Share

20.kembali lagi

Zahra kembali ke rumahnya saat adzan magrib berkumandang.ia tak menyua-nyiakan waktu yang di beri sang maha pencipta untuk bisa bersujud.

Meski rasa lelah dan letih hinggap di sekujur tubuhnya Zahra berlalu mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajibannya.

" Dari mana kamu ?" Tanya paman Edo yang tadi sore baru kembali dari Sulawesi.

" Oh...itu tadi ... " Zahra berbicara sambil terbata-bata karena bingung apa yang harus ia jelaskan.

Mulutnya seraya terkunci dan otaknya mendadak mengerem untuk memerintahkan mulut supaya tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

" Kamu bisa membohongi ayahmu sendiri tapi tidak denganku " Edo berbicara sambil berlalu meninggalkan Zahra yang masih diam mematung dan belum membuka mukenanya.

Sang paman berlalu dan menemui kakaknya yang tak lain ayah Zahra.

" Kau membebaskan Zahra ?" Tanya Edo sambil duduk di samping sang kakak.

" Yang penting tahu batasan saja itu sudah cukup !" 

" Jangan biarkan dia buatpacaran dulu !" Edo memperingatkan kakaknya.

" Lelaki yang berani itu tidak mengajak anak perempuan untuk pacaran tapi untuk di halalkan " sang kakak menimpali ucapan adiknya.

" Tenang...Zahra sudah tahu dan mengerti !"Rama pun sebenarnya merasakan kecemasan yang sama dengan Edo.

" Itu ... Tanah nggak di bangun sekalian ?" Tanya Rama.

" Atur sajalah ! Saya sibuk sedang persiapan panitia juga buat calon anggota TNI yang baru !" Jawab Edo.

" Urusan keuangan tanya langsung sama Rima dia manajernya !" Edo menyerahkan keuangan untuk di atur isterinya.

" Di bikin kontrakan saja lah do !" Rama memberi saran.

" Itu buat bisa masa tua kita nanti !" Tambah Rama.

" Ya,nanti saya ngomong ke isteri.

Edo baru sampai tadi sore dan belum sempat melihat tanahnya yang sudah di beli saat bulan lalu membelinya bersama Rama.

Selama berdinas di kesatuan Edo lebih memilih tinggal di rumah dinas ketimbang mengontrak rumah di luar asrama.

Saat kembali ke tanah Jawa barulah Rama mengingatkannya untuk punya rumah di sini.

" Jangan di bikin kontrakan semua ! Saya juga pengen bikin rumah sekalian " Edo sebenarnya tidak ingin membawa keluarganya untuk tinggal di asrama lagi.

" Atur saja lah ! Isteri saya juga sibuk !" Tambah Edo mengingat isterinya bekerja sebagai seorang guru.

" Ya,sudah jangan banyak mikir ! " Rama menutup sesi pembahasan properti.

Zahra kemudian keluar dari kamar dan ikut duduk bersama kedua lelaki dewasa yang sedang asyik menonton televisi.

" Itu ... Muka kusut gitu ! Kata ayahmu pamit lari ! Lari kemana ? Berapa putaran ?" Edo menanyai Zahra keponakannya.

Zahra masih diam dan bingung karena tadi pagi pemandangan dan kejadian yang tak indah terlihat oleh matanya.

Sang paman bertanya seakan mengingatkan kembali sosok Nico yang telah mengecewakan dirinya.

" Tadi pagi iya lari,habis lari nongkrong dulu trus ngerumpi...makan deh !" Jawab Zahra dengan badan yang masih merasakan pegal di sekujur tubuhnya.

Edo bukanlah sosok orang yang mudah di bohongi terutama oleh Zahra dengan gelagat yang mencurigakan.

" Tapi,kelihatannya kamu kaya kecapean ya !" Selidik Edo.

" Ya,cape lah ! Seharian di luar rumah " jawab Zahra.

Edo sebenarnya tidak mempercayai semua ucapan Zahra berbeda dengan Rama yang seakan - akan bisa di bohongi Zahra.

" Berapa semester lagi kuliah ?" Tanya Edo.

"Empat semester lagi ! " Jawab Zahra.

" Kalau ada kesulitan tanya bibimu ! Dulu dia juga sama satu jurusan denganmu !" Edo memberi Zahra keleluasaan agar Zahra tidak sering berada di luar.

" Iya ..." Jawab Zahra singkat.

Zahra menyadari kalau sang paman sedang mengintrogasinya dan ia pun memilih pamit undur diri dengan alasan besok ada kuliah pagi.

