan raksasa, dan kolam bola warna-warni. Evelyn langsung berlari ke arah wahana perosotan yang memiliki terowongan berwarna-warni.Aku dan Inna memilih duduk di bangku dekat area permainan sambil memperhatikan Evelyn yan

  • Milik Sang CEO   Peran Bara

    Aku tidak tahu apakah ini ide yang bagus atau tidak, tapi melihat Evelyn begitu semangat saat tahu aku mengundang Inna, aku jadi merasa tidak terlalu bersalah."Tante Inna harus datang! Harus!" Evelyn merajuk tadi, memegangi tanganku dengan wajah penuh harapan. Aku hanya bisa mengangguk dan akhirnya menghubungi Inna, yang sempat ragu sebelum akhirnya setuju datang.Dan sekarang, di sebuah Restoran di dalam Mall, aku duduk di satu meja dengan dua pria dan satu wanita yang memiliki sejarah yang rumit.Bara duduk di seberangku, dengan Evelyn di sampingnya. Di sebelah Evelyn ada Inna, lalu Rhino duduk di sampingku.Keheningan sesaat menyelimuti meja begitu pesanan kami datang. Aku bisa merasakan kecanggungan yang hampir bisa dipotong dengan pisau. Bara terlihat sedikit kaku, sesekali melirik Inna yang tampak tenang, meskipun aku tahu dia juga pasti merasa aneh.Aku melirik Rhino yang dari tadi diam saja. Mungkin masih memikirkan kejadian hari itu di Lobi di mana aku belum memberinya jawab

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status