" Tinggal di sini saja lah do ? Sebelum rumahmu dibangun !" Perintah sang kakak .

" Saya sih gak masalah ! Nggak tahu kalau isteri ! Belum juga Bowo nakalnya minta ampun " 

" Bowo biar isteri ku saja yang jaga nya ! Toh kalian berdua sama-sama kerja juga !" Rama mencoba memberi solusi.

" Ya,itung - itung saya punya bocah laki dadakan gitu ! " Rama sangat berharap.

" Gampang lah kalau masalah itu ! Senyaman isteri saya sajalah ! Saya nggak mau kena omel sama ibu komandan yang itu !" Edo harus bertanya pada isterinya sebelum mengambil keputusan.

" Benar...kalau isteri ngajak ribut ! Kita para lelaki pasti kalah dan lebih baik mundur ! Dari pada urusan jadi panjang !" Rama membenarkan ucapan adiknya.

_-_-_-

" PING " Albi mengetes Zahra sudah tidur atau belum.

Zahra mendengar suara notifikasi pesan di ponselnya.

" Apa... Bi ...?" Balasan pesan untuk Albi.

" Kena omel nggak ?😁😁😁" Tanya Albi.

" Nggak ... " Jawab Zahra membalas pesan Albi.

" Syukurlah ...🤗🤗🤗" Albi merasa lega .

" Bi,kata pamanku sekarang paman masih persiapan bentuk panitia buat calon anggota TNI yang baru ! Harus siap ya !" Pesan Zahra untuk Albi.

" Tiap hari juga latihan  🏃🏃🏃" jawab Albi.

"Renang ? Kamu bisa renang kan ?" Tanya Zahra untuk memastikan saja .

" Bisa ... Tenang aja !😁😁😁" 

" Minggu depan latihan renang saja ! Mumpung masih ada waktu !" Zahra mengatur jadwal lagi.

" Hmm... Saya ikut mentor saja " Albi membalas pesan Zahra dan kemudian Albi menyudahi dunia Maya nya.

_-_-_-

" sudah ketemu .... Masih di lanjut di dunia Maya " seloroh Ridwan yang masuk namun tidak terdengar Albi saatmembuka pintu.

" Datang ngucap salam ! Bukan usil !" Albi memprotes sikap Ridwan.

" Lah ,saya ngucap salam ! Kamu sibuk sama hp !" Ridwan membela diri.

" Mana oleh - oleh dari pantai ?" Ridwan meminta oleh-oleh.

" Nih,badan cape ! Pegal semua ! Kalau mau pijitin ! Nih...disini...di sini " Albi menunjukkan bagian badannya yang sakit.

" Cepet...biar dapat pahala..." Tambah Albi lagi.

Ridwan yang merasa kasihan akhirnya memijit tangan,kaki dan juga badan Albi.

" Untung punya teman kaya gue ! Ada upah nya gak nih ! Cewek juga boleh !" Ridwan berbicara sambil cengengesan.

" Hush...ngomong tuh sembarangan !" Albi tidak menyukai cara bicara Ridwan namun badannya menjadi rileks karena mendapat pijatan yang enak.

" Lah,kamu enak ada Sari,Zahra terus...saya gimana ?"Ridwan terus mengoceh.

" Saya nggak pacaran ! Baik sana Sari atau Zahra dan saya juga bingung harus menjelaskannya bagaimana ? Saya ada urusan sama mereka titik tapi bukan pa....ca....ran..." Albi sedikit menekan kata-katanya.

" Lagian siapa juga cewek yang mau sama model tukang kuli bangunan macam kita ! Saya juga mikir kesana kali buat deketin anak orang ! Ia anaknya demen dan mau sama kita ! Orang tuanya belum tentu terima kita !tetap ajaujung-ujungnys masalah restu orang tua ! Sakral itu !" Albi bercerita panjang lebar.

" Bener juga ! Apa yang kamu bilang !"Ridwan membenarkan semua ucapan Albi .

" Kamu pintar masak ! Mending kumpulin duit dulu ! Coba bangun usaha biar gak di pandang sebelah mata ! Di mana - mana juga orang Memandang dari status bukan macam kita ini " 

" Iya kita kalau sudah bersih di pantes-pantesin juga muka menang ! Tapi kalau mereka lihat kita pas lagi kotor sama Senen ! Apa mereka masih mau terima kita jadi anak mantunya ?" Albi memandang ke depan cara berpikirnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